part 3- kissing

341 15 1
                                    

Justin's pov

"Coba saja kalau kau berani! " dia memajukan kepalanya. "Oh dia menantangku, baiklah gadis tengik. Aku akan melakukan tantangan mu." Ucapku dalam hati. Aku memperlihatkan senyum mesumku

Aku memajukan kepalaku pelan, dia pun menatapku ketakutan dan memundurkan kepalanya. "Liat wajahnya. Sangat menggemaskan. Ah tidak apa yg kau pikirkan justin? " aku ingin tertawa melihat wajahnya, tapi aku harus tetap melanjutkan tantangannya.

Aku memajukan kepalaku terus menerus sampai ia melangkah mundur, dan sekarang ia tak bisa mundur lagi karna dibelakangnya sudah tembok. Kalian tau? Dia tak sadar bahwa Aku membawanya ketempat yg sepi di Mall ini. Jadi tidak ada yg melihat kami, wajahku dan wajahnya sangat dekat. Entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat, tidak seperti biasanya.

Saking dekatnya wajah kami, hidung kami pun bersentuhan. Aku yakin, kalau aku berbicara satu kata saja, bibirku pasti sudah bersentuhan dengan bibirnya. Ketika ia membuka matanya, aku seperti melihat keajaiban tuhan, sebelumnya aku sudah pernah melihat mata ini dulu, waktu aku kecil. Tapi mengapa mereka memiliki mata yg sama? Sudahlah aku tak ingin memikirkan ini.

Seketika ia membulatkan matanya ketika melihat ku di depannya dengan jarak yg bahkan angin pun tak bisa lewat. Aku tau ia akan mengomel, tapi sebelum dia mengomel aku sudah memberitahunya jangan berbicara satu katapun.

"Ssttt..." aku yakin dia mengerti apa arti gumamanku.

"Apa ya--"Tapi lihat apa yg terjadi, dia tak mendengarkan gumamanku. Bodoh!.

Bibir kami bersentuhan. Haha dia sangat bodoh. Aku melumat bibirnya, dia masih terlihat kaget. Aku tertawa kecil melihatnya, dia tak membalas ciumanku, tapi itu bukan masalah bagiku.

Selama 5 menit kami ciuman, ia masih tak membalas ciuman ku. Lalu ia mulai menjauhkan kepalanya dari ku, dan aku melihatnya blushing. Dia menundukkan kepalanya dalam dalam.

Aku mengangkat dagunya "jangan pernah menantangku, kalau kau akan kalah di tantanganmu sendiri."

Ia menepis tangan ku kasar. "Ciihhh.. kau pikir kau menang hah?! Jangan terlalu percaya diri lelaki sombong!" Ucapnya, menginjak kaki ku dengan sepatu nya, lalu berlalu pergi.

"Arghhh, dasar gadis tengik sialan!" Umpatku padanya. Sungguh sangat sakit.

"Akan ku balas dia!" Gumamku, masih kesakitan namun rasanya berkurang.

Aku pun kembali ketempat yg tadi, untuk menemui mereka.

"Itu dia Justin, hai justin dari mana kau?" Tanya Lexa padaku

Belum sempat aku menjawab, Cody kembali berbicara. "Mengapa kau datang dari arah yg sama dengan Kenny?"ia mengankat alisnya. Aku yakin Cody tidak cemburu, dia hanya ingin mempermainkanku saja.

"Aku kesana karna mencari tempat sepi untuk mengangkat telponku, sedangkan Kenny? Tanya sendiri apa yg ia lakukan disana, aku juga tidak tau. Mungkin ke toilet?" Ucapku, berbohong.

"Benarkah itu Kenny?" Tanya Cody.

Kenny mengangguk anggukan kepalanya" ya itu benar, sebenarnya aku ingin mengajak justin pergi dari tempat itu. Tapi aku malas, jadi kulanjutkan saja jalanku." Sambil mengangkat bahu acuh.

Aku melihat gadis tengik itu memegangi perutnya, sepertinya dia sangat kelaparan, Hahaha. Sungguh, tadi wajahnya sangat lucu, dengan tingkah seperti anak yg takut ketahuan mencuri permen. Kami yg melihatnya tertawa keras, dan berjalan kepinggir agar tidak mengganggu orang lain.

Aku merasakan perutku bergetar juga, tapi tidak mengeluarkan suara, jadi ia tak membuat ku malu seperti gadis tengik itu. "Cody, apa kita akan terus berdiam disini?, aku juga sudah lapar" kataku, memutar bola mata.

Am I In Love With You, Or Am I In Love With The Feeling?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang