Senyuman yang merekah
Bak bunga yang baru mekar
Harum menusuk kedalam jiwa
Di malam yang gelap ini aku rebah dalam kehangatan selimut. Bantal-bantal menjagaku. Kantukku datang dan aku tak ingat apa-apa lagi.Aku melihat seorang lelaki tersenyum dengan penuh kelembutan kepadaku yang sedang meringkuk kedinginan. Air hujan masih mengguyur seluruh tubuhku. Lelaki itu pun beranjak melangkahkan kaki mendekatiku. Mengajakku berteduh di sudut toko yang sudah tertutup rapat.
"Kenapa kau bisa ada disini?" tanyaku ragu-ragu. Bingung dan kaget bercampur jadi satu. Ketika kutanya begitu ia hanya tersenyum. Namun entah mengapa senyum itu membuat hatiku bergelenyar, sensasi ini kunikmati sendiri dalam diam. Dalam kedinginan.
Hey! kau kenapa ... ahk."
Aku terjaga dari tidurku ketika sinar mentari samar-samar menyelusup ruang kamar. Segera kuseka peluh disekitar kening sembari mengingat-ingat mimpiku tadi malam. Tanpa sadar bibirku mulai bergerak membentuk senyuman. Senyum lelaki dalam mimpiku itu tiada hentinya. Tetapi aku tersadar bahwa lelaki yang tersenyum dalam mimpi itu jauh dari kenyataan, kemudian aku bangkit dari kasur dan melangkah keluar kamar karena sinar matahari telah mengintip dari celah jendela yang masih tertutup oleh gorden putih. Aku bergegas menuruni tangga menuju ruangan yang telah di penuhi beberapa orang dan makanan yang sudah disajikan di atas meja.
***
Bel tanda istirahat berbunyi. Teman-temanku segera berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut yang lapar. Namun tidak denganku, aku memilih diam seorang diri didalam kelas yang mulai menyepi. Sesungguhnya ada sesuatu yang berkecamuk di dalam benakku, tentang mimpiku tadi malam. Entah mengapa senyum lelaki misterius itu membuatku terus terkenang dan setiap kuingat setiap mili sekon waktu disana aku turut tersenyum. Aku sadar akan sesuatu, aku merindukannya. Aku segera bangkit dan kulangkahkan kaki menuju taman sembari membawa buku yang sesungguhnya tak berniat kubaca.
Sesampainya disana kudapati beberapa pasangan kekasih fenomenal di sekolah ini sedang bergembira ria. Ragu-ragu kuhempaskan jua pantat ini ke sebuah kursi kosong yang masih tersisa. Atensiku tertuju pada deretan huruf di bukuku, sekalipun kutatapi satu-satu huruf itu blur. Yang aku tahu pikiranku tak terpasak disana. Ia melanglang buana entah kemana, ke dimensi waktu yang tak pernah kukenal. Tapi aku merasa senang disana, sekalipun asing dalam pandanganku, tempat itu berhasil menghangatkanku.
***Di pagi yang mendung, aku menunggu sebuah taksi di tepi jalan yang dingin. Terkena tiupan angin yang berdesir sampai kedalam relung jiwa. Senyuman itu membayang tak ingin menghilang. Tetapi aku tak menghiraukannya agar aku tak tersesat dalam mimpi yang terus datang mengejar otakku. Kusandarkan tubuh ini kepangkuan jok taksi yang telah kutumpangi. Kupejamkan mata sesaat untuk tidak melihat bayangan yang terus menghantuiku. Lima belas menit kemudian sampailah aku kesebuah kota dimana tempat ayah dan ibuku berada. Kedatanganku disambut dengan sangat gembira dan istimewa sehingga aku terharu akan itu. Kupeluk dan kucium kedua orang tuaku yang selama ini telah membesarkanku sampai aku tumbuh dewasa. Akan aku hilangkan senyum lelaki itu sesaat agar aku tak dihinggapinya lagi. Aku ingin bahagia dalam pikiran yang berkutat akan senyuman itu.
Matahari yang mulai tenggelam menandakan malam akan tiba. Semua orang tertidur pulas dalam mimpi. Begitu pun aku hanyut bergulir dimana mimpi seorang lelaki tersenyum kepadaku yang kedinginan. Mimpi itu kini muncul lagi membuat aku terbangun ketakutan. aku tidak membayangankan mimpi itu akan menyerang untuk yang kedua kalinya.
***Pagi datang lagi meski aku merasakannya di kota berbeda. Ah sama saja ya? toh mimpi aneh itu kerap datang juga. Kudapati wanita terhebat dalam hidupku tengah menyiapkan sarapan di dapur. Kulangkahkan kakiku lebar-lebar menujunya lalu kukecup punggung tangannya dengan hangat wanita itu memukul pundakku, kemudian menyuruhku mandi agar bisa berkumpul dan sarapan pagi bersama. tanpa disadari kaki ku melangkah meninggalkan dapur dengan wajah yang sedikit merengut malas. Beberapa menit kemudian aku pun berkumpul diruang makan sambil melahap sedikit demi sedikit makanan yang sudah di siapkan di piringku yang berwarna putih bersih. Suasana sarapan di pagi ini sangat hening tak ada satu pun yang suara, aku memulai percakapan ini dengan kesadaranku sendiri. Makan ini pun telah usai sebagian kami telah meninggalkan meja makan menuju ruang tamu.
Aku pun mulai beranjak melangkahkan kaki menuju pintu bermaksud hendak mencari angin dan melihat-lihat kota yang baru kudatangi ini. Ketika sedang asik-asiknya melihat permandangan pantai yang sudah bertahun-tahun kutinggalkan dan sekarang aku menginjaknya lagi. Kulihat seorang lelaki berwajah sama dengan seseorang yang berada didalam mimpiku. Kurebahkan tubuh ini di pasir yang membentang. Seketika aku terjaga oleh suara yang membangunkanku. Kubuka perlahan demi perlahan mata ini dengan wajah terkejut lelaki itu kini sudah berada di hadapanku. Sejenak kupikir mulai merentangkan tangan dan kurenggut ia kedalam pelukkanku. Mimpi yang selama ini menghanyutkanku kini menjadi kenyataan yang tak aku duga selama ini. Lelaki itu heran mengapa ia memeluknya. Ia hanya berniat membangunkannya karena hari mulai terlihat gelap, Ia berpikir dalam hati "Mungkin orang ini sudah gila atau sedang putus cinta."
"Mengapa kau memelukku dengan tiba-tiba?" tanya lelaki itu
"Aku sangat senang bisa berjumpa denganmu disini!" seruku bahagia.
"Kau ini gila ya, aku tidak kenal denganmu!""Sudahlah, nanti aku akan menceritakan semua kejadiannya kepadamu." kataku tersenyum manis.
Kami berdua mencari tempat untuk berbincang-bincang tentang apa yang telah terjadi pada hidupku hingga membuatku pergi ke tempat kedua orang tuaku tinggal sekarang karena ingin melupakan mimpi itu. Tetapi ternyata mimpi itu bukan hanya mimpi melainkan mimpi itu menjadi kenyataan. Membuat aku bahagia tak terkira. Sekali lagi aku memeluknya. Pelukan yang erat sebagaimana seorang lelaki bertemu sahabat lamanya.