Chapt. 15 - Terluka

1.5K 61 19
                                    

Yori's POV

Coba katakan padaku, lelaki mana yang tidak bahagia ketika bisa menikmati waktu kebersamaan bersama wanita yang ia cintai.

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, artinya waktu kebersamaan ku dengan Vitha pun berakhir. Dan dua hari menjadi teramat sangat mengesankan.

Jadwal Kereta Vitha berangkat jam 5 sore, masih ada waktu satu jam untuk bersiap-siap.

Mobil kami berhenti dipelataran hotel, aku membuka sabuk pengamanku begitupun Vitha.

Kami berjalan menuju lobby hotel, tanganku terus mengamit jari-jari tangan Vitha. Sesekali aku melirik wanita disampingku ini, senyum terus terukir dari bibirnya.

"Mas Yori!"

Langkah kami berhenti. Aku memutar kepalaku mencari sumber suara yang memanggil namaku. Seketika tubuhku menegang, genggaman tanganku semakin erat. Vitha menatapku dengan ekspresi bingungnya ke arahku seakan berkata 'ada apa?'

"A-amelia?" Ucap ku terbata, terdengar seperti cicitan tikus. Aku terkejut.

"Siapa mas?" Tanya Vitha dengan senyum masih terukir disana. Apa yang harus aku katakan?

Belum sempat ku menjawab pertanyaan Vitha, Amelia berkata.

"Aku calon tunangan mas Yori!" Katanya terdengar sangat angkuh ditelingaku.

Jantungku seakan ingin copot, mataku melebar tak percaya. Apa yang Amelia lakukan?

Vitha mendongak menatapku lekat. Seakan menggali sebuah jejujuran dari mataku cukup lama. Senyuman itu hilang, binar dimatanya yang cokelat seketika redup.

Mata cokelat itu mulai memera, hatiku sesak melihat tatapannya.

Jangan tatap aku seperti itu, Vi. Aku bisa jelasin. Jangan salah paham dulu.

Aku berdoa dalam hati. Bibirku terkatup rapat tak mampu menyeruakannya.

"Aku calon tunangan mas Yori. Kamu siapa, hm?" Ucap Amelia lagi. Kali ini dia maju satu langkah mendekati Vitha.

"Vi, aku bisa jelasin" Kataku akhirnya sambil menggenggam tangannya. Namun Vitha menepis tanganku.

"Dia siapa?" Teriaknya. Aku tahu dia menahan segala emosi dalam dirinya.

Kami bertiga kini menjadi tontonan banyak orang di lobby hotel.

Astagfirullah.

Kristal bening itu jatuh dari mata Vitha. Lagi-lagi, kau membuatnya menangis, Yor. Laki-laki macam apa aku ini?

"Benar?" Tanya Vitha. Aku tahu dia ingin sebuah penjelasan.

"Aku bilang, aku calon tunangan mas Yori. Kamu siapa? Berani sekali menggoda calon tunanganku." Ucap Amelia lagi. Rahangku seketika mengeras, atmosfer panas langsung mendekapku. Ku tarik nafas dalam-dalam agar emosiku tetap terkendali.
"Cukup, mel. Jaga ucapan kamu." Bentakku pada Amelia. Amelia terlonjak kaget. Vitha berlari masuk ke dalam hotel, aku mengejarnya tentu saja meninggalkan Amelia yang masih mematung di lobby setelah kubentak tadi. Beberapa kali ku tahan tangan Vitha namun selalu saja ditepisnya. aku terus mengejarnya ke pintu lift yang sudah beberapa senti lagi akan menutup, dan... hah, aku berhasil masuk sebelum pintu lift tertutup.

Dia menangis, ku tangkup wajahnya yang tidak ingin melihat ke arahku ketika kami sudah berada di dalam lift. Hanya ada aku dan Vitha didalam lift.

"Vi.." panggilku lemah.

Pintu lift terbuka, dia terus saja berjalan ke arah kamarnya tanpa memperdulikan keberadaanku, aku terus mengikutinya.

BRUG! pintu tertutup.

You're MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang