"Mau ku antar pulang?" A-apa? Apa dia sedang 'sakit'?
"Noona? Kau baik baik saja?" Aku menggeleng kan kepala ku, agar cepat beranjak sadar. "Mau ku antar kan pulang?" Tanya nya sekali lagi. "Kurasa tidak perlu. Aku bisa naik taxi."
"Kau yakin? Ini sudah hampir gelap, dan jarang ada taxi yang lewat sini."
"Eh? Bukannya kau baru pindah ke korea beberapa bulan yang lalu? Bagaimana kau bisa tau disini jarang ada taxi?" Aku mengerutkan kening ku, merasa tidak percaya.
"Karna dari tadi aku tidak melihat taxi. Ayo, aku antarkan kau pulang"
"Ya.. Baiklah, kalau kau memaksa." Aku menurut ketika LuHan mengajak ku pulang bersamaㅡmaksudku mengantarkan ku pulang, ya hitung hitung menghemat uang dan waktu, aku sudah cukup lelah untuk hari ini. Aku melangkah masuk kedalam mobil sport hitam milik LuHan, dan segera menutup pintu nya.
"Tunjukan aku arahnya." LuHan menarik gas dan langsung melesat cepat meninggalkan halte bus tadi. "Lurus saja, jika ada lampu merah pertama maka belok kanan."
Tidak ada percakapan selama kami ada didalam mobil, hingga LuHan memecahkan keheningan diantara kami. "Apa kau tertarik untuk besok?" Aku menoleh ke arahnya, "ya mungkin. Tiffany sudah memohon padaku. Bagaimana dengan kau?" LuHan masih terlihat fokus kepada stir mobilnya, hingga aku harus menunggu sekitar 10 detik untuk mendengarkan jawabannya "kurasa tidak." Aku mengkerutkan kening ku merasa heran. "Mengapa?"
LuHan mendengus kesal. "Sial lampu merah, kau tadi bertanya apa?" LuHan menoleh ke arahku, menatap dengan artian yang tidak jelas. Astaga, jangan menatap ku seperti itu.
"Kenapa kau tidak tertarik?"
"Entahlah."
"Apa karna kau anak baru?"
"Mungkin."
Aku tertawa kecil, sedikit mengejek nya. Alasan macam apa itu? "Jika aku jadi kau. Aku akan mengikuti semua acara yang ada di SU." LuHan kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar. Dan ia mulai membelokan mobilnya ke kanan. "Lalu setelah ini masih lurus hingga kau menemukan seven eleven. Setelah itu belok kanan." Sela ku. Dia menggangguk mengerti.
"Kenapa kau berfikir seperti itu?"
Eh? Aku menoleh ke arahnya, kaget. "Ya karna aku ingin memiliki teman yang banyak. Kau tau, memiliki banyak teman itu sangat mengasyikan!" Aku terkekeh mendengar jawaban ku sendiri.
"Aku bukan tipe orang yang mudah bergaul." A-apa? Mulutku membulat seperti huruf o , aku baru pertama kali melihat orang yang sulit bergaul. "Apa ada yang salah?" Dia melirik ku sekilas. Ya! Tentu! Itu sangat salah, aku menggerutu kesal dalam hati.
"Kalau begitu, besok kau harus datang ke ruang kesenian pukul 9 oke? Tiffany sudah memohon kepadamu. Dan aku kasihan kepadanya.""Kenapa kau kasihan padanya? Apa karna dia sahabatmu?" LuHan tertawa mengejek, sial.
"Bukan begitu, kau tau bukan, dia adalah penaggung jawab acara? ck kau belum mengenal Mrs. Kim, LuHan."
"Memang, apa yang terjadi dengan Mrs. Kim?"
"Dulu aku pernah jadi penanggung jawab acara Mrs. Kim, dan saat itu ada dua
orang yang tidak ikut acara-nya..." Aku terdiam sejenak, menyebut namanya saja aku sudah kesal apa lagi menceritakan nya? Itu bisa membuat dua buah tanduk di kepalaku muncul dengan kebulan asap!"Lalu apa?" LuHan masih fokus kepada stirnya, dan sesekali melirik ku penasaran. "Aku diberi hukuman harus membersihkan ruang kesenian, sendirian!" Aku menekan kan kata sendirian di akhir kalimat ku, ya itu memang benar, aku tidak berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
forgetting.
Teen Fictionbertahun-tahun aku menyimpan perasaan ini sendirian. aku tidak tau bagaimana caranya untuk memberitahu orang-orang tentang isi hatiku. bertahun-tahun aku menunggu-nya, namun hal yang aku lakukan tidak kunjung membuahkan hasil. apa aku harus melupaka...