3. The Missing Thing

39.5K 2.6K 56
                                    

Fla Regina

Kamu berubah, jarang mau bls sms dan terima telp aku lagi. Knp? Ak ngerasa ada yg ga beres dgn hubungan kita ini. Sbnrnya apa yg kamu mau?
Sender Ian

Aku mengeryitkan keningku. Apa maksud sms Ian. Berubah? Apanya yang berubah? Bukannya dia tahu kalau sekarang aku sudah kerja, jadi tidak mungkin tiap jam bisa sms dan teleponan.

Bukannya yang aneh malah dia? Setelah minggu lalu tiba-tiba membatalkan kepulangannya untuk kesekian kalinya dengan alasan yang sama, sibuk. Tapi aku tidak protes, karena aku belajar untuk menghargainya, sesibuk apapun dia. Tapi kali ini, dia malah tidak mau mengerti di posisiku.

Setengah emosi aku mengambil handphone dan menekan nomor Ian. Nada sibuk. Kuulang sekali lagi, masih saja sibuk. Terakhir telepon masuk, tapi tidak diangkat. Apa maksudnya membuatku emosi seperti ini?

Aku menatap nasi padang di hadapanku dengan tidak berselera. Padahal tadi perutku sudah keroncongan minta diisi. Setelah memikirkan Ian, selera makanku hilang dan kepalaku mendadak pusing.

"Kenapa, Fla? Kok nggak dimakan?" tanya Mbak Restu, anak marketing yang juga sedang makan di pantry.

"Sebentar, Mbak. Mau telepon orang penting dulu. Urgent," dahutku sambil memaksa tertawa.

Angkat telp ku!!!
Sent to Ian

Sekarang malah smsnya pending. Benar benar emosi. Aku mengaduk-aduk makan siangku dengan hati dongkol. Buat mood-ku jelek saja.

"Tahu Tio kan?" tanya Mbak Restu tiba tiba.

"Tio mana, mbak?" tanyaku bingung. Sekarang yang ada di otakku cuma kesal, kesal, dan kesal!

"Tio anak home loan," jelas Mbak Restu.

"Ohhh Tio yang itu," hampir saja aku mau melanjutkan, Tio yang mukanya aneh, hobi tebar pesona, terus suka senyum-senyum sendiri tidak jelas itu ya? Hampir saja keceplosan.

"Dia sering nanya-nanya tentang kamu loh," lanjut Mbak Restu setengah berbisik. Kontan aku senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana anehnya orang yang bernama Tio itu.

"Iya sepertinya dia naksir kamu deh," sepertinya Mbak Restu salah paham. Dikiranya aku naksir juga dengan Tio.

"Aku sudah punya pacar, Mbak," tembakku langsung. Walaupun sekarang aku lagi kesal sekali dengan Ian, tapi sampai detik ini dia kan masih pacarku.

"Yaaaah sayang ya. Padahal niatnya aku mau ngejodohin kalian," kata Mbak Restu.

Baru saja Mbak Restu selesai berbicara, orang yang lagi dibicarakan tiba-tiba muncul. Setengah mengintip dia berdiri di pintu pantry.

"Panjang umur kamu, Tio!" seru Mbak Restu.

Gosipin aku ya," sahutnya. Hampir saja mau kuteriakan GR banget sih! Tapi batal kulakukan, nanti dia jadi GR benaran.

"Halo, CS baru kan? Kenalan dulu donk," katanya sambil mendekat ke arahku. Uhhhhh eneg jadinya.

"Fla," kataku malas malasan.

"Tio," balasnya sambil mengenggam tanganku lama sekali. Mbak Restu hanya memandangku sambil senyum senyum.

"Sayang kamu sudah makan, padahal mau kutraktir makan di luar loh," lanjutnya.

"Aku nggak diajakin?" timpal Mbak Restu.

"Iya diajakin. Tapi khusus buat mbak, bayar sendiri," kata Tio sambil mencibir.

Handphone-ku tiba-tiba bergetar pelan. Sekilas aku melihat layarnya. Ian! Aku kemudian memisahkan diri ke pojokan pantry.

"Kenapa nggak diangkat teleponku tadi?!" kataku kesal.

Flaga (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang