Aku memakai jas ku dengan rapi, ku beri bunga di saku bagian dada.
Aku menghela nafas, berharap ini tidak nyata, berharap aku yang ada di posisi nya saat ini.
Mataku memanas saat pertama kali menginjakkan kaki di hamparan rumput hijau dengan banyak gundukan tanah dan papan-papan yang terancap.
Aku melihat kerumunan itu. Semakin mendekat air mataku semakin keluar, perlahan tapi pasti.
Seharusnya aku tak membiarkan nya pergi.
Harusnya aku mendengar kan alasannya,
Alasan mengapa ia tak menjenguk ku ketika pertama kali aku di vonis terkena kanker.
Alasan mengapa ia meninggalkan sekolah begitu saja,
Meninggalkan teman-teman nya, meninggalkan sydney.
Meninggalkan ku.
Harusnya aku tak mengabaikannya, membiarkannya sendiri.
Harusnya aku tau, dia juga mencintaiku.
Harusnya aku tidak menghapusnya dari hidupku.
Harusnya aku meng add back nya sejak lama, dan membaca semua pesan yang ia kirim pada ku.
Aku membuka kertas yang ku buat, atas permintaannya dulu.
Aku mulai membacanya, dengan air mata yang terus mengalir.
"Hi, gue Calum Thomas Hood. Gue nggak bisa bikin speech, apalagi buat pemakaman sahabat sekaligus cewe spesial gue.
She is a map for me, she guides me to a better life. dia ngajarin gue gimana caranya untuk tegar dan nggak ngumbar kesedihan, dia ngajarin gue buat cuek sama keadaan yang bisa bikin down.
tapi, gue nggak bisa setegar dia, gue nggak bisa nutupin saat gue lagi sedih, gue nggak bisa nggak ngeluh ketika kanker di tubuh gue mulai ngelunjak, gue nggak bisa senyum ketika gue berada di posisi dimana semua orang benci gue"
aku menghela nafas sejenak. mengingat semua hal yang Selena lakukan.
"dia mungkin selalu terlihat cuek sama lingkungan dia, tapi gue tau dia peduli, karena sebenernya dia punya alasan kenapa dia cuek. dia mungkin selalu keliatan ceria, tapi siapa yang tau dia sampe rumah bakal nangis?"
Tapi semua ini terlambat.
Aku duduk di depannya, bersimpuh memeluk papan nya, menangisi kebodohan ku.
Tiap kali aku membacanya, hati ku terasa teriris.
R.I.P
SELENA JAMES ANDERSON
MEI 2016