I know this is not reality. But I still want to make it. So, please do like it too =D and have a fun in this part. Thats all, and happy reading all!
***
→Yuuki←
Aku turun dari ranjang untuk membuka tirai jendela. Teriknya matahari menyilau masuk ke dalam kamar kita.
Melihat Henry masih tidur dengan menyelimuti dirinya sampai ke kepalanya, benar-benar seperti kebo.
Hari Minggu memang membuat semua orang ingin berkelut lama dengan ranjang ya.
Kemudian aku berjalan memasuki ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dengan bersenandung ria aku mengambil pasta gigi dan sikat gigi.
"KYYYAAAAA!!!"
Pasta gigi dan sikat gigi yang kupegang jatuh dari tanganku ketika melihat ke kaca.
Tok! Tok! Tok!
"Ada apa, Yuuki?! Pagi-pagi sudah ribut banget!"
Aku berlari ke arah pintu dan membukanya.
"Kenapa... KENAPA BISA SEPERTI INI?!" tanyaku dengan toa.
Henry memandangiku dari atas sampai bawah. Kemudian melihati dirinya.
"Wuah! Hadiah terbesar ini!" seru Henry dengan riang.
Perasaanku tidak enak. "Kenapa aku yang kesal di sini dan kamu tampaknya bahagia sekali? Jangan macam-macam dengan tubuhku."
Di tarik pergelangan tanganku. Kemudian menampilkan senyum evil di bibirnya. Oh... Katakan tidak kepada senyumnya itu.
"Hmm... Kalau kita melakukan sex dengan tubuhmu di atas gimana ya?"
Jegar! Apa katanya?!
"Selama tubuh kita belum ketukar kembali. Jangan berani menyentuhku!" kataku.
Wajah Henry tampak shock mendengar ucapanku.
"Sudah, aku mau mandi." Aku menepis tangan Henry dan kembali menutup pintu kamar mandi.
"Jangan menyentuh tubuhku meskipun ragaku di dalam tubuhmu." Aku kembali membuka pintu kamar mandi dan memperingkatkannya. "Awas saja!"
***
Seharian ini wajah Henry memasang wajah masam. Membuatku menghelakan napas berat.
"Kenapa lagi?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya yang sedang duduk di ayunan rumah Villa Henry.
Yap, kita sedang berlibur di Shikotsu beserta Rick dan adik-adikku.
"Kamu bermaksud menganggurkan 'adik' ini?" tanya Henry sambil menunjuk ke... Ehmm.. Bawahnya.
Aku memutar bola mata dengan jengah.
"Ayolah, Yuuki. Kamu tidak ingin melihat dirimu begitu seksi saat sex denganku?"
Aku memukul kepalanya. "Ya ampun, Henry. Kenapa kepala kamu itu hanya penuh dengan sex, sex dan sex saja?!"
Dia mengedipkan mata mesum. Aku merinding melihat diriku yang seperti wajah mesum, begitu menjijikkan!
"Bersamamu membuatku tidak waras."
"Kamu memang dari awal sudah tidak waras," sahutku kemudian bangkit saat aku di panggil adikku.
Aku yang bersedia beranjak itu di tarik pergelangan tanganku oleh Henry.