Aku

41 5 0
                                    

Cahaya-cahaya menerangi penglihatanku, aku merasakan jemari tangan yang lembut memegang kepalaku dengan kasih sayang, tidak hanya satu orang ternyata tetapi ada seseorang lain di sisiku, ia tertawa bahagia melihatku, mereka tertawa
Bahkan kurasa bukan hanya dua orang disisiku. Tetapi kurasa banyak sekali entah siapa saja tapi aku sangat bahagia, terdengar suara berat membisikan N-A-T-E "NATE". Aku hanya dapat mengkedipkan mataku tak dapat berkata apa-apa. Dan aku baru sadar kehadiranku di dunia ini membawa mereka bahagia, ya keluarga-keluargaku yang menyaksikan kelahiranku hingga akhirnya aku dapat disini bersama mereka.
Begitu senang rasanya dan nyaman berada di dekapan yang kuyakini itu, ibu sesosok malaikat yang sangat lembut dan bahagia sekali melihatku.
Kembali ku rasakan sentuhan dari tangan yang berbeda dan kurasakan kumis-kumis tipisnya menempel di pipiku yang masih lembut ini, dan ia adalah ayahku. Ia nampak sama dengan ibu yang begitu bahagia melihatku, bagaikan ia mendapatkan sesuatu yang begitu bahagia hingga tak bosan-bosannya melihatku, dan tertawa.
Hingga akhirnya aku sadar bahwa aku semakin dewasa, ku tutup kenangan masa lalu itu dan membalikan foto-foto ku saat masih kecil.
"Ahhhhhh......indahnya ke masalalu......"
Suaraku di ikutkan dengan gerak tubuhku yang begitu letih.
Ku bangkit dan turun untuk mendapatkan sesuatu yang dapatku makan.
Ayahhhhh........... Ada cemilan apa?
Nate ayah belum belanja bagaimana kamu yang belanja? Ujar ayah menawarkan.
Engga ah Nate males pergi sendiri, maunya Nate di temenin ayah
Hmm dasar, putri ayah mirip sekali sifatnya sama seperti ibumu,ayuk siap-siap kita pergi ke Mall.
Senyum mengembang di bibirku rasanya sudah lama aku tak pergi bersama ayah setelah ibu meninggal 2 tahun yang lalu, memang keluarga kami agak kacau belakangan hari ini, dan sekolahkupun menurun karna keadaan ini bahkan aku menjadi gadis yang pendiam di sekolah sekarang. Aku hanya dapat berbicara dengan orang-orang tertentu, contohnya Ayahku. Alu masih tetap sama di matanya masih sama seorang gadis yang ceria,dan manja. Tak ada yang berubah dari sifatku selama ini. Aku sangat beruntung karna masih mempunyai ayah sebaik dia.
Ku gapai gagang pintu mobil dan menaikinya ku tunggu ayah sambil memaikan ponselku, seperti biasa tak ada pesan masuk dari siapun hanya game lah yang menghiburku, melihat teman sosial mediaku yang minim dan mereka juga tak pernah mengajakku bicara walau sekedar basa-basi dan hanya menanyakan tugas saja bila penting, aku tak merasa bosan dengan keadaanku karna aku masih mempunyai ayah yang menyayangiku.
Tak terasa lelaki itu menuju keaeah ku dan memasuki mobil, ia tetap begitu keren dengan penampilan apa adanya.
Gimana ada yg ketinggalan?
Aku hanya menjawabnya dengan menggeleng.
Okay kita pergiiiii
Ku lihat jalan yang penuh dengan kepadatan, lampu- lampu kota menerangi kota Jakarta membuat keindahan tersendiri bila kalian menikmatinya. Terlintas kembali kenangan pahit dimana saat seperti ini ibu selalu bercerita hal-hal konyol kepadaku dan ayah, namun aku paham kita tak dapat menentang takdir yang ada.
Tak terasa kita sampai di pusat perbelanjaan yang cukupn luas dan terkenal, kamipun menuju supermarket untuk berbelanja keperluan. Kebetulan keperluan kami kosong, aku bercanda dengan ayah hingga waktu berbelanja kamipun usai, ayah menawarkan makan malam bersama dan aku memilih untuk makan di restauran kesukaanku dan ibu,
Masih dengan tempat yang sama dan nuansa yang sama, aku menikamati setiap detik berada di tempat ini. Rasanya bagikan ibu benar-benar berada di sini, ayah bercerita tentang ibu saat ayah dan ibu masih pacaran. Saambil menunggu makanan kami aku mendengarkan cerita ayah, yang begitu seru Ya Tuhannnn rasanya aku tak ingin kau memisahkan mereka, mereka bagikan pasangan yang serasi namun apa daya kau sudah memanggil ibu. Tapi aku begitu salut dengan keadaan ayah yang dapat bangkit dari keterpukan.
Tak terasa makanan kamipun datang aku memakan, makanan kesukaan ibu. Benar rasanya bagikan ibu berada di dekatku rasanya kami bernostalgia.
Setelah kenyang kamipun pulang selama di mobil aku tak berbicara apa-apa karna aku sedang merenungkan tentang ibu yang masih terbayang di pikiranku.
Saat di rumah
Kurebahkan tubuhku di kasurku, dan memejamkan mataku
Huhhhhhh....... Besok sekolah
Gumamku tak semangat, karna harus melewati orang-orang yang begitu aneh dalam hidupku.
Mereka tak pernah peduli dengan keadaanku, aku sempat kecewa dengan keadaan tapi aku terkadang berfikir ada baiknya juga aku seperti ini, karna aku dapat mengetahui yang sebenarnya , bahwa sahabatku Messya meninggalkanku hanya karna aku depresi sepert ini, mereka menganggap aku aneh, tidak normal, dan tak pantas berada di sekolah normal. Tapi aku tidak peduli dengan perkataan mereka.
Tak terasa aku terlelap.
-esoknya-
Nate......nate.......nate....... Tok tok tok
Ku terbangun karna ada suara panggilan yang berasal darri pintu
Mau sampai kapan tidur nate? Ujar pria paruh baya yang memasuki kamarku.
Ah ayah, Nate masih ngantuk 5 menit lagi Nate bakal bangun gimana?
Ayah hanya menggeleng melihat sigat putrinya,
Kalau ga bangun nanti perginya pakai angkot aja ya nate?
Mendengar kata-kata itu aku langsung membuka mataku lebar.
Aku tidak suka naik angkot bukan karna tak suka naik kendaraan umum, hanya saja orang-orang slalu membicarakanku.
Ku raih handuk dan menyuruh ayah untuk menunggu di bawah.
Setelah mandi, ku rapihkan rambut dan pakaianku, ku siapkan buku-buku. Beruntung tak ada tugas untuk hari ini jadi aiu tak akan kaget.
Ayah telah menunggu aku langsung duduk di meja makan dan memakan sepotong roti,dan meneguk segelas susu.
Emang satu doank cukup nate? Tanya ayah menggoda
Cukup lahh Nate  ini kan kurang suka makan ayah
Ckckckck
Kami pun berangkat seperti biasa ayah mengantarku ke sekolah, selama dinperjalanan hanya suara radio yang menemaniku dan ayah. Tak terasa kami sampai di sekolah,
Akupun pamit ke ayah
Ayahh hati-hatiyaa, semangat kerjanya, nate sekolah dulu byee
Iya nate bye......
Akuupun turun dari mobil dan berjalan menuju tempat yang tak ingin ku tujuh,  "sekolah" semua orang memandang ke arahku, benar-benar mebuatku risih, dengan cara pandang mereka yang sebelah mata. Aku tak suka dengan pandangan itu.  Yang begitu mencolok bagaikan ingin menerkamku. Ku kuatkan hati dan menuju kelas.
Dan di sana telah ramai orang dan mereka melihat ke arahku.
Messya memandangku seperti mengisyaratkan kata "geli".
Aku berjalan menuju mejaku dan akupun duduk.
Tiba-tiba seseorang menghampiri diriku.......

SEGINI DULU YA READER INI PERTAMA KALINYA AKU MEMBUAT CERITA HOPE U LIKE IT

DisappointedWhere stories live. Discover now