Senior dan Karet Penghapus

923 110 8
                                    

Senior dan Karet Penghapus

****

Oh Sehun, siswa tingkat dua dengan senyum menawan itu selalu bisa menjerat hatiku. Wajah yang bagaikan tiruan dewa itu selalu bisa membuatku memerah malu lalu melarikan diri.

Aku masih teringat saat pertama melihatnya . Aku hanya salah satu dari sekian ratus siswa baru dan juga salah satu dari sekian banyak orang yang terpesona olehnya. Sedang Sehun adalah satu-satunya panita penerimaan siswa baru yang terlihat bersinar dimataku.

Acara penyambutan memang tidak begitu menarik tapi acara pentas seninya benar-benar memukau. Oh Sehun yang terlihat kalem itu penuh bakat . Ia menyanyi, bermain alat musik dan juga menari. Meski aku duduk di barisan depan, sama sekali tidak terpikir akan terlihat olehnya dan memang ia pun tidak sekalipun melihatku.

Bulan-bulan pertama di sekolah yang sama hanya kulalui untuk memperhatikannya. Aku senang melihatnya berkumpul dengan teman-temannya, aku memperhatikan bahwa Sehun tidak setenang dan sekalem kelihatannya. Ia begitu lepas bertingkah konyol bersama teman-temannya.

Sebuah kebetulan di semester dua bahwa kami berada di kelas yang bersebelahan. Aku bersyukur bisa lebih leluasa memperhatikannya. Dan kebetulan lainnya beruntun terlihat . Komputer yang sama di setiap lab atau ruang kesenian yang bersebelahan dengan ruang kumpul anak palang merah.

Kebetulan yang paling membahagiakan untukku adalah duduk di meja yang sama dengannya. Meskipun hanya tujuh hari ujian kenaikan kelas.

Hari pertama begitu kaku . Meski Sehun terus tersenyum tapi aku sama sekali tidak bisa membalasnya . Bagaiman bisa membalasnya jika nanti ia bisa melihat wajah merahku ?

Hari-hari selanjutnya aku tau fakta bahwa ia hanya pandai di mata pelajaran matematika. Aku juga lebih pandai di matematika tapi aku tidak seburuk Sehun dalam pelajaran lainnya. Sehun suka sekali duduk gelisah di kursinya lalu diam-diam meminta bantuan teman-temannya. Apa yang kulakukan saat itu? Menunggunya selesai dan menutupi kegiatannya dengan badanku dari pengawas. Apa Sehun sadar yang kulakukan ? Entahlah.

Di hari terakhir ujian Sehun duduk lebih gelisah dari biasanya . Ini pelajaran sejarah, apa sejarah kelemahan terbesarnya? "Pinjamkan aku rautanmu." "Penghapusmu mana?" "Pinjam penghapusmu lagi" berulang kali Sehun meminjam karet penghapusku untuk mengganti jawabannya. Sehun memang suka meminjam alat tulisku waktu itu.

Aku menunggu Sehun selesai seperti biasa. Tapi saat itu lebih lama dari biasanya. Aku ragu meninggalkannya, tapi kulihat ia mulai serius mengerjakan sisa soalnya dan dengan tenang menjawab. Aku sedikit lebih bersabar dan ketika ia sudah sampai di soal terakhirnya , aku memutuskan pergi lebih dahulu.

Seminggu itu adalah seminggu yang indah selama bersekolah disana. Aku seolah dapat keberanian berdiri lebih dekat dengannya di awal semester tiga, meski jika terlalu dekat aku akan segera melarikan diri menjauh.

Tapi perlahan aku berjalan mundur. Sehun itu populer dengan begitu banyak penggemar, sedang aku hanya siswa biasa. Dan aku tidak lagi memperhatikannya sejak ia dikabarkan menjalin hubungan dengan teman seangkatannya.

Aku mulai menyibukkan diri dengan belajar dan kegiatan palang merahku . Aku mencoba tidak perduli meski Sehun berada benar-benar didekatku.

"Hei kau yang waktu itu kan?" aku menegakkan bahu menatap orang yang bicara padaku itu.

"Iya senior." Oh Sehun duduk disebelahku sambil tersenyum.

"Apa kau ingat penghapusmu masih padaku?" Kupikir Sehun tidak ingat tapi ternyata ia ingat tidak menggembalikan penghapusku dihari terakhir ujian waktu itu.

Senior dan Karet Penghapus #HunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang