We

291 27 8
                                    


Eomma . . .

.

.

.

Kisah ini menceritakan tentang seorang yeoja, bernama Park Jiyeon dan Jinhee, anak perempuannya. Dari semua naskah yang tertulis ditakdir, Jiyeon termasuk dalam naskah-dimana ia dihadapkan ujian atau cobaan yang terlalu berat ia jalani sebagai orangtua tunggal Jinhee.

Cerita kehidunpan Jiyeon berawal saat ia menginjak tingkat 3 sekolah menegah keatas. Mulanya Jiyeon layaknya orang lain yang biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dan tentram. Namun berubah ketika ia bertemu dengan Jongsuk. Lee Jong Suk.

Tepatnya acara festival yang diselenggarakan setiap setahun sekali di sekolah mereka. Dan mereka mengambil organisasi yang sama, yaitu organisasi siswa intra sekolah. Jiyeon dan Jongsuk berperan dalam jalannya pelaksanaan festival sekolah. Mengatasi kekurangan atau menangani dekorasi sekolah.

Dalam kegiatan tersebut hubungan Jiyeon dan Jongsuk yang awal mulanya biasa saja, kini berkembang menjadi sesuatu. Sesuatu yang berbeda dari kata dekat.

Senyuman simpul terus tergaris seiring lirikan mata mereka bertemu. Lesung pipi yang menggemaskan enggan berhenti menampakan untuk satu sama lain. Getaran kasmaran terasa nyata. Rona merah, hanya merah yang merwanai mereka.

Bagaimana pun juga wajar bagi mereka, seorang remaja yang jatuh cinta. Berpapasan tanpa mengeluarkan kata bahkan kalimat, senyuman tersipu malu keluar begitu saja. Keluar seakan perasaan tidak bisa membohongi betapa bahagianya mereka hanya dengan berpapasan satu sama lain.

Karena hati sudah terlalu lama menahan perasaan. Jongsuk pun memberanikan dirinya mencari jawaban dari benaknya. Tentang Jiyeon begitu juga apa yang Jiyeon rasakan selama ini terhadap dirinya. Kalimat penyataan Jongsuk keluarkan saat pengunjung acara festival sekolah. Bertemu dia atap sekolah, bertepatan dengan kembang api yang mulai menghiasi langit gelap penuh bintang. Warna-warna cantik kembang api serta ayu wajah Jiyeon di mata Jongsuk. Kian terlena, apapun yang Jiyeon lakukan saat itu, Jongsuk tak berdaya. Cantik. Melibihi kata cantik.

Buquet bunga mawar bermacam warna bersembunyi di balik punggung Jongsuk. Dengan mantap Jongsuk menatap mata Jiyeon. Lalu ia mengeluarkan buquet bunga mawar di hadapan Jiyeon. Raut wajah Jiyeon terlihat terkejut dan haru. Ia tak sabar mendengar kalimat yang akan Jongsuk ucapkan.

"Jiyeon-ah, bunga dan malam ini. Aku berdiri di depanmu karena ada yang ingin aku katakan padamu. Sebelumnya hal ini pertama kali aku alami. Jadi aku belum, maksudku aku memang payah merangkai kata-kata padamu. Mianhae." Jongsuk menelan salivanya, glup! Jongsuk benar-benar tegang. Jiyeon tersenyum melihat tingkah Jongsuk yang menurutnya lucu.

"Nae ma-eumen, badajo" ungkapnya.

Tanpa kata Jiyeon merampas buquet bunga tersebut lalu menganggukan kepala. Diwaktu bersamaan pula kembang api paling megah keluar menghiasi langit mengibaratkan perasaan yang dialami oleh Jongsuk saat itu juga.

.

.

.

Sekitar dua tahun lama hubungan mereka bangun bersama. Jongsuk berencana menjadi dokter dan Jiyeon mendukung impiannya Jongsuk. Mereka bersama-sama membagi impian bersama. Satu tujuan menuju kebahagiaan bersama. Entah jalan yang mana mereka pilih, sulit atau apapun yang terjadi mereka berbagi bersama agar terasa ringan.

Jongsuk akhirnya memperkenalkan Jiyeon pada orangtuanya. Harapan baik disebut dalam doa. Akan baik-baik saja. Namun setelah Jongsuk dan Jiyeon berhadapan dengan orangtua Jongsuk, sang ayah memberi respon negative saat mengintrogasi Jiyeon.

Eomma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang