01. street foods and you

13.5K 859 101
                                    

SOOJUNG ngelirik ke samping.

The guy is still busy with his fucking DSLR. Soojung masih berusaha sabar. Dari tadi dia udah capek gila ngipas-ngipasin mukanya yang lepek kepanasan. "Jong, udah yang mana aja kamu ambil, abis itu cari charger. Di sini panas." Itu keluhan Soojung yang kedua belas kalinya sejak mereka masuk ke pasar induk elektronik ini.

Jongin cuma, "Ssh, diem dulu." Ke Soojung, abis itu serius lagi sama pretelan-pretelan kameranya, nanya ini-itu ke mas-mas tukang kamera. Soojung tambah bete. Ini yang kadang dia gak suka dari Jongin. Ini yang kadang gak enak dari liburan berdua doang, apalagi sama orang kayak Jongin. This photographer freak yang pengin banget nuker kamera lamanya sama yang baru. Blah, padahal Soojung aja gak nemuin satu pun perbedaan dari kamera lama Jongin sama yang sekarang lagi dia tanya-tanyain ke mas-mas pemilik toko ini.

"Udah, deh. Aku duluan kalo gitu, ya, Sayang. Kamu liat-liat aja, aku mau hunting cake di depan." Yeah, lawakan dari mana itu, Sooj? Gak ada yang jualan cake di pasar elektronik. Ini cuma akal-akalan Soojung aja supaya cowoknya berenti musingin kamera. Pas Soojung mundur selangkah, Jongin belom bergerak. Dua langkah, masih belom bergerak. Tiga langkah, Jongin nanyain kamera yang lain.

Bangsat emang nih cowok, cintanya sama kamera apa sama ceweknya, sih?

.

Some people believe in love at first sight, but some people don't.

Itu kalimat yang dibaca Soojung sekarang. Dia lagi di toko buku, ada di deretan rak buku analogi-analogi percintaan, sama kutipan-kutipan kalimat cinta. Iya, dia gak jadi hunting cake, emang gak ada cake juga di sekitar Ilsan kecuali kalo dia niat nyari mall.

Begitu dia ninggalin Jongin tadi, dia jalan-jalan di sekitar sana, malah nemunya toko buku antik yang keliatannya ngejual buku-buku langka. Karena dibawa penasaran, jadilah stilettos hitam Soojung napak di dalem sana. Those love's analogies in the books reminds her, Soojung gak pernah lagi berusaha mahamin apa itu cinta sejak dia sama Jongin mutusin buat nikah setahun yang lalu.

Nggak. Bukan berarti dia gak bahagia nikah sama Jongin.

But, why the hell love could makes you happy? Bagi Soojung, kita gak perlu bahagia buat jatuh cinta, that is. Itu yang dipahamin Soojung, bahkan dari jaman dia masih sekolah di NY bareng kakaknya.

And that's the point, dia udah gak pernah lagi berusaha paham sama apa itu cinta sejak dia nikah sama Jongin. Because every little moments they made, setiap gerakan yang mereka buat, hal kecil yang mereka lakuin, bukan cuma karena cinta, tapi lebih dari itu, and Soojung had no idea why does she thought that way.

Terus, satu kalimat yang barusan dia baca di buku tentang cinta itu, entah gimana jadinya, tapi bisa bikin Soojung ngedengus. Dia bisa gila karena hampir setiap buku yang laku di pasaran selalu nyangkut sama cinta. Waktu dia presentasi ke seniornya yang dateng dari Paris, mereka bahkan bilang, "I think you need to put the romantic theme on this magazine." dan begitu Soojung tanya, "But, why should I?" mereka yang denger pertanyaan itu ketawa, "To deflating their wallets, of course, babe."

Padahal, segala sesuatu yang beraroma kertas kayak: koran, majalah, novel, ya mereka-mereka yang sebangsa itu gak perlu harus punya tema romansa buat narik perhatian orang.

Soojung sama Jongin bukan manusia yang jatuh cinta pas mereka pertama kali ketemu dulu, tapi juga bukan dua orang yang pacaran setelah dua-duanya confessing kalimat, "I love you, baby. Will you be mine?" Terus dibales, "I love you, too. Okay, I'll be yours."

Malah mereka terkesan ngomong gak langsung. One moment, Jongin pernah ngomongin apa yang ada di kepalanya ke Soojung, pas itu mereka masih temen. Ngampus bareng di SNU, terus dua-duanya lagi di dalem mobil, Jongin nganter Soojung ke apartemennya, and that was one of their daily routines.

STROKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang