Bagian tanpa judul 2

7 0 0
                                    

Dua puluh menit gadis berhijab hitam di dalam angkutan kota. Sebuah gapura yang bertuliskan nama kampungnya sudah terpampang jelas di depan mata. Ia pun turun dan membayar sebesar lima ribu rupiah.

Siang berganti malam. Tak ada satu kegiatan yang bisa dilakukan gadis berhijab hitam. Deburan kipas angin yang terdengar dari dalam kamar yang berukuran tiga kali empat meter luasnya membuat suasana malam semakin kaku.

Tuunggg

Nada sebuah pesan masuk di Blackberry Massanger miliknya. Rupanya, pesan masuk dari seorang gadis yang ia sayangi.

Tanpa terasa, sebuah cairan liquid bening nan hangat mengalir begitu bebasnya di sudut kedua mata belo miliknya. Perlahan demi perlahan cairan tersebut semakin deras turun tak henti-hentinya.

Gadis berhijab hitam mencoba untuk menghentikan tangisannya. Entah alasan apa yang membuatnya menjadi seperti ini.

Yah, lagi-lagi Rania menatap nanar tanpa arti pada sebuah dinding kamarnya. Gadis berhijab hitam itu bernama Rania. Menangis. Hanya menangis lah yang bisa Rania lakukan.

Rania tak bisa melakukan apa-apa. Rasa rindu dan bersalah menjadi satu dalam hatinya. Jika saja Rania bisa pulang malam, kemungkinan ia akan bertemu dengan gadis yang sangat disayanginya malam ini.

Rania sadar. Ia tak bisa menyalahkan begitu saja pada waktu dan jarak yang memisahkannya dengan gadis yang disayanginya itu.

Mencoba menenangkan hatinya. Rania berfikir suatu saat nanti pasti dirinya akan betemu kembali dengan gadis tersebut.

Untuk alasan mengapa Rania begitu menyayangi gadis itu, ia tak begitu tahu dengan jawabannya. Namun, Rania sudah menganggap gadis itu seperti kakaknya sendiri. Tak banyak waktu yang dimiliki Rania untuk bertemu dengan kakaknya secara langsung. Akan tetapi, Rania mencoba untuk tidak putus komunikasi dengan gadis yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Sekian~

You Are My SisterWhere stories live. Discover now