Hari itu adalah hari yang panas.
Dengan pikiran itu di dalam benaknya, Horus melanjutkan perjalanan pulangnya sambil memegang es krim yang sudah mulai mencair di tangannya.
Hari itu adalah hari yang panas.
Ripley Munroe sadar betul akan hal itu, namun ia tidak peduli. Ia sibuk berlari pulang, sadar kalau ia telah meninggalkan rumah dengan keran bak mandi menyala. Kaki kecilnya bergerak tergesa-gesa, dan ia nyaris menabrak anak yang berada di depannya.
"Whoa!" Ripley berseru, terkejut. Sekilas, ia menangkap sebuah warna merah. Rambut merah? Ah, ia pernah melihatnya sebelumnya.
"Whoa!"
Horus menyingkir ke samping, berusaha melindungi es krimnya agar tidak jatuh. Bagaimanapun, itu es krim satu-satunya, dan ia akan kesal sekali kalau ia kehilangan makanan tersebut. Matanya menangkap bayangan seorang gadis berambut pirang pendek. Dalam sekejap, matanya dan mata si anak perempuan yang berwarna biru itu terkunci pada satu sama lain.
"Oi, lihat-lihat dong!" seru Horus, sedikit marah, namun lebih ke arah terkejut. Ia tidak sekejam itu untuk marah tanpa alasan.
Gadis tersebut tampaknya terlalu fokus pada hal lain untuk bahkan mendengar kata-kata Horus. Ia hanya mengangkat alisnya, menggumamkan sebuah minta maaf, dan berlari pergi.
"Cih, tidak sopan," gumam Horus pada dirinya sendiri.
"Cih, tidak sopan."
Ripley menggigit keinginannya untuk menonjok anak berambut merah tersebut di muka. Ia kan sudah minta maaf! Anak berambut merah itulah yang tidak sopan! Ripley sebenarnya sudah sering melihatnya -memperhatikan rambut merahnya yang unik -di sekolah, dan ia selalu bertanya-tanya seperti apa sifat anak rambut merah itu. Ternyata dia hanya seorang bocah ingusan biasa!
Namun itu bukan masalah. Setidaknya, sekarang Ripley bisa pulang dan mematikan keran airnya yang masih mengucur.
Dan begitulah. Gadis yang lebih tua itu tidak pernah bertengkar dengan si Rambut Merah. Mereka tidak pernah berkenalan. Mereka tidak pernah adu mulut di kantin sekolah. "Roe" tidak pernah jadi panggilan Ripley, dan "Rambut Merah" tidak pernah jadi panggilan Horus. Ripley tidak pernah jadi detektif, namun ia kelak akan meninggal karena bunuh diri; depresi akhirnya memenangkan pertarungan di dalam benaknya, sementara si Rambut Merah tidak ada di sana untuk mengenangnya. Ia bahkan tidak mengenalnya.
Dan pertemuan penentu takdir mereka di hari yang panas itu pun terlupakan dari benak kedua anak tersebut.
Seakan mereka tidak pernah bertemu.
-On that Summer : Alternative-
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
On that Summer
Short StorySebuah cerita mengenai si Rambut Merah, Roe, dan hari yang panas itu