My Life

73 5 0
                                    

Liburan sudah lewat. Masa-masa ketenangan ku sudah berlalu. Dan kini saatnya aku menjalani hidupku yang menyedihkan. Masuk ke sekolah bagaikan masuk ke neraka. Yang dihuni oleh berpuluh-puluh siswa yang tidak punya hati. Walaupun ada beberapa (mungkin sekitar 1%) orang yang berbaik hati memberikan ku pertolongan. Ya hanya 1:100000 saja.

Hari pertama masuk sekolah. Aku bangun pukul 4 pagi. Lalu memasak sendiri. Ibuku? Dia sedang bersama sekelompok temannya menyebarkan narkoba. Yaa terakhir kali ia pulang saat aku berumur 9 tahun. Dia hanya mengambil uang simpanan ku yang sudah ku tabung dan pergi meninggalkan ku saja. Dan sekarang aku sudah berumur 16 tahun.

Semua biaya hidupku dulu ditanggung oleh om ku yang baik hati. Tapi dia sudah meninggal karna dibunuh oleh orang yang tidak ku kenal. Dia meninggal setahun yg lalu. Dan artinya aku harus bekerja. Aku magang di sebuah minimarket. Shift ku dari jam 17.00-24.00

Okay balik lagi ke cerita. Setelah aku memasak aku harus kembali ke kamar dan bersiap-siap sekolah. Memakai celana jeans dan jaket bertudung. Dan makan lalu pergi ke sekolah atau lebih tepatnya ke tempat penderitaan.

Aku berjalan kaki ke sekolah. Aku tidak berani menggunakan bus. Karna aku pasti akan dikucilkan. I hate it. Aku sama kyk kalian guys. I'm just a little bit different. Tapi aku juga manusia. Rasanya seperti ingin berteriak ke telinga mereka "Gua juga manusia coyy. Gua punya hatii"

Saat aku sedang berjalan aku mendengar

"Woyy... Woyy..."

Suara bisik-bisik (?) Terus aku nengok belakang dan...

Plak!!

Sebuah tangan mulus mendarat di pipiku. I know who is that. Dia Kenjay. Anak yang tidak punya hati. Dia selalu membuatku menjadi korban bully nya yaa bersama geng nya. Dia bersama teman-temannya tertawa melihat ku menderita.

"Wooo mendarat mulus di pipi"

Dan aku bisa apa? Hanya menundukan kepala dan mencoba sabar menghadapi hidupku ini.

"Dasar anak hina!!" Dan mereka pun tertawa sambil satu persatu menonjokku.

Aku perempuan. Mereka laki-laki. Aku bisa saja melaporkannya ke polisi. Tapi tau apa? Polisi gak peduli guys. Polisi bilang "Pergilah, ini urusan sepele anak muda. Saya masih punya pekerjaan yang lebih penting lagi"

Tau gak. Rasanya tuh sakitt banget. Kyk seolah-olah kamu ingin menghilang dari dunia ini. Pergi ke tempat yang lebih tenang dan bebas dari segala penderitaan.

Lalu aku pun tetap berjalan ke sekolah dan akhirnya sampai di tempat yang sangat menakutkan.

Sekolah.

Okay. Masuk? Ya aku harus masuk. Aku mengambil nafas panjang. Lalu menghembuskannya pelan-pelan. Lalu perlahan aku melangkah masuk dan disinilah aku berada.

Saat aku melintasi lorong sekolah semua orang langsung menyingkir. Sambil menatapku dengan tatapan ngeri atau jijik. Dan tidak sengaja aku menabrak seorang murid. Dan saat aku melihat dia, dia adalah Olivia.

Olvia adalah pacarnya Kenjay.

"Sudah lama tidak bertemu hah? Bagaimanakah dengan nasib ibumu? Sang pengedar narkoba? Atau bahkan pecandu narkoba"

Dan semua murid pun menertawaiku.

"KENAPA LO DIEM AJA? TAKUT LO SAMA GUA? JAWAB!!"

Lalu aku menganggukan kepala.

"Ya memang seharusnya lu takut sama gua"

Dan dia menonjokku dengan keras. Tanpa perasaan. Dan pergi gitu aja meninggalkanku.

Dan parahnya lagi semua orang ikut menertawaiku tanpa ada seorang pun yang berbaik hati ingin menolong ku.

Yaa aku harus tetap sabar menghadapi kejinya dunia ini. Dan bel berbunyi mereka semua segera masuk ke kelasnya masing-masing.

Aku hanya bisa berjalan dengan kecepatan super slowly karna kesakitan.

Dan aku masuk ke kelas baruku. Yaa. Yang tersisa hanya kursi paling pojok belakang. Kenapa kosong? Karna kata orang jika kau duduk dipojok artinya akan ada yang mendatangimu.

Yaa aku percaya itu. Karna aku setiap hari pasti didatangi oleh iblis-iblis jahat seperti Kenjay dan Olivia.

***

Akhirnya sekolah berakhir. Yang artinya aku harus pulang ke rumah lalu siap-siap bekerja.

Pukul 5 aku sudah ada di minimarket memakai seragam kerja ku. Hari ini cukup sepi. Jadi aku bisa bersantai. Saat aku sedang membrowsing google tentang horor, ada pelanggan yang datang.

Seorang anak kecil. Dia terlihat murung sekali. Wajahnya pucat dan banyak bekas luka diwajahnya. Lalu ia menghampiriku. Tingginya sekitar meja kasir. Dan dia menaruh sebuah boneka anak laki-laki. Lalu anak itu pun berkata...

"Sudah berakhir"

Apa maksudnya? Pekerjaanku? Ini baru jam 8. Dan aku masih bekerja selama 4 jam lagi.

Lalu anak kecil itu pun berlari keluar minimarket. Aku sangat bingung dengan kejadian ini. Lalu aku sebisa mungkin untuk mengabaikannya. Dan aku baru melihat boneka yang ia tinggalkan.

Boneka anak laki-laki berambut pirang, berkaus hijau, celana pendek, bermata biru. Dan senyumnya. Seperti mencurahkan berbagai macam kepedihan. Aku suka boneka ini (bukan boneka barbie)

Seperti ia ditakdirkan untuk aku miliki. Dan aku ditakdirkan untuk memiliki dia.

Setelah jam kerja selesai aku menaruh boneka itu di tas ku. Dan berjalan pulang.

Lalu aku melewati suatu gang sempit yang terdapat banyak preman-preman. Tetapi mau gimana lagi? Jalan yang menuju rumah hanya lewat sini.

Yaa terpaksa aku harus melewati preman itu. Mula-mulanya mereka hanya melihatku. Lalu senyum jahat kepadaku. Nyaliku seketika menciut. Tapi aku tetap memberanikan diri. Dan pada saat aku melewati mereka...

Tiba-tiba tanganku ditarik dan seorang preman mendekat.

"Hallo sayang. Temenin abang yuk"

"Maaf. Saya harus pulang"

"Jihh sombong juga lu. Ehh main-main dulu sama kita"

Dan aku mulai mencari strategi.

"Okay"

Lalu aku mendekatkan tubuhku ke salah satu preman. Dan...

Bukk...

Aku menendang dia diarea prianya. Saat ia mengerang kesakitan aku berbalik badan lalu melihat 3 orang preman.

Mereka menatapku ngeri. Why? Aku gak tau. Lalu mereka semua kabur. Lahh kok cupu banget sih? Kyknya aku cuman nendang doang.

Bodo amat. I have to go now. Dan aku berjalan pulang.

Setelah aku mandi aku menyiapkan makan malam. Saat aku sedang makan, kucing kampung datang ke rumah ku. Yaa setiap aku makan memang selalu ada banyak kucing yang datang. Dan aku pun selalu memberi makan mereka.

Lalu kucing itu pun menatapku dengan tatapan berharap. Lalu aku segera mengambil tulang ikanku dan menghampiri kucing itu.

Tapi saat aku berjalan menghampiri dia. Dia tiba-tiba mengeong dengan ganas dan kabur. Apa salahku? Mau dikasih makan kok marah-marah.

Okay. It's feel weird. Lalu aku segera bersih-bersih dan pergi tidur.

Saat aku dikamar dan sudah mengambil posisi tidurku. Aku teringat dengan boneka yang tadi sore. Lalu aku mengambil boneka itu dan menaruhnya di meja belajar.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang