Aku pun baru selesai sekolah. Dan aku berjalan pulang ke rumah. Dalam perjalanan aku melihat seorang anak perempuan. Dia menangis di pinggir jalan. Aku mencoba untuk mengabaikannya. Namun aku tidak bisa. Akhirnya aku menghampirinya.
"Are you okay?"
Dia tetap menangis dan mengabaikan ku. Lalu aku duduk disebelahnya dan memegang bahunya.
"Kamu kenapa nangis?"
Dan dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan memandang ku. Seorang anak perempuan cantik. Berambut coklat dengan mata yang sembab karena menangis.
"Aku kehilangan sahabatku?"
"Sahabatmu? Kapan terakhir kau melihatnya?"
"Aku terakhir melihat dia tadi pagi"
Lalu dia menangis lagi. Aku bingung harus berbuat apa. Lalu aku hanya berbasa-basi.
"Hey, dimana asalmu?"
Dia lalu menatapku. Aku tidak mengerti apa arti tatapan itu.
"Negeri Giandra"
"Dimana itu?"
Negeri Giandra? Aku tidak pernah mendengar tempat itu.
"Di dalam mimpi manusia. Tempat dimana penyihir putih dan penyihir hitam hidup berdampingan"
What? Penyihir? Mungkin anak itu terlalu banyak makan coklat. Lalu aku bertanya lagi kepadanya. Aku hanya penasaran dengan fantasi aneh anak ini.
"Penyihir? Penyihir itu tidak ada"
"Penyihir itu ada. Dan mungkin berada disekitarmu"
Aku merasa ada yang aneh dengan anak ini. Kenapa dia percaya sekali dengan penyihir?
"Bagaimana kau bisa sangat percaya dengan penyihir?"
Lalu dia menatapku tajam. Sangat tajam. Seperti seolah-olah ia ingin membunuhku. Lalu tiba-tiba saja tubuhku tidak bisa bergerak. Bahkan aku tidak bisa berkata. Tubuh ku hanya diam membeku.
Lalu...
Kringg....kringg...
Dan aku pun membuka mataku. Dan aku melihat sekelilingku. Ini kamarku. Ternyata tadi cuman mimpi toh.
Ya aku harus sekolah. Lalu aku bangun dari kasur dan aku merasa aku menginjak sesuatu.
Saat ku lihat. Itu adalah boneka. Dan aku mengambil boneka itu sambil mengingat-ingat.
Ini adalah boneka yang kemarin. Yang diberikan oleh seorang anak perempuan kecil yang aneh.
Boneka ini lucu. Aku akan menyimpannya. Tapi...
Sepertinya harus ku beri nama.
Ku beri nama siapa ya? Hmm Dorothy kedua? Hahaha tidak mungkin. Aku akan menamainya...Dylan
Yup Dylan nama yang cocok untuk boneka ini. Boneka misterius yang tiba-tiba datang ke kehidupanku.
Lalu aku pun pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran. Bukan hanya murid-murid di sekolah ini yang membenciku. Bahkan guru-guru pun terlihat tidak suka padaku. Ya mereka harus bersikap baik di depanku untuk menjaga nama mereka. Tapi dibelakang itu semuanya adalah sebuah kebohongan.
Aku bingung. Kenapa dunia ini penuh dengan orang munafik? Apakah tanda-tanda akhir jaman? Apakah tidak cukup mempunyai muka satu saja? Mengapa harus mempunyai dua muka?
Saat bel istirahat semua siswa menuju kantin. Aku pun berjalan ke arah kantin dan mengambil makanan yang sudah tersedia untuk murid. Lalu aku membawa makananku dan tiba-tiba aku ditarik dan hampir jatuh.
"Hallo!"
Ya itu adalah Kenjay.
"Masih hidup aja ya lo? Kuat juga lo ya! Napa gak mati aja lo?"
Lalu aku hanya menundukan kepala dan memegang tampan yang berisi makanan erat-erat.
Lalu tiba-tiba aku merasakan kepala ku basah. Ada sesuatu yang menetes di kepala ku. Lalu aku mendongakan kepala dan meliat Kenjay menumpahkan susu nya ke kepalaku. Dan dia meninggalkan aku.
Lalu aku segera menuju ke toilet. Dan masuk ke salah satu bilik di toilet sambil membawa nampan yang berisi makanan. Laku aku kunci pintu toiletnya dan duduk di atas toilet. Lalu aku makan di dalam situ.
Ya setiap hari aku selalu makan disini. Kantin pasti penuh. Jika aku di kelas nanti para cowok mendekati aku dan memojokan aku. Bila ketemu Kenjay akan lebih parah lagi. Jadi satu-satu hal yang dapat ku lakukan adalah makan disini. Menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan.
Inilah hidupku. Penuh dengan siksaan. Hinaan. Dikucilkan.
I hate my life. Sempat aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Tapi aku tau bahwa aku jauh lebih kuat dari itu. Pada suatu saat nanti murid-murid itu semua akan tunduk kepadaku. Pada suatu saat nanti aku akan menjadi orang yang paling berkuasa.
Entahlah jadi protagonis yang membela kebenaran. Atau antagonis yang menyiksa orang yang telah jahat padaku. Aku tau suatu saat nanti mimpiku akan menjadi nyata.
Setelah sekolah selesai aku berjalan pulang ke rumah dan melihat seorang laki-laki. Berambut pirang, memakai kaus hijau dan celana pendek.
Laki-laki itu mendekat ke arah ku. Tingginya sama dengan ku. Tapi dia lebih tinggi sedikit. Lalu dia tersenyum kepadaku dan berkata
"Hallo"
Aku kaget sekaligus bingung.
"Ha...Hallo?"
"Bagaimana harimu?"
"Baik"
"Apa kamu tadi masih dibully?"
Dan sekarang aku benar-benar bingung. Sangat. Lalu aku menatapnya heran sekaligus horor. Lalu tiba-tiba dia tertawa dan berkata
"Namaku Dylan"