1; piquet

70 5 2
                                    

'I miss you. A lot.'
-----------------
Senin, 22 September 2014

Andri mengayunkan sapu lidi yang berada di tangannya, malas. Seharusnya, petugas piket membersihkan kelas dengan vacum cleaner. Namun apa daya, vacum cleaner dikelas Andri sudah lama rusak, terpaksalah petugas piket harus menyapu kelas dengan sapu lidi setiap harinya. Pegal memang, tapi lebih pegal jika harus menanggung denda piket, bukan?

Aktivitas Andri terhenti ketika ia melihat sosok laki-laki dengan rambut khasnya tengah meletakan sepatu di rak yang sudah tersedia. Santai. Ya, dengan santai, saking santainya membuat amarah Andri meluap sampai ke ubun-ubun.

Padahal, laki-laki itu sudah sangat jelas melihat Andri yang sedari tadi menatapnya kesal. Namun ia tak memperhatikannya, hanya berjalan kearah tempat duduknya. Membuat Andri tak dapat membendung amarahnya lagi.

"Woi, guguk! Ajigile sante banget lo masuk! Piket buruan, bego!" Pekik Andri. Hal ini sudah biasa terjadi di senin pagi, sehingga penghuni kelas sudah sangat terbiasa dengan suara melengking Andri(walaupun beberapa juga tetap mengeluh dengan itu).

Seperti seisi kelas yang lain, tidak memperhatikan Andri. Sama halnya dengan laki-laki itu, ia masih dengan santainya duduk diatas bangkunya sambil memainkan ponsel yang entah sejak kapan berada di tangannya.

"Ih, Peter kentut! Budek lo,hah?! Buang sampah, woi! Galiat apa gue piket sendiri? bukannya ngebantu malah main hape, dasar gentong!" Teriak Andri tepat ditelinga Peter.

Seharusnya Andri, Peter, dan Nafa lah yang piket hari ini, tapi Nafa izin karena sakit sehingga tinggallah Andri sendiri bersama dengan Peter yang malas nya minta ampun, Ya Tuhan! Padahal, tugasnya hanya membuang sampah di tempat pembuatan kompos. Lagian juga, tempatnya tak jauh dari kelas, dan yang jelas tak lebih melelahkan dari nyapu kelas hanya dengan sapu lidi seorang diri.

"Ah, sakit, Ndri! Ya kali, gausah teriak di telinga gue juga." Rintih Peter

"Abis lo budek amat, pake acara nyuek-nyuekin kaya bebek ja. Yaudah, buang sampah buru!"

"Males."

"Nyari mati, hah?" Andri tersenyum. Namun senyum-nya terlihat mengerikan bak pisikopat yang bersiap menghabisi korban. Mungkin, siapapun yang melihatnya akan ketakutan. Tapi tidak dengan Peter.

"Peter! Buang sampah!" Pekik Andri berkali-kali.

"Males ah, mang kalo gue buang sampah dapet apa? gadapet apaapa juga."

"Ih, Peter! Gemes anjir!"

Peter tetap saja tak menghiraukan Andri, masih dengan ponsel yang berada ditangannya. Hingga tibalah saat bel berdering empat kali, menandakan waktu pulang kerumah sudah tiba. Walaupun Andri tetap saja mengomeli Peter agar ia mau membuang sampah, namun tetap saja, alhasil, Peter tak piket hari ini.

Peter memang begitu, keras kepala. Ya, semua orang tau itu. Sifatnya sangat khas. Beruntunglah jika engkau tak bertemu dengan orang seperti Peter.

Karena, sekali kau terjerat dengannya, kau takan lepas.

AlphaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora