Entah karena aku yang mengenakan pakaian tebal atau memang karena cuaca yang sangat panas. Atau mungkin saja keduanya? Berkali-kali aku mengusap wajah yang terus-menerus terasa basah. Apalagi kalau bukan keringat? Tapi tunggu, jika diperhatikan lagi hari ini aku hanya mengenakan kaus berlengan panjang dan celana jins panjang berwarna hitam legam. Aku tidak sedang mengenakan mantel atau coat yang seharusnya dikenakan pada musim dingin itu. Aku merengut dan mengubah posisiku menjadi berdiri. Sedari tadi aku berjongkok menata buku-buku yang entah kenapa bisa menjadi sangat tak beraturan seperti ini. Padahal kemarin masih terlihat sangat rapi. Aku mendengus pelan namun aku tersenyum kala tanpa sengaja kedua mataku menatap siluet sepasang anak kecil tengah berebut buku dengan pandangan yang sama-sama saling menusuk. Aku menghampiri mereka dan samar-samar aku mendengar berbagai macam celotehan anak kecil yang membuat keadaan di sekitar Perpustakaan ini terasa sangat bising.
"Oh, Kookie, kenapa Kookie marah-marah? Terus, anak cantik ini siapa, hm?"
Keduanya spontan menoleh ke arahku. Wajah mereka berdua sangat menggemaskan hingga tanpa sadar aku terkekeh. Mereka berdua saling menyatukan alis dengan dahi yang sama-sama berkerut. Bibir mungilnya juga tampak mengerucut. Mereka benar-benar imut, Ya Tuhan!
"Nona, olang ini mengambil buku Kookie." Aku mengenal bocah ini. Dia adalah Jung Jungkook tetanggaku, tapi kenapa bisa anak sekecil Jungkook bisa berkeliaran di tempat ramai seperti ini? Sendirian pula. Lalu anak ini pergi kemari dengan apa? Bersama siapa? Demi apa pun, tempat asalnya di Gwangju dan ia berkeliaran di Seoul? Sendirian?
Aku mengalihkan pandanganku pada gadis kecil yang berdiri dengan kepala yang menunduk di sebelah Jungkook. "Bukan. Yeli bukan mengambil buku Kookie. Yeli cuma mau pinjam."
Jungkook memajukan mulutnya membuat gadis bernama Yeli (atau mungkin Yeri) itu makin menunduk. Jungkook jadi gelagapan sendiri. Lagi-lagi aku tersenyum, aku jadi ingat pada...
"Jungkook, Ya Tuhan! Sudah berapa kali hyung bilang? Jangan berkeliaran sendirian." Aku berjengit kala tiba-tiba sosok bertubuh tinggi tegap menyenggol lenganku dan berdiri tepat di hadapanku dengan posisi membelakangiku. Aku mendengus. Aku kenal siapa laki-laki ini.
"Jangan memarahinya tuan pendiam." Laki-laki bersurai hitam pekat itu memutar tubuhnya dan beralih menatapku. Tatapannya tajam, wajahnya juga datar. Ciri khas dari seorang Jung Taekwoon dan aku sudah kebal akan tatapan tajam menusuknya itu. Aku melangkah maju meghapus jarak dengan Jungkook hingga kini posisiku yang membelakangi Taekwoon.
"Kookie-ya, berikan buku itu pada Yeli, ne?"
"Tidak mauu!" Jungkook tampak menggelengkan kepalanya patah. Aku kembali menatap gadis kecil di samping Jungkook itu. Kini mata cantiknya tampak berkaca-kaca.
"Jungkook-ah, bagaimana kalau nona belikan kamu es krim nanti? Tapi berikan buku itu pada Yeli dulu."
Kedua mata bulat Jungkook tampak berbinar pertanda minat. Ia menganggukkan kepalanya penuh semangat hingga membuatku merasa takut jika kepala itu akan lepas dari tubuhnya. "Yeli, ini buku untuk Yeli. Kookie tidak jadi pinjam."
Kini Yeri yang berbinar. Ia mengambil buku yang disodorkan Jungkook untuknya, menggumamkan kalimat 'terima kasih' dan berlari pergi. Aku tersenyum. Saat aku memutar tubuh, tanpa sengaja aku melihat jika Taekwoon tersenyum. Meski samar, tapi aku melihatnya. Ya Tuhan, Taekwoon tersenyum? Aku menahan napas dan..
"WAW URI TAEKWOONIE TERSENYUM! KYAA KIYEOWO!"
888
Aku menatap Jungkook yang kini tengah mengayunkan kedua kakinya seraya menjilat es krim dengan wajah bahagia yang teramat kentara. Aku tersenyum namun saat Taekwoon (yang sialnya dia adalah kakak Jungkook) tiba-tiba datang, senyumanku pudar berlari entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
Fanfiction"Aku melihatmu lagi dan aku kembali menangis. Sesuatu berjalan dengan sangat keliru. Bisakah kau membiarkan aku pergi dengan bebas? Jika aku kembali berpikir, itu sama saja dengan tidak ada tempat untuk lari dari dirimu. Jika aku terus menggenggammu...