Bab - 2

29 1 1
                                    

     Esok malamnya tepat pada pukul 7 febri menjemputku dirumah, dengan menggunakan motor scoopy nya dan balutan kemeja dan skinny jeans tidak lupa menambahkan sneakers, febri terlihat sangat cantik sekali.
     "Waw keren banget lu feb malam ini" ujarku terkagum dengan penampilannya malam ini
     "Lu juga enggak kalah cantik kok vik" febri menimpali sambil melihat aku yang mengenakan sweater lengan panjang dan celana jeans sobek sobek andalanku ditambahkan dengan sneaker juga pastinya."yuk naik,kita berangkat" lanjutnya.
     Udara malam samar-samar mulai menusuk kulitku. Kurasakan angin malam yang mengibas-ngibaskan rambutku.lalu lalang semakin ramai seakan tiada matinya apalagi ini malam minggu,malamnya para kaula muda.aku dan febri tidak banyak berbincang,dia yang saat ini sedang fokus mengendarai dan aku yang sedang terhanyut menikmati suasana malam.setelah memakan waktu 20 menit kami pun tiba di alun alun kota.
     Suasana disini pun sangat ramai baik oleh kerumunan orang-orang yang ingin melihat penampilan band tersebut atau pun para pedagang yang ikut memadati area sekitarnya.
     "Ramai banget feb" ucapku seraya melihat sekeliling.
     "Pasti ramai dong, namanya juga malam minggu"
Dan aku pun mengedarkan pandangan ke arah panggung yang mana terlihat para anggota band tersebut bersiap untuk segera tampil.seperti yang kulihat mereka terdiri dari enam orang pemuda.wajah wajah mereka sangat menarik untuk dilihat,tentu saja wajah juga merupakan hal yang sangat penting untuk mereka jual kepada para penggemar mereka.dan mungkin sebagian orang yang datang kesini hanya untuk melihat mereka bukan sungguh-sungguh ingin mendengarkan musik mereka dan beramal.
     "Cek cek ,ehem, selamat malam semuanya" seru sang vokalis yang kemudian disambut riuh teriakan penonton yang kebanyakan kaum wanita.dan seketika febri pun menarik tanganku menuju lebih dekat ke arah panggung melewati kerumunan para penonton.
     "Oke sebelumnya kita mau memperkenalkan nama band kita,mungkin sebagian sudah ada yang tau" lanjut sang vokalis sembari tersenyum."nama band kita adalah TOMODACHI diambil dari bahasa jepang yang artinya teman"
     "Feb nama band nya aneh banget enggak sesuai banget sama mereka"ujar ku agak keras supaya terdengar oleh febri.
     "Iya vik ,makin lucu tapi nya" balas febri sembari senyum-senyum,tatapan matanya tak lepas dari ke enam personil tomodachi tersebut.
     "Oke kenalin gue vian di vokal, beben di gitar, ahmad di gitar, fahri di bass dan alfin di drum" ucapannya tersebut disambut riuh oleh penonton tak terkecuali febri disampingku."seperti yang kalian tau kita disini manggung buat acara amal yang mana nanti sehabis kita manggung kalian bisa sisihin uang kalian di kotak pintu keluar gerbang ini,disitu udah ada panitianya kok, dan please banget jangan coba kabur sehabis dari sini tanpa nyisihin sebagian rizki kalian ke kotak tersebut" ucap sang vokalis sembari tertawa,dan lagi-lagi penonton ikut tertawa. "Oke cukup perkenalannya,kita mulai lagu pertama judulnya tak ingin melihatmu lagi"
     Dan seketika musik mulai mengalun diiringi dengan sorak sorai penonton,bahkan beberapa penonton yang sudah hapal lagunya pun ikut bernyanyi.aku pun lumayan menikmati lagu ini.sangat enak untuk didengar dan liriknya yang menceritakan tentang seseorang yang telah dikecewakan dan tak ingin lagi  untuk melihat sang kekasih hati.
     "Vik lagunya enak banget,abis ini gue mau coba download kira kira ada nggak ya?" tanya febri berapi-api.
     "Mudah-mudahan aja ada"jawabku dan kembali fokus menikmati penampilan mereka.setelah lagu pertama selesai mereka pun kembali menyanyikan lagu kedua yang berjudul 'tikam aku' lagu ini lebih berirama up beat dengan tempo sedang dan lagi lagi akupun ikut menikmatinya"gawat bisa-bisa sepulang dari sini aku bergabung ke klub penggemar mereka" aku tertawa membayangkan pemikiran konyolku ini.
     Mereka memainkan empat lagu berturut turut membuat antusiasme penonton meningkat.febri yang semakin menggila disampingku pun bergoyang tiada henti.tiba tiba mataku terpaku kearah sudut panggung,disitu berdiri seorang pria sedang mengamati dengan serius para anggota tomodachi yang sedang beraksi,aku menekankan penglihatanku apakah aku hanya salah lihat atau tidak lebih dari khayalanku saja.aku membekap mulutku tidak sanggup berkata kata ya,memang dia memang benar dia cowok yang selama bertahun tahun ini tidak pernah hilang dari fikiranku.cinta masa remajaku.
     "Feb feb sini sini lihat itu yang diujung panggung ,itu idzar feb idzar" ucapku seraya menarik febri dan menunjuk ke arah sudut panggung tepat idzar berdiri.
     "Mana? Oh iya itu betulan idzar vik, ngapain dia disini?" febri juga nggak kalah kagetnya dengan aku.
     "Nggak tahu, mungkin dia bagian dari kru nya feb, bisa jadi kan?" kataku perasaan gugup otomatis menjalar ke jantungku. Aku benar benar tidak tahu mimpi apa aku semalam sehingga bisa bertemu dia disini.
     "Iya mungkin aja vik, yaampun tambah ganteng aja dia vik" kebiasaan banget febri nggak bisa lihat yang bening sedikit saja."tapi vik lo nggak boleh melewatkan kesempatan ini begitu aja, bertahun tahun lo nggak ketemu dia dan ini saatnya ,pokonya lo harus ngomong sama dia"
     "Ngomong apa? Gimana caranya?" aku bertanya dengan nada bingung.dan tentu saja aku tak boleh melewatkan kesempatan ini.bertemu dengannya secara kebetulan dengan cara seperti ini tentu saja aku tak boleh melewatkannya.
     Tanpa mempedulikan penampilan tomodachi febri menarikku menuju belakang panggung,sudah jelas disitu banyak kru dan polisi yang berjaga kami tidak bisa sembarangan menerobos dan naik begitu saja dibelakang panggung.jalan satu satunya menunggu sampai konser ini selesai.aku dan febri berdiri tidak jauh dari para kru dan polisi tersebut.tanganku sudah mulai dingin dan gemetaran.kebiasaanku jika gugup mulai menyerang.
     "Lo tenang aja vik,kali ini lo nggak boleh sia-siain"febri mencoba menenangkanku.selang lima menit kemudian aku melihat idzar berjalan menuruni panggung dan berjalan kearah belakang panggung,berbincang dengan beberapa kru walaupun konser belum selesai.
    "Vik vik buruan keburu dia pergi nanti"ujar febri kemudian dia mendorongku hingga menimbulkan perhatian dan tatapan dari orang orang yang berada disitu tak terkecuali idzar.saat aku menoleh kebelakang  kudapati febri sudah tidak berada disitu.sial,awas lo feb.
     Semua yang berada disitu menatapku.idzar menatapku.mengerutkan kedua alisnya mungkin mencoba mengingat ngingat siapa aku.matanya tak lepas menatapku.aku meremas kedua tanganku tak tahu harus memulainya dari mana.kasak kusuk semakin terdengar jelas bahkan aku bisa mendengar ada yang bertanya apakah aku adalah temannya.idzar mengangguk ngangguk kecil.matanya melebar menatapku seolah sudah mengingat sesuatu.tapi sebelum dia sempat berbicara aku sudah menyelanya.
     "Ini gue vika,teman smp lo, nggak ingat ya?" ucapku sembari berjalan perlahan kearahnya.
     "Tadinya iya lupa ,tapi sekarang udah ingat,apa kabar vik?" tanyanya sembari mengulurkan tangannya.untuk sepersekian detik aku hanya terpaku menatap uluran tangannya,kemudian tersadar dan menyambut jabatan tangannya.
     "Ba,baik zar,em anu tadinya gue sempat ragu mau nyamperin lo,takutnya salah orang" yaampun mulut kenapa jadi mendadak gagu sih.dia pun melepaskan jabatan tangannya walaupun aku sangat enggan aku menarik tanganku juga.
     "Untungnya lo gak salah orang" dia tertawa.memamerkan deretan giginya yang rapi.tawa yang selalu ku ingat dari dulu.
     Lalu suasana pun hening.kami sama sama terdiam,seperti biasanya tampangnya yang sedikit sombong sangat keren dimataku.dia yang tak banyak berkata kata sama seperti terakhir kali aku melihatnya.apa dia masih menganggapku seseorang yang buruk?
     "Sudah ya,gue mesti balik dulu ada beberapa hal yang harus gue urus" katanya kemudian.apa-apan ini,apakah ini sikap terhadap orang yang sudah tidak ditemui selama bertahun tahun.akupun memutar otakku harus mengatakan apalagi sebelum dia pergi semakin jauh.
     "Idzarr" teriakku.dia menoleh.memasang wajah seolah berkata 'apa'.
     "Itu em anu ,senang bisa ketemu lo disini" yaampun bukan ini yang seharusnya aku katakan.sebetulnya aku ingin meminta nomornya.dia pun hanya menganggukkan kepalanya kemudia berjalan pergi lagi.ya tuhan sepertinya dia masih belum berubah.bukan ini rencanaku. Dan seperti nya es yang membeku itu pun belum mencair. Aku hanya bisa berdiri lemas menyaksikan kepergiannya lagi.

Mengejarmu Sekali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang