Aomine Daiki x Reader

444 54 9
                                    

"DAIKIIIII! BODOOOOOH!! AKU MEMBENCIMU!"

"Ada apa, sih, [Y/N] ? Ini masih pagi dan kau-- yaampun ada apa denganmu ?" Nada suaranya yang semula terlihat sedang kesal berubah menjadi khawatir karena melihat air mataku.

"INI! KAU MASIH MEMBACANYA SAMPAI SEKARANG ?" ucapku sambil menunjukkan majalah bercover Horikita Mai

"Ap- [Y/N] bagaimana kau bisa mendapatkannya ?"

"Menyembunyikannya di bawah baju-bajumu bukan hal yang jenius, kau tahu!"

"Itu--"

"Aku tidak ingin mempedulikanmu lagi! Cepat sana pergi kerja agar aku tak melihatmu lagi! Aku membencimu!"

***

Begitulah hari yang kuawali pagi ini. Begitu kacau. Begitu menyebalkan. Namun, setelah mengingat aku mengatakan bahwa aku membencinya--

"Apa aku terlalu berlebihan, ya?" Aku bergumam sendirian sambil menuju dapur untuk mengambil minum. Lalu terlihat kotak makan berwarna biru di atas meja.

"Ya Tuhan, aku lupa memasukkan bekal ke tas Daiki!"

Memang sih, aku baru saja bilang padanya kalau aku tak akan peduli lagi padanya. Tapi, membayangkan Daiki tak dapat makan siang, rasanya aku tak tega. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jaketku dan menitipkan makan siangnya kepada salah satu teman kantornya. Melihat kotak makan itu, aku jadi teringat saat kami merencanakan bulan madu. Saat itu aku memukulnya dengan kotak makanan itu karena dia lupa dan tertidur pulas di hari keberangkatan kami.

Benar-benar Baka Ore-sama! Harusnya aku memukulnya dengan kotak makanan lagi seperti waktu itu kepadanya daripada mengatakan aku membencinya. 

Sepertinya ingatan itu memancing ingatanku yang lain. Aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol amarahku tadi pagi.

-22 Desember 6 Tahun yang Lalu-

Sudah setahun lebih aku hidup bersama dengan Daiki. Dia masih saja pemalas seperti dulu bahkan meskipun dia sudah bekerja. Walaupun, aku tahu dia sudah bekerja keras untuk membahagiakanku. Sambil menunggunya pulang, aku memutuskan untuk memasak makan malam yang enak untuknya.

Saat sedang memasak, aku merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangku. Aku sangat mengenali tangan itu. 

"Daiki, mengapa tidak memberitahu jika sudah pulang?"

"Sudah, [Y/N], kau tidak mendengarku." katanya sambil meletakkan dagunya di pundakku.

"Daiki, aku sedang memasak!"

"[Y/N]" panggilnya sambil mematikan kompor di hadapanku kemudian semakin membenamkan wajahnya di pundakku. Aku merespon dengan mengusap rambutnya.

"Ada apa? Kau manja sekali hari ini." tanyaku

"Selamat Hari Ibu, [Y/N]!"

"Heh? Apa?" tanyaku tak percaya dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

"Selamat Hari Ibu!" ulangnya. "Kau tidak tahu betapa menyebalkannya mendengar teman-teman sekantorku menyiapkan hadiah bersama anak mereka untuk diberikan pada ibunya, karena itu-- Selamat Hari Ibu!"

Aku tergelak mendengarnya. Seorang Daiki ? Mengatakan itu ? Aku sangat beruntung menjadi satu-satunya wanita yang mendengarnya. Aku membalikkan badan dan mengalungkan lenganku di lehernya.

"Kau bahkan belum berhasil membuatku menjadi seorang ibu, Daiki!" godaku.

"Heh? Jangan meremehkanku!" balasnya dengan seringaian.

Baka Ore-sama (Aomine X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang