Butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai di tempat yang mereka tuju.
Senyum Leefa terus mengembang begitu sampai disana. Hamparan padang rumput hijau dan luas dan beberapa bunga-bunga mungil berwarna biru langsung menghiasi pandangannya."Gimana?" Tanya Kendra dengan senyum kemenangan.
Leefa melirik Kendra. "Dari mana lo tau tempat ini?"
"Eto, Cody yang ngasih tau gue." Jawab Kendra lalu mendudukkan dirinya di rerumputan.
"Not bad." Leefa duduk di samping Kendra.
"Gue cari makan dulu ya. Lo mau?" Tanya Cody yang masih berdiri di belakang Leefa.
Leefa hanya mengacuhkannya kemudian Cody pergi meninggalkan mereka.
"Seenggaknya jawab pertanyaannya kek!" Kata kendra selang beberapa detik Cody pergi.
"Udah sering gue bilang kan. Bukan urusan lo!" Celutuk Leefa lalu merebahkan tubuhnya. Menghirup aroma rerumputan dan memejamkan matanya menikmati agin yang membelai lembut kulit putihnya.
Kendra hanya tersenyum menatap Leefa."Elo percaya sama dia?" Tanya Leefa kemudian.
"Kenapa enggak? Dia cukup bersahabat." Sahut kendra sambil mengedikkan bahunya.
"Dengan wajah seperti itu, dia bisa dengan mudah berbohong karena wajah polosnya." Gumam Leefa sambil tetap memejamkan matanya.
Cody povAku berjalan menuju sebuah kedai teh yang berada tidak jauh dari tempat Kendra dan Leefa saat ini. Terdengar bunyi lonceng saat aku membuka pintu berwarna coklat itu.
Aku melepas jaketku sebelum aku mengambil kursi asal dan duduk. Tidak lama kemudian seorang waiter menghampiriku untuk mencatat pesanananku.
Aku tidak begitu memperhatikan desain dari kedai yang aku yakin pasti bagus ini. Aku langsung merogoh ponsel disaku jaketku, dan membuka kunci layarnya, terlihat ada beberapa pesan masuk, namun mataku hanya tertuju pada satu nama. Aku tersenyum saat membaca pesan dari kontak yang kuberi nama pacar itu.
Secangkir teh apel beraroma khas yang uapnya masih mengepul tiba beberapa saat kemudian. Aku menghirup dalam-dalam aroma teh tersebut sebelum menyesapnya, begitu menenangkan. Sangat jauh berbeda dibanding saat aku meminum kopi. Mungkin aku memang tidak cocok minum kopi.
Kurasa aku menghabiskan waktu yang cukup lama di kedai teh ini sampai kemudian Kendra menelponku dan mengajak pulang.
◑◑
Leefa sedang membaca buku disofa ketika pintu rumahnya terbuka, seorang cowok masuk begitu saja ke rumahnya. Leefa sangat mengenali sosok yang masih mengenakan seragam sekolah itu.
"Kenapa muka lo?" Tanya Leefa mengetahui ada lebam dipipi Kendra dan darah yang hampir mengering disudut bibirnya.
Kendra hanya nyengir kemudian duduk disamping Leefa.
Leefa melirik kearah Kendra dengan pandangan yang mengatakan berantem lagi lo?
Tapi Kendra malah bangkit dan mengurung Leefa ditangannya. "Apa lo nggak bisa jadi seseorang buat gue?" Kata kendra sambil menatap dalam-dalam mata ber-iris hijau milik Leefa.
"Lo minta gue buat jadi wanita lo?" Leefa tidak menghindari tatapan Kendra.
"Gue pikir lo udah cukup dewasa tentang ini Ken!" sambung Leefa sambil terus menatap lurus mata hazel Kendra.
"Gue udah-" jawab Kendra dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
"Apakah pantas seorang pria dewasa meminta adik perempuannya untuk tidur bersamanya?" seru Leefa dengan menekankan pada kata dewasa.
"Gue nggak, ashhh.....!!" Kendra melepaskan Leefa dari kurungan tangannya, lalu membanting tubuhnya ke sofa disamping Leefa dan mengacak rambutnya frustasi.
Leefa menghembuskan nafas panjang sebelum kemudian bangkit untuk mengambil kotak obat dan membuatkan Kendra minum.
→→
KAMU SEDANG MEMBACA
Cofandra
Teen FictionApa kamu percaya bahwa semua yang terjadi itu ada alasannya?