Ia berjalan menyusuri lorong yang sudah dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi, baik sedang mengobrol, bercanda tawa bahkan belajar.
"Lihat dia, dia selalu memakai pakaian yang sama selama dua hari berturut-turut," bisik wanita berambut pirang sebahu. Walaupun berbisik, wanita itu seraya berbicara lantang dan menantang.
"Apa dia tak memiliki pakaian lain ya, aku bahkan merasa jijik jika melihat onggokan pakaian yang kemarin sudah kupakai," bisik wanita lainnya yang sedang mengibaskan rambut hitam panjangnya.
"Apalagi bau badannya, ihhh pasti gak nahan. Dia juga berteman dengan si nerd Akiko itu, penjaga perpustakaan."
Wanita itu terus berjalan tanpa mengindahkan cemoohan, hinaan dan cacian orang di sekitarnya. Ia hanya memikirkan bagaimana menyambung hidup dan secepatnya lulus dari universitas ini dengan kemampuan otaknya yang cemerlang. Cukup ia buktikan dengan otaknya cemoohan mereka, toh mereka yang mencemoohnya pasti tak akan sanggup jika memiliki hidup seperti dirinya.
Ia terus berjalan hingga sampailah di tempat yang sangat disukainya. Di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran, di belakang kampus Aikono University. Kampus yang memberikannya beasiswa yang cukup untuk menempuh pendidikannya disemester kelima ini. Sulit memang jika mendapat beasiswa, ia harus mempertahankan prestasinya bahkan harus bisa lebih dari pencapaian mahasiswa reguler lainnya. Jika tidak pupuslah sudah harapannya untuk menempuh pendidikan.
Ia membuka buku sastra inggrisnya dan mulai mempelajarinya. Angin sepoi-sepoi di musim semi menggerakan pohon dan dedaunan yang beterbangan. Satu helai kertas berlipat jatuh tepat di atas buku yang sedang dipelajarinya, dibukanya kertas tersebut dan seketika ia tersenyum.
Semangat!! Dan minumlah aku. Reiji.
Mirai menoleh ke samping kanannya, benar saja ada sekaleng jus jambu. Ia mencari sosok Reiji dan menemukannya sedang berjalan di lorong. Reiji menoleh, tersenyum dan melambai lalu menghilang di lorong fakultas ekonomi bisnis.
"Arigatou," Mirai berkata dengan lembut ketika Reiji sudah menghilang dibalik lorong. Ya hanya Reiji, Akiko, Sena dan Yuma yang peduli padanya.
-----
"Kiko," seru Mirai saat berpapasan dengan Akiko yang sedang mencari buku. Akiko tersenyum dan menunjuk buku yang menumpuk di lengan kirinya, segera saja Mirai membantunya.
"Kamu mencari buku apalagi, Ki? Lihat, lenganmu sudah penuh dengan buku," dengus Mirai sebal.
Akiko terkekeh mendengar dengusan Mira, temannya yang sangat baik dan pintar. Mira teman satu-satunya yang memiliki hobby yang sama, semua orang menjauhinya hanya karna ia lebih suka menyendiri sambil membaca buku. Menurut orang-orang disekitarnya ia tidak pandai bergaul dan membaca buku sebanyak itu adalah hal yang sia-sia padahal itu sebaliknya. Ia pandai bergaul tetapi jika sudah membaca satu buku maka ia harus segera menyelesaikannya.
"Ki, mau makan siang gak? Udah jam makan siang nih di kantin udah ada Sena, Yuma sama Reiji masa kamu gak ikut," saran Mirai.
"Tapi aku masih mau cari buku lagi, Rai,"sahut Kiko masih mencari-cari buku.
"Ayo dong, Ki. Please," Mirai menggenggam lengan atas Kiko dengan tatapan memohon. Kiko yang tidak tega akhirnya mengangguk dan menaruh tumpukan buku di meja yang sering ia gunakan, menitipkannya pada Ibu Yuki yang sedang berjaga.
Di kantin
"Wahhh...Mirai selalu bisa mengajak Kiko dengan buku-bukunya," seru Yuma sambil terkekeh geli. Ya karena Yuma selalu tak bisa mengajak Kiko pergi, apalagi saat Kiko sedang berada di perpustakaan.
"Ahhh kamu bisa saja, Yuma," jawab Mirai.
"Kalian ini selalu saja menggodaku, mau aku lempar pake buku huh," Kiko mendengus kesal seraya duduk di antara Mira dan Yuma serta di depannya ada Sena dan Reiji yang terbahak-bahak mendengar ancaman Kiko.
"Ini lagi pasangan, nempel terus kaya perangko," seru Kiko lagi ke arah Sena dan Reiji. Pasangan kekasih sejak SMA. "Tak lekang oleh waktu," sanggah Yuma.
Mereka berlima terbahak apalagi dengan wajah Sena yang memerah malu. Tanpa mereka sadari orang disekitar terperangah, karena mereka jarang sekali melihat Kiko dan Mirai tertawa apalagi dengan ancaman Kiko.
"Eh.. eh kemaren aku ketemu sama Zaki nii-san kalian inget gak? Kakak kelas kita saat SMA dulu," Sena mengalihkan topik, dengan seketika mereka berhenti tertawa.
"Kak Zaki yang nakal, berandal dan sering diskors itu, Sen?" Tanya Reiji mengerutkan keningnya seraya mengingat.
"Iya yang itu, Rei. Apa iya dia jadi gelandangan?" Sena menerka kejadian kemarin.
"Apa? Gelandangan? Yang bener deh, Sen. Tapi wajar aja sih dari SMA juga dia emang kaya gitu," sanggah Kiko.
"Kok kamu bisa tau, Ki?" tanya Mirai dan Yuma bersamaan.
"Soalnya dulu juga dia sering nongkrong gitu di pinggir jalan, apalagi searah dengan rumahku jadi ya sering ngeliat," Kiko menaikkan bahunya.
"Aku juga pernah liat kok, tapi sekali hehe," Yuma terkekeh sendiri.
"Udah ah ngobrolnya, ayo kita makan. Laper nih." Mirai membuka kotak bekalnya sedangkan yang lain memilih makanan yang mereka sukai pada pramusaji di kantin.
-----
Mirai berjalan sambil bersenandung, melihat jam di tangan kirinya dan mengingat bahwa hari ini ia harus bekerja menjadi kasir di toko swayalan dekat rumahnya. Ia mulai berjalan tergesa setengah berlari, jam menunjukkan pukul 3 sore sedangkan ia masuk pukul setengah empat.
"Awwww..." Mirai terpekik karena jatuh tepat di atas trotoar yang membuat lututnya luka dan berdarah.
"Kalo jalan tuh pake mata dong, udah tau ada orang lagi duduk eh malah main tabrak aja," seru suara bariton dengan tajamnya.
Mirai mengernyit merasakan perih di lututnya kemudian menoleh ke belakang. Ia mendengus kesal. "Kamu ngapain duduk di pinggir jalan sambil ngelurusin kaki gitu? Salahin tuh kakimu yang menghalangi jalan."
"Beraninya kamu..." lelaki itu menggeram membuat nyali Mirai menciut. "Wow ternyata kamu adik kelasku ya," lanjutnya sambil meneliti wajah Mirai. Mirai ternganga, bagaimana bisa ia lupa bahwa lelaki di depannya ini yang baru saja dibicarakan oleh Sena. Mampus! Aku pake acara bentak dia lagi,batin Mirai meringis.
"Zaki nii-san?," tanya Mirai memastikan.
"Ya, aku. Aahhhhh, kau si kutu buku itu ya kita berjumpa kembali anak manis," Zaki mengeluarkan smirknya. Seketika tubuh Mirai meremang, firasat buruk mulai menggelayuti dirinya.
###
Hallo, cerita gak jelas bakal dimulai nih 😂😂 12-06-16
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Number One
RomanceMirainina Kanato tak sengaja menabrak kaki lebih tepatnya tersandung kaki seseorang, ternyata lelaki itu kakak kelasnya saat SMA yang terkenal badboys. Lalu dia dihadapkan jika lelaki itu -Zaki Matsunaka- meminta untuk tinggal bersama. Apa yang haru...