Butik(?)

189 10 2
                                    

     "Reena sayang tolong ke butik bunda yang dijakarta ya. Bunda mau minta tolong sama kamu bantuin bunda melayani pelanggan. Jangan lupa , pakai pakaian yang bunda siapin"

    "Bawel deh bunda. Iya, iya aku kesana. Tapi ada syaratnya,"

   "Kamu itu sama bunda sendiri pakai syarat segala. Apa syaratnya Zareena sayang"

   "Dikit kok bun, aku dibolehin pakai motor kesekolahan. Gak boleh nolak bun"

    "Iya kamu boleh naik motor kesekolah sehari aja."

     "Yah kok sehari sih bun? Seminggu ya? Kalo gak, aku gak mau kebutik bunda!"

    "Hmmm. Iyadeh. Kamu cepet kesini reena!"

     Percakapan singkat itu diakhiri oleh wanita disebrang telepon sana. Wanita itu adalah ibunda dari zareena.

     "Haha. akhirnya boleh naik motor juga, zaky tunggu aku sayang!" Tawa dari reena menggema dikamarnya yang luas ini.

   Reena akan bersiap-siap untuk pergi ke butik bundanya. Butik bundanya memiliki beberapa cabang, dan yang utama dijakarta.

   Bukan berarti reena tinggal dikota lain, karena bundanya bilang harus ke butik yang dijakarta.

  Reena tinggal di ibukota dari Indonesia, walaupun bukan tempat kelahirannya.

------------------------------------------------
"Assalamualaikum bunda" salam reena dengan ceria saat memasuki ruangan kerja ibundanya dan melihat bundanya memutar bola matanya kesal.

"Waalaikumsalam reena sayang" jawab zahra-ibunda reena- dengan penekanan diakhir kalimatnya.

"Kemana aja kamu sayang? Sudah jam berapa ini? Pasti kamu mandiin zaky?" Tanya zahra greget melihat anaknya cengengesan dengan tampang tanpa dosa.

"Hehehh. Thats right bun" jawab reena dengan senyum tololnya itu, sedangkan zahra hanya menatap malas putrinya itu.

"To the point bun" cecar reena kepada bundanya, karna ia tidak betah berlama-lama disini.

"Bunda ingin minta saran sama kamu reen, bunda baru dapet proyek besar" ucap bunda dengam tampang memelasnya, reena yang melihat tampang bundanya itupun tidak merasa kasihan malah ia bergidik jijik.

'Udah tua gak inget umur, mana ada yang mau bun, kalo bunda mintanya dengan tampang blo'on begitu. Aku aja anaknya jijik ngeliatnya apalagi orang lain bun?' Batin reena bertanya pada dirinya sendiri, entah apa salah reena mempunyai ibu seperti zahra.

"Emang proyek apa bun? Kan biasanya bunda udah biasa." Cicit reena kepada bundanya.

"Tapi ini beda cyinn!" Ujar zahra dengan aksen melambai seperti banci taman lawang.

"Ish bunda! Kok ngomongnya kaya om bayu sih?" Tanya reena, sembari membayangi om bayu yang kemayu dan melambai, satu fakta lagi tentang om bayu. Ia tidak mau orang menyebutnya om bayu tetapi cyin ayu, kecuali reena yang tetep kekeuh memanggilnya om bayu. Om bayu ini adalah pemilik salon langganan bundanya reena.

Cukup sudah membayangkan om bayu bagi reena, ia hampir saja muntah tadi membayangkannya.

"Proyek apa bun? Bikin rancangan?" Tanya reena tak sabar mendengarkan jawaban dari zahra.

------------------------------------------------
Finally, akhir sudah cerita ini diketik dengan penuh imajinasi.

Saya sebagai penulis sekaligus pengarang cerita ini, mohon maaf apabila ada kesalahan kata a.k.a typo dan cerita yang abalnya bin receh ini.

Jakarta,22 mei 2016

wiwik wulandari

crazy'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang