1

82 7 9
                                    

Sreek sreek sreek

Tak lupa juga ku garuk wajahnya dengan garpu hingga kulitnya terkelupas dan mengeluarkan banyak darah.

Dia pun meringis kesakitan dan menangis deras.

"Maaf.. Maafin gue mel" Mohonnya dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.

"Ya.. Teruslah memohon" Ucapku sambil menyeringai dan terus melanjutkan aktivitas ku menggaruk wajahnya.

Dia pun terus memohon dan terus menjerit kesakitan. Entah mengapa mendengar jeritannya benar-benar membuatku bahagia. Aku sangat bahagia mendengar jeritannya.

Hahaha...

Setelah menggaruk wajahnya dengan garpu hingga wajahnya tidak berbentuk lagi, dan yang pasti kulit di wajahnya sudah hilang.

Aku langsung menyalakan dua buah bor yang berada di samping ku. Ku lihat Mia, Mia pun menggelengkan kepala memintaku untuk menghentikan semua siksaan ini.

"Gue gak akan berhenti, sebelum lo mati ditangan gue" Ucapku dengan seringaian ku.

Tak mau berbasa-basi lagi, langsung saja ku bor kedua matanya. Darahnya muncrat mengenai wajahku. Aku suka.

"Sudah... tolong hentikan semua ini to-long. Ma-afkan aku..." Ucap Mia yang suaranya hampir tak terdengar.

Aku mengabaikannya. Aku terus mem-bor kedua matanya, sampai membolongi kepala bagian belakangnya. Aku tarik bor tersebut dan terlihatlah sisa-sisa isi kepalanya menempel dibor ku. Kemudian aku langsung memindahkan bor tersebut ke lubang hidungnya.

Aku terus memasukan bor itu kedalam hidungnya, aku semakin menekan tanganku ketika tulang yang berada di hidungnya menghalangi jalan bor-ku.

"Ah, susah sekali. Mungkin aku harus menekannya lebih kuat" Ucapku

Ku tekan lagi dan lagi, akhirnya tulang itu pun terlewati. Aku melanjutinya, membor hingga tembus ke bagian atas kepalanya.

Ku tarik bor tersebut keluar dan ku dapati sisa darah, urat-urat dan otaknya yang menempel.

Dia Mati. Aku sangat bahagia. Itulah balasan untuk orang yang suka bertindak semaunya.

Aku langsung membereskan semua perlengkapan yang ku gunakan, dan membersihkannya agar jejak ku tidak terlihat. Sebelum meninggalkannya aku berbisik di telinga mayat Mia.

"Mimpi indah Mia sayang"

***

Keesokan paginya. Sekolah dihebohkan dengan penemuan mayat Mia di gedung belakang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi. Banyak sekali siswa-siswi yang mempertanyakan kematiannya.

"Gak nyangka gue disekolah kita ada pembunuh" Ucap siswa 1 yang tepat berada disampingku.

"Sama gue juga. Tapi emang pantes sih Dia mati" Sambung yang lain.

"Iya juga sih. Secara Dia suka ngebully orang. Kira-kira siapa ya yang ngebunuh dia?"

Gue. Ucapku dalam hati

"Mungkin salah satu dari korban bullyannya"

Tiba-tiba seorang perempuan datang sambil berlari kearah kami dan berkata.

"Gila yang ngebunuh sadis banget. Gue tadi sempet ngeliat mayatnya, parah. Kulit mukanya tu abis terus matanya bolong sampe ke kepala belakang. Sadis gak tuh"

"Sadis gila. Serem gila"

Itulah percakapan yang gue denger. Gue gak ikut dalam percakapan karena gue mau ngeliat tanggepan mereka. Dan gue seneng ngedenger tanggepan mereka yang bilang kalau gue adalah pembunuh sadis.

Ini baru korban pertama gue. Mungkin kedepannya akan ada lagi korban-korban lain. Dan buat yang mau tahu siapa yang ngebunuh Miandra Alatas, itu gue Melanix Sept, Sahabat baik dari Miandra Alatas ;)

***

Gaje? Emang. Pengen nyoba genre kayak gini. Kalo kurang sadis yah.. Mohon dimaklumi. Karena saya pemula. Saran juga boleh kalau mau ngasih, tapi tolong pakai kalimat yang baik ya, karena saya orangnya baperan. Hehe

Psycho? It's Me [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang