Siang ini Rinda masih asik latihan menari bersama teman-teman di aula sekolah. Tanpa sengaja matanya melihat sesosok lelaki yang sedang melintas di depan pintu. Spontan gerakkannya terhenti.
"Ada apa Rin? mengapa kau berhenti?" Salah satu dari temannya bertanya, Rinda masih diam membisu hingga tak mendengarkan apa pun yang mereka katakan.
"Rin, mengapa kau melamun?!" tanya Ayu sambil mengibaskan tangan di depan matanya.
"Oh iya, ada apa Yu?" jawab Rinda gugup. Ayu mendengus.
"Kau belum menjawab pertanyaanku barusan Rin, mengapa kau tiba-tiba berhenti?" Ayu masih bertanya hal yang sama.
" Tidak ,tidak ada apa-apa. Mari kita lanjutkan lagi!"
Rinda dan teman-teman pun kembali melanjutkan menari yang tadi sempat tertunda, saat latihan Rinda terlihat tidak fokus terhadap gerakannya. Hak itu membuat temannya merasa kesal terhadapnya.
"Sudahlah besok saja kita lanjutkan lagi," kata dewi kesal.
"Sebaiknya sih begitu Wi!"
Ayu menimpali perkataan Dewi. Mereka pun berjalan menuju peralatan yang dibawanya tadi dan membereskannya. Meninggalkan Rinda yang kini masih berdiri terpaku seorang diri.
"Bodoh sekali kau, mengapa kau memikirkan lelaki yang jelas tak kau kenali itu!" dengusnya dalam hati sambil memukul jidatnya sendiri atas kebodohan yang tadi ia lakukan. Rinda pun melangkah pergi meninggalkan aula sekolah bermaksud ingin pulang karena badannya yang kini terasa lelah di penuhi oleh peluh yang bercucuran.
***
Malam ini rasa kesepian itu hadir kembali membuat hati Rinda sedih, kini Rinda teringat dimana empat tahun yang silam ayah dan ibunya meninggal akibat kecelakan beruntun. Air matanya kini mulai tumpah satu persatu mencicipi kasur, rinda pun mengelap air matanya. Rinda bangkit dari tempat tidur kemudian meraih tasnya dan melangkah pergi keluar untuk mencari kesenangan dari kesedihan yang di rasainya. Rinda pun melajukan mobil putihnya menuju caffe yang telah menjadi langgangannya.
"Cokelat hangat seperti biasanya nona." tanya seorang pelayan
" Ya, kau benar, Boy."
" Baiklah tunggu sebentar, aku akan kembali dengan coklat hangatmu."
Pelayan pun berlalu pergi. Entah apa yang ada di pikiran gadis ini hingga ia kembali melamun setelah kepergian pelayan itu. Tiba-tiba terlintas bayangan lelaki kemaren yang berada di aula sekolah.
"Coklat hangat kesukaan anda sudah datang nona," kata pelayan itu sambil meletakan sebuah cangkir di atas meja
" Oh, iya makasih Boy," jawab rinda terbata-bata.
Ia pun segera meraih cangkir itu dan mulai meminumnya dengan perlahan karena ia ingin menikmati coklat itu disetiap tegukannya, ketika ia sedang asik dengan minumannya mata coklat gadis ini terbelalak melihat seorang lelaki yang berada di sudut ruangan dengan sebuah kertas biru yang berada didalam genggamannya, membuat gadis ini penasaran apakah itu lelaki yang kemaren atau bukan, maka ia pun melangkah pergi menuju meja lelaki itu dengan langkah sedikit pelan untuk memastikannya. Tetapi alangkah bodohnya ia bahwa sedari tadi nathan memperhatikan setiap gerak-gerik yang ia lakukan tanpa sepengetahuannya. mulai dari mejanya hingga ia menghampiri meja nathan.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" seru Rinda dengan malu-malu. Nathan masih diam tak bergeming sehingga membuat rinda merasa ia tak di hargainya, secepat mungkin ia pun mendorongkan kursinya ke belakang dan berdiri hendak pergi. Dengan cepat nathan menggapai pergelangan tangan itu membuat rinda terkejut dan menghentingkan langkahnya kemudian rinda berbalik menatap tangannya di genggam oleh Nathan.