Part 1

556 31 7
                                    


(Part ini mencapai 2K, jadi jangan bosen bacanya ya...^^) (Vote dan tinggalkan beberapa komentar berupa kritikan ne....)

.

Di tengah sebuah ranjang King size berseprei lembut serba putih itu ia merebahkan tubuh bersarnya, penerangan minim yang hanya berasal dari lampu tidur dekat nakas semakin menambah gundah hatinya. Berulang kali ia menghela nafas lelah, lelah berusaha dan lelah karena merindukan malaikat kecilnya. Wajah tampan itu begitu frustasi dan menyedihkan, tak seharusnya ia begitu dan tak serahusnya dia semudah itu menyerah.

"Kemana?"

"Kemana lagi aku harus pergi untuk mencarimu?"

"Apa kau tidak lelah bersembunyi selama hampir 4 tahun ini?"

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau tak merindukanku, huh?"

.

.

#FLASHBACK

Malam itu hujan turun dengan amat derasnya, angin meraung-raung dan suara petir sekan merobek gendang telinga siapapun pendengarnya ditambah lagi hawa dingin yang benar-benar menusuk hingga tulang bagian terdalam.

Ketika semua penduduk di desa saat itu memilih bersembunyi di bawah lindungan rumah yang kokoh, bergumul dengan selimut tebal atau meminum beberapa botol soju untuk menghangatkan tubuh, entah apa yang ada di pikirann pemuda itu. Ia hanya duduk melamun di kursi taman dengan pandangan kosong.

Surai bercat merahnya jatuh menutupi wajah karena air hujan, meski demikian jika dilihat lebih jeli, wajah itu terdapat banyak sekali lebam bekas pukulan. Sadarkah pemuda itu betapa bodohnya dia?

Apakah pemuda itu tak berpikir jika mungkin saja saat ini orang tua dan saudara-saudaranya sedang kebingungan mencarinya atau sadarkah pemuda itu jika sedari tadi ia diawasi oleh sepasang mata biru laut sipit si bocah?

Ahh sepertinya tidak.

Karena baru saja bocah itu menengok pada jam rilakuma di tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam waktu Korea Selatan, itu berarti hujan sudah berlangsung selama 3 jam dan selama itu pula pemuda itu terus terduduk disana.

Terdorong rasa penasaran dan kasihan, bocah mungil berpayung abu-abu bertelinga rubah tersenyum itu melangkah mendekat pada kursi yang diduduki oleh si pemuda dan sepertinya pemuda itu masih belum menyadari kehadiran seseorang di depannya.

"Emm...Chogiyo? Ahjussi? Apa kau baik saja?" tanyanya pelan. Tak ada jawaban, dan hujan malah semakin deras.

"Chogiyo?" lagi tak ada jawaban.

"Ada apa denganmu Ahjussi? Tak seharusnya kau hujan-hujanan seperti ini." Bocah itu mengarahkan payungnya untuk memayungi tubuh pemuda di depannya dan membiarkan dirinya sendiri terkena tetes-tetes hujan yang menyakitkan saat mengenai kulit.

Tak lama si pemuda menggerakkan manik hitamnya dan melihat seorang Bocah menggenakan sweater biru dengan kemeja putih di dalamnya juga celana jeans diatas lutut yang sangat pas dengan tubuh mungilnya.

"Nugh...gu?"Tanya pemuda itu dengan suara parau.

"Ye...?"

Bocah itu mengerutkan dahinya, ia melirik kearah kanan dan kiri lalu keatas dan kebawah, melihat pada sepasang sepatu yang ia kenakan, entah mengapa ia merasakan jantungnya berdetak tak normal seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVERYTIME (CHANBAEK) (OKANEGANAI) (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang