Dia menangkup pipiku. "Aku sudah bilang, kau bisa jika kau mau, aku sangat yakin itu Ang. Cobalah, untuk terbiasa jika kau dipanggil 'Angel', kau sebenarnya mempunyai hati seperti malaikat tapi keadaan yang merubahmu jadi seperti ini." ucapnya.
"Ya, aku tahu. Tapi itu menyakitkan, nama itu menyakitkan. Aku hanya bisa mengingat masa laluku." Ucapku menunduk.
"Jujur, aku pernah seperti ini. Kedua orang tuaku bercerai, aku menjadi anak yang nakal, aku tidak tahu mengapa mereka bercerai. Aku juga merindukan masa kecilku, sangat! Tapi aku tidak boleh menjadi lemah seperti ini. Ibuku juga menikah lagi dengan seseorang. Tapi Ayahku tidak, dia tidak menikah lagi. Aku tak tahu keberadaan Ayahku dimana sekarang, aku rindu dengannya. Dia pergi saat aku 14 tahun. Aku ingat itu, terakhir dia bilang jika dia akan kembali beberapa tahun kemudian, tapi sampai saat ini aku belum menemukannya, Ibuku pergi bersama suaminya itu. Mereka pergi meninggalkanku, dan aku mempunyai adik dan juga kakak mereka ikut bersama Ayahku, aku ingin ikut bersama Ayahku tapi, Ibuku melarangku." ucapnya menunduk
Aku melihatnya. "Maaf, aku menyesal."
"Tak apa, aku harus kembali ke frat." Ucapnya berdiri dan mengambil kunci mobilnya.
"Baiklah, terima kasih." Ucapku ikut berdiri.
"Untuk?" Dia menautkan kedua alisnya.
"Mendengarkanku."
"Oh, ya. Itu tak masalah, besok aku akan menjemputmu. Aku tahu kita mempunyai kelas yang sama di kelas pertama dan ketiga."
"Baik. Sampai jumpa."
"Ya"
Dia membuka pintu apartemenku dan keluar, tapi secara bersamaan Emma datang.
"Ada apa dia kesini?" Ucapnya menaruh tasnya di sofa dan berjalan ke dapur.
"Kita hanya berbincang-bincang."
"Sejak kapan kau suka berbicara dengan Harry?"
"Mungkin tadi." ucapku mengangkat sebelah alisku.
"Baik. Apa kalian berpacaran?" Ucapnya memberiku sekaleng bir.
Aku tergelak. "Apa? Tidak!"
"Kau terlambat tadi?"
"Ya." ucapku datar.
"Siapa lelaki pirang itu?"
"Apa?"
"Lelaki pirang."
Aku yakin yang dimaksudnya adalah Niall. "Dia Niall."
"Siapa dia? Aku baru mendengar namanya."
"Masa laluku, dia datang bersama jalang sialan itu."
"Maksudmu?"
"Mantan Ibuku."
"Maksudmu Ibumu?"
"Fuck. Jangan menyebutnya Ibuku!"
"Baiklah, bagaimana bisa?"
"Dia memberiku kejutan dan dia pikir aku akan senang melihat kehadirannya disini, tapi aku sangat tidak suka apa yang dia perbuat, aku tidak suka kejutan."
Dia mengangkat kedua alisnya. "Oh, jadi apa alasanmu membencinya?"
"Mereka meninggalkanku."
"Apa kau mau men--"
"Tidak- Ya, mungkin nanti. Aku akan kekamar besok kelasku pagi." ucapku membuang sekaleng bir kosong itu dan berjalan kekamar.
Emma mengikutiku dibelakang, mau apa dia? "Aku tak bisa mengantarmu, aku ada urusan." ucapnya duduk di pinggiran ranjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (N.H)
FanfictionApakah kaca yang pecah bisa dikembalikan seperti kehidupanku yang hancur ini?