Gelap, Kiara mengelilingi lapangan luas demi mencari seseorang yang entah berada dimana. Kiara merasa bingung. Segerombolan anak berkumpul di tengah-tengah lapangan, Kiara bingung harus mencari kemana lagi. Tidak sengaja Kiara melihat sosok yang sedari tadi dicarinya. Lelaki itu tampak bahagia, tertawa lepas. Tanpa aba-aba Kiara berlari kearah lelaki itu.
"Reza!"
Sosok itu menoleh ketus. Terengah-engah ketika Kiara datang.
" Kakak, aku mencarimu. Dari tadi kau kemana saja?" desah Kiara.
" Buat apa kau mencariku?!" jawab Reza sinis.
Mata Kiara membulat. Ia tidak menyangka Reza akan ngomong sekasar itu kepadanya apalagi Reza ngomong didepan teman-temannya. Kiara berbalik dan berlari secepat mungkin. Kiara merasa telah dipermalukan oleh Reza. Kiara tidak bisa menahan linangan air di matanya. Ia merogoh tas birunya dan mengambil handpone lalu dengan lincah jemari lentik kiara mencari-cari nama yang akan di telfonnya. Kemudian ia menemukan sebuah nama.
" Halo, Ra " jawab Dian dari kejauhan sana
"Halo Di " desah Kiara menahan tangis
" Ada apa, loe nangis Ra " tanya Dian
" Di gue mohon, loe kesini sekarang. Gue di lapangan " Kiara menutup telfonnya sebelum Dian bicara.
Kiara duduk dengan menunduk. Ia menangis di tepi lapangan tidak jauh dari tempat Reza.Tidak lama kemudian Dian datang dengan membawa seribu pertanyaan, tetapi Dian tidak berani bertanya ketika melihat temannya yang menangis dengan parah. Dian melihat Reza di kejauhan sana, lalu Dian memeluk Kiara erat.
" Udahlah Ra jangan nangis lagi, lebih baik kita pulang. " Dian memegang bahu Kiara lalu membantunya berdiri. Dian melajukan mobilnya kearah rumah Kiara, Dian tahuu Kiara pasti lelah butuh istirahat. Apalagi Dian tahu Kiara juga pasti ingin sendiri dulu mengingat hatinya yang kini lagi terluka gara-gara cowok yang tidak tahu di untung itu. Mereka berdua tetap diam, tidak ada yang berbicara satu orangpun sampai saatnya mereka tiba di rumah kiara.
" Gue langsung pulang aja deh, udah malam juga " kata Dian, seraya berlalu meninggalkan Kiara didepan rumahnya sendirian.
Di depan rumah Kiara melihat motor raka yang Terparkir di halaman kontrakannya. Kiara melangkah ingin masuk kedalam rumah, tetapi Kiara tidak sengaja menangkap suara dari samping rumah. Kiara tentu penasaran siapa pemilik suara itu ? Lalu Kiara berbalik berjalan perlahan kesamping agar tidak ketahuan. Lama-kelamaan suara itu semakin jelas, tetapi Kiara tidak tahu mereka sedang membicarakan apa karena Kiara terlambat mengetahuinya.
" oke kalau begitu, tapi apakah dia mau "
Suara berat ini pastinya bukan milik anak muda lagi.!" Oke kalau begitu, tapi setujukan " tanya lelaki tua itu. Kiara kaget apa yang dilihatnya, itu adalah raka dengan ayahnya. Tetapi Kiara lebih kaget lagi bahwa yang didepan raka adalah orangtuanya sendiri. Kiara melihat Raka menggelengkan kepala bahwanya Raka tidak setuju dengan apa yang dikatakan ayahnya. Apa yang terjadi ? Mengapa kiara merasa bingung apa yang tengah mereka bicarakan. Kiara berlari memasuki rumah..
" Bu, apa yang telah ibu bicarakan tadi " tanya Kiara penasaran
" Itu ayahnya raka ingin melamarmu dengan anaknya " jawab ibu Kiara
" Apa " decak kiara kaget
" Ibu yakin, kapan bu acara lamarannya akan dilaksanakan.? " tanya kiara
" Yakinlah, bulan maret ini " jawab ibunya santai tanpa ada beban sedikitpun.
" Bulan maret ini, tapi inikan udah akhir bulan maret bu " seru Kiara
" Bukan, maksud ibu bulan maret tahun depan " jawab ibu Kiara santai
kiara tertawa cekikian. Tidak disadarinya bahwa dari tadi Fatimah adiknya raka sudah berada di dalam rumahnya, yang kini sedang duduk dan melihat Kiara tertawa. Kiara kaget melihat Fatimah ada di kursi hingga tawa Kiara hilang perlahan seperti melihat hantu disiang bolong. Kiara yang masih bengong melihat Fatimah. Fatimah tersenyum kearahnya dengan perlahan Kiara pun ikut tersenyum agar kekagetannya tidak terlihat oleh Fatimah, tapi Fatimah sudah terlanjur melihat wajahnya yang sekarang sudah memerah karena malu.Kiara kembali menoleh kearah ibunya.
" Tapi bagaimana mungkin ayahnya melamar aku untuk raka, sedangkan ayahnya tidak kenal aku sama sekali bu. Bahkan orang-orang yang di kampungnyakan banyak yang cantik dan baik-baik " luruh Kiara. Tampak dari wajahnya kiara yang sedang menahan senyum." Iya si, tapikan kamu juga cantik dan baik. Aku lebih setuju kamu dengan abang saya " Kata Fatimah dingin
" hahaha, ada-ada aja deh kamu Fat " kini kiara tak tahan lagi untuk menahan tawanya. Hingga Kiara beranjak ke kamarnya tanpa memerdulikan Fatimah dan ibunya yang bingung dengan sikap Kiara. Di dalam kamar Kiara Menjatuhkan tubuhnya ketempat tidur dengan telentang sambil melihat atap kamarnya. Kiara melamun, Kiara tidak pernah menyangka apa yang barusan di dengarnya, semua seakan mimpi yang datangnya tiba-tiba. apakah dirinya akan menerima lamaran atau tidak dari ayahnya raka. Kiara belum sanggup untuk berrumah tangga dulu, karena ia masih anak yang baru meranjak dewasa,. Bahkan, umurnya masih 18 tahun sekarang. Bagaimana mungkin ia akan menikah yang umurnya masih muda ? Ah, tidak mungkin itu terjadi.
Tidak terasa sudah berapa jam ia melamun hingga akhirnya lamunan itu terbuyarkan oleh ketukan pintu disertai suara seorang perempuan memanggil-manggil namanya berulang kali. hingga membuat Kiara kesal. Ya yang seperti kalian ketahui saja, itu sudah pasti ibunya ?
" Ra kamu ada didalam, ini ada kakaknya raka ingin bicara sama kamu " teriak ibu kiara dari luar
" Iya bu, Kiara dengar kok bentar lagi Kiara keluar " jawab kiara
Kiara segera mencuci mukanya dan tidak lupa menyisir agar dirinya tidak kelihatan jelek-jelek amat di depan kakaknya raka, lalu kiara berjalan keruang tamu nenemui kakaknya raka.
" Halo kak, apa kabar? Tumben banget ni ke rumah nyariin Kiara " tanya Kiara panjang lebar
" Gini loh Ra, Kiara pasti sudah tau tentang lamaran itu " tanya nia yaitu kakaknya raka.
" iya kak, cuma Kiara bingung aja sekarang kak, kakak kan tahu kalau raka itu sudah punya pacar bagaimana mungkin dia mau putus dengan pacarnya sekarang " luruh kiara memberi tahu nia bahwa raka sudah punya kekasih yang di cintainya.
" Kakak tidak peduli dengan pacarnya, yang kakak inginkan sekarang Kiara menerima lamaran dari keluarga kakak " kata Nia kepada Kiara penuh harapan.
" Tapi kak "
" Tidak ada tapi-tapian Kiara, kakak hanya ingin Kiara seorang menjadi adik ipar kakak. " seru Nia tanpa memberi kesempatan Kiara untuk ngomong. Perdebatan itu cukup lama untuk di hentikan sehingga mereka berdua tertawa bersama dengan apa yang mereka debatkan.
Dan Kiara tidak tahu berapa lama dia memikirkan semuanya dalam waktu yang singkat atau bisa di bilang hanya beberapa jam. Kiara tidak menduga bahwa waktu itu cukup berharga baginya sampai kini, namun,
"Ah."
Kiara membuka kedua matanya. Hari masih gelap. Disekanya wajahnya yang penuh keringat. Mimpi aneh macam apa itu? namun tak urung ia tertawa. Mulai dari berkeliling lapangan sampai acara lamaran. Tawa Kiara mereda. Mengapa Raka? pertanda apa? Kiara mendadak gusar. Mengumpulkan niat di dadanya. Ia harus bertanya!