03;

6.6K 1.1K 57
                                    

Tawa gadis itu menyembur, membuat kesal setengah mati seorang Jungkook yang murung.

"Bisa tidak kau kecilkan ejekanmu, nona Shin?" Jungkook mendesis. Menyesal berat menceritakan apa yang barusan menimpanya, yang barusan membuat hatinya terjepit.

"Well... well... maafkan aku." Meski si gadis meminta maaf, tawa mengejeknya masih terdengar di gendang telinga Jungkook.

Lalu suara gadis itu terdengar lagi dengan senyum remeh yang menghiasi wajah manisnya, "Kim Taehyung memang terbaik dari yang terbaik. Tidak bisa dibandingkan dengan kau yang brengsek iniㅡ oops!" Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, keceplosan...

Jungkook tak tinggal diam. Lengannya mengunci kepala gadis itu, lalu dengan gemas ia cubiti pipi Shin yang sedikit gembul, membuat gadis itu memohon ampun dan melancarkan balasan lewat cubitan-cubitan menyakitkan di perutnya.

"Oke, berhenti, ini menyakitkan..." keduanya sama-sama terkapar di tengah ruangan, yang satu memegang lehernya yang serasa patah, yang satunya lagi menggeletak tepar memegangi perut.

Tatapan mereka bertemu, lalu tanpa duga Jungkook memulai tawanya, mengundang si gadis yang tengah menatapnya sebal itu tertawa juga.

"Cukup Hyena saja yang barusan membuatku jatuh. Kau tidak boleh mencontohnya."

"Siapa juga yang berniat mencontohnya, tsk tsk tsk." Gadis itu tak terima, "Aku lebih baik perihal menyakiti hati seorang cassanova putra tunggal Jeon corp."

"Wow, mulutmu makin manis saja sayang..." puji Jungkook. Laki-laki itu menarik rambut panjang Shin dan Hap! Tangannya tiba-tiba melingkar manis di leher si gadis.

Jungkook meletakkan kepalanya di bahu Shin setelah memeluk erat gadis itu dari belakang. Shin hanya tersenyum lembut menatapi wajah Jungkook dari samping. Tangannya mengusap lembut telapak tangan Jungkook yang berada di leher.

"Salahmu sendiri bermain api."

Jungkook membuka matanya yang terpejam. Habis sudah waktunya untuk sedikit tenang dalam sandaran gadisnya. Shin tampaknya masih suka untuk mengoloknya.

"Jungkook-ah, tidak ada yang pernah setuju untuk merubah sikap orang lain dengan cara menyakitinya."

Kepala Jungkook memiring bingung, apa sih yang mau dikatakan gadis ini, berbelit-belit sekali.

"Aku mengerti setelah berkencan denganmu beberapa bulan terakhir." Gadis itu berujar getir.

"Maksudnya?"

"Kau benar-benar tidak peka, ya?" Shin menjewer telinga Jungkook, "Hyena... gadis itu mungkin hanya ingin mendapatkan perhatianmu makanya dia terus bersikap manja."

Shin menggeleng, prihatin dengan Jungkook yang tengah mengusap telinga akibat jewerannya tadi.

"Pada dasarnya, sikap wanita memang seperti itu. Dibanding sebuah cinta mereka lebih membutuhkan ketulusan. Jadi si hyena itu mencari tahu letak dimana ketulusanmu yang nol persen itu."

Jungkook tersenyum remeh, "Sok tahu."

"Lho tak percaya?"
"Kau itu.... kalau makan, diam. Duduk berdua pun diam. Tersenyum jarang. Memeluk pun nomor sekian. Mencium apalagi."
"Semua yang kau lakukan nonsense. Bullshit kalau kau cinta tapi tak ada tindakan."

Jungkook termenung. Otaknya berpikir keras dengan kalimat-kalimat rumit Shin.

"Itu yang aku rasakan selama menjadi pacar bohonganmu. Kau tidak memiliki apa yang Taehyung miliki. Pantas saja gadis itu lebih memilih Taehyung ketimbang dirimu."

Shin menatapnya redup, ayolah...

Kenapa mereka harus bertengkar seperti ini?

Seorang partner harus berada dalam pemikiran yang sama.

"Kau salah besar memutuskannya dan membuatnya cemburu dengan hal palsu yang kau lakukan padaku."

Jungkook menatap Shin, telunjuknya menutup mulut si gadis agar tak menyakiti hatinya lebih. Ia sedang parah sekarang jadi jangan coba-coba membuatnya untuk tambah sekarat.

"Jangan kau teruskan." Laki-laki itu membawa Shin dalam dekapannya erat. Kali ini lebih tulus.

Ia jatuh, dan Shin harus menolongnya.

Gadis itu berontak. Tak mau dijadikan pelampiasan lagi. Hubungan mereka harus segera diakhiri. Apalagi tugasnya membuat seseorang disana cemburu berat terhitung tuntas.

Tapi... entah mengapa sulit sekali untuk melepaskan dekapan ini. Jungkook... ia tidak rela menjauh darinya...

Menangis. Tentu.
Hal sialan mana yang membuatnya malah terjatuh dalam panggung drama miliknya. Ia hanyalah peran pendukung, peran dimana sudah tugasnya untuk menbantu si peran utama. Kok malah berharap lebih?

"Biarkan seperti ini. Kamu satu-satunya orang yang bisa membuat diriku merasa lebih baik."

Jungkook menghirup feromon gadis itu dalam-dalam, "Setidaknya kau tetap pacarku dimata semua orang."

DAYS: JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang