Author POV
Jeni duduk diam disamping Juan yang fokus dengan jalanan dihadapannya, tak ada diantara mereka yang sejak tadi berinisiatif memulai pembicaraan.
"Situ gak bakal nemuin aku lagikan?" Jeni menghembuskan nafas lelah melirik Juan.
"Kenapa memangnya?"
"Ya.. Emang mau lanjut ketemuan denganku?" Jeni menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil, dia bicara lambat.
"Apa salahnya?" Juan menjawab cuek tak melirik Jeni sedikitpun.
"Aduh om! Aku mohon, jangan memperibet ini semua!" Jeni bangkit dari kegontaiannya karena sudah begitu geram.
"Jangan panggil saya om!"
"Emang pantesnya di panggil om! Emang gak kesel apa ngadapin aku?? Aku tahu om pasti sibuk, jadi gak usah habisin waktu untuk hal gila ini. Aku mohon!!" dan Jeni sudah tak bisa meredam kekesalannya, ia ingin mengeluarkan segala sesuatu yang membuatnya sakit hati.
"Saya hanya menjalankan apa yang ayah kamu minta," Juan tampak tak terpengaruh dengan aksi Jeni yang bicara penuh emosi, ia masih bersikap normal.
"Huhuhu! Tapi aku gak mau sama om-om, huaaaa!! Ayah jahaaat! Emang om gak malu apa dijodohin sama anak muda?!" Jeni meronta-ronta asal yang membuat Juan menyempatkan juga untuk melihat manusia di sampingnya.
"Saya belum setua itu untuk malu. Kamu salah jika memanggil saya dengan sebutan om," jelas Juan sambil sekilas tertawa ringan, sedangkan Jeni masih stres seperti akan bunuh diri.
"Aku gak peduli! Om itu kayak bodyguard! Huaaaa!! Intinya aku gak mau dijodohin. Aku mohon om..nyerah aja, jangan mau disuruh ketemu aku lagiiii," Jeni memohon sambil menguncang-nguncang lengan Juan.
"Berhenti menarik lengan saya!" tegur Juan karena Jeni yang semakin kuat menarik-narik tangannya yang sedang mengemudi, ini tentu membahayakan.
"Om aku mohon..emang aku pernah salah apasih sama om sampai om segini jahatnya padaku?" rengek Jeni berlanjut tak menghiraukan teguran Juan.
"Berhenti! Atau saya minta ayah kamu untuk segera menikahkan kita!?"
"Om gila ya!???!!!!" teriak Jeni segera melepaskan tangannya dari Juan. Dia sungguh dibuat gila seutuhnya oleh Juan malam ini.
Juan hanya tersenyum miring melihat Jeni yang makin frustasi, "Ini tampak menarik,"
*
"Jangan manpir!" celetuk Jeni jutek saat mereka sudah sampai dirumahnya.
"Siapa yang niat mampir?" balas Juan cuek menunggu Jeni yang sedang mengambil tasnya bersiap keluar.
"Argh! Menyebalkan!!" rutuk Jeni sesegera mungkin membuka pintu mobil dan membantingnya keras.
Jeni kaget saat baru keluar mendapati ayahnya yang mendekat, oh!bukan mendekat pada Jeni, ia malah mencari Juan.
"Sudah sampai? Ayo kamu turun dulu," panggil ayah tanpa mengacuhkan Jeni.
"Ayah!" ujar Jeni kesal.
"Tidak usah pak," tolak Juan membuka jendela mobil.
"Ah, ayolah..sudah lama kita tidak bertemu," ayah makin memaksa Juan.
Juanpun tersenyum dan mengangguk, melihat itu tentu semakin membuat Jeni geram, dengan kesal ia masuk duluan ke rumah.
Ayah dan Juan tampak masuk dengan tenang sambil mengobrol ringan dan duduk di ruang tamu, menyadari itu ibu langsung mencegat Jeni yang tampak ingin masuk ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can
Romance(Complete) Ini gara-gara kakak laki-lakiku yang gak mau ambil alih perusahaan super besar milik ayah, entah kenapa aku anak cewek bungsu harus jadi korban. Tapi bukan 'Jeni' namanya kalau nerima gitu aja, aku gak mau! Cara lain yang di tempuh orang...