Byur!
Hari masih pagi, bahkan dia belum sempat menyesap secangkir kopi yang dipesannya. Lalu, apa itu tadi?
Oh ayolah. Gadis itu memejamkan mata geram lantas mendongak, menatap tajam seorang wanita dengan lipstik merah menyala, yang kini tengah menatap remeh di depannya.
"Bitch!"
Dengan gerakan kilat dia berdiri lalu sebelah tangannya cekatan menarik surai kemerahan wanita itu hingga menjerit tertahan. Matanya berkilat marah, dia menjambaknya kuat, tapi wanita itu balas menjangkau rambut hitamnya.
Beberapa pelayan serta orang yang ada di restaurant itu hanya menonton kedua wanita yang kini saling menjambak. Tak ada yang berani melerai, karena yang berambut hitam memberi isyarat untuk siapapun tidak mendekat.
Aksi saling menjambak itu terus berlangsung, hingga yang berambut merah tersungkur ke lantai akibat didorong dengan kuat. Dia berdecak, lalu mendongak ke arah wanita yang kini berdiri di depannya seraya menatapnya tajam.
"Pelacur sialan!" Yang dikatai justru terkekeh pelan lalu menghela napas kasar. Iris cokelatnya tampak tenang, seolah hal barusan sudah biasa ia dapatkan.
Dia berbalik, meraih tas tangan yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Mengabaikan wanita yang kini berdiri tertatih di belakangnya masih dengan menatap tak suka.
Dia baru saja melangkah, namun urung saat irisnya kembali melirik wanita itu. Kakinya mendekat ke sana, mensejajarkan wajahnya yang tenang dengan wajah penuh emosi wanita di hadapannya. Dia tersenyum tipis lantas mendekatkan bibirnya ke telinga wanita tadi.
"Terima kasih untuk kejutan pagi ini. Aku pastikan kau membayarnya." Ujarnya lirih, sebelum melangkah pergi dengan dua orang penjaga yang mengekorinya.
***
Brak!
Krystal membanting tas tangannya hingga membentur dinding ruangan bernuansa putih itu. Napasnya tersengal karena dia menahan kesal sejak wanita sialan tadi menyiram wajahnya. Demi apapun, itu memalukan.
Dia menghela napas seraya memejamkan mata. Bibir tipisnya digigit kuat hingga meninggalkan sedikit luka. Dia mengepal lalu mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang seraya menunduk memegangi kepala.
Ini bukan pertama kali dia bertemu wanita seperti itu. Bahkan sering. Setidaknya, dia ingat pernah beberapa kali melayangkan tamparan panas di wajah pelacur-pelacur itu.
Ya. Sebut saja mereka pelacur. Dan yang tadi, sudah bisa dipastikan kalau dia salah satu wanita yang pernah menjadi teman one night stand laki-laki sialan yang sekarang belum menampakkan ujung hidungnya.
Krystal menjatuhkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit ruangan tempat dia disangkar. Ck! Ayolah, ungkapan itu lumayan cocok untuk mendeskripsikannya.
Jika tadi dia menyebut soal laki-laki sialan, tentu kalian bertanya-tanya perihal siapa dia sebenarnya. Krystal pun tidak tau harus mendeskripsikannya seperti apa. Mereka tinggal bersama, tapi laki-laki itu bukan suaminya. Yang jelas dia sudah terkurung cukup lama dalam rumah mewah bergaya modern ini karena laki-laki itu.
Gadis itu memejamkan mata, mencoba melupakan hal-hal menyebalkan yang mengganggu pikirannya. Namun, ponselnya berdering. Dia menoleh, menatap benda persegi putih yang tergeletak di lantai, tercampakan bersama tasnya. Oh ayolah, seharusnya dia membanting benda itu lebih kuat.
Krystal mendengus, tak berniat mengambil dan menjawab siapapun di seberang sana. Dia tak perlu repot-repot mengecek, karena sudah pasti itu si laki-laki sialan.
Alih-alih memikirkan hal barusan, Krystal justru bangkit dari posisinya dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Berharap di dalam sana dia bisa berendam, mendinginkan kepala sembari mencuci segala bentuk masalah dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartless
FanfictionWARNING! 19+ with mature content HR (181014) #5 Chanstal (181021) #4 Chanstal