1 : Sophie

103 19 0
                                    

"Cath!" teriakku.

"Aku segera turun. Bersabarlah, kak," balasnya dari atas.

Perkenalkan, namaku Sophie Maretha. Inilah kehidupanku. Aku tinggal bersama adikku, Catherine, di pinggiran kota New York. Aku memiliki toko bunga yang aku bangun dengan ayahku dulu. Rumah kami terletak di atas toko kami. Aku sangat menyukai bunga, begitu pula dengan Cath. Ayahku saat ini tinggal di Indonesia menjaga nenek kami di usia senja. Sedangkan ibuku sudah lama meninggal. Aku ingin sekali tinggal bersama nenek, tetapi itu tidak mungkin. Nenek tidak mungkin tinggal di sini dan aku tidak mungkin meninggalkan toko bungaku. Tetapi berbeda dengan Cath. Cath lebih suka tinggal di sini daripada tanah kelahirannya, Indonesia. Setelah dilahirkan Cath belum pernah berkunjung ke Indonesia.

"Ayo, aku sudah terlambat," ujarnya masuk ke dalam mobil pengantar bunga kami. Cath sangat cantik hari ini. Seragam sekolahnya sangat terlihat indah dipakainya. Berbeda denganku, menurutku Cath jauh lebih feminim daripada aku. Cath memiliki wajah Asia yang begitu kental. Dia tidak setinggi aku. Tetap saja, dia sangat cantik. Aku sangat menyayangi adikku ini. Cath memiliki banyak penggemar disekolahnya dan itu membuat keuntungan bagi toko kami. Para penggemarnya seringkali mencari alasan untuk bertemu Cath dengan pura-pura membeli bunga di toko kami dan mengirimkannya untuk Cath. Tentu saja Cath terima dan menaruhnya kembali ke toko. Sehingga mungkin akan melipatgandakan keuntungan toko bunga kami. Aku selalu tersenyum mengingat hal itu.

"Apa yang kau pikirkan, kak?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Ah, tidak," jawabku cepat.

"Ayolah, aku sudah terlambat," pintanya dengan wajah memelas.

"Salah kau sendiri tidur larut semalam. Aku sudah membangunkanmu berkali-kali," ujarku sambil menjalankan mobil.

Cath menyetel tombol on di radio dan menyanyikan lagu yang sedang diputar. Aku hanya menikmati dengan menganggukan kepala saja. Suara Cath sangat bagus. Kalau ada fans nomor satunya, akulah orang itu. Aku sangat menyukai suaranya. Cath bekerja paruh waktu sepulang sekolah di café milik temanku sebagai penyanyi tetap. Cath dulu pernah merengek ingin menjadi penyanyi dan ingin memulai karir menyanyinya dengan menyanyi di club saat malam yang langsung kutolak saat itu juga. Aku memberikan saran agar ia bernyanyi di café milik temanku dan dia sangat antusias menyetujuinya. Sejak saat itulah fans Cath bertambah banyak.

"Turunkan aku disini," pintanya sambil bersiap. Aku menepikan mobil.

"Bye, kak," ucapnya sambil mencium pipiku.

"Jangan makan sembarangan dan jangan-"

"Habiskan uang saku ku," ucapnya memotong perkataanku, " aku ingat kak, sampai kapan kau ingin mengingatkanku seperti anak kecil? Aku akan menabung. Aku ingat targetku, kak. Daaah"

Aku tersenyum mendengarnya. "Daaah."

Aku senang melihat Cath berbeda dari remaja seusianya. Yang aku syukuri, Cath tidak suka menghamburkan uangnya untuk hal-hal yang tidak penting. Cath tidak suka bergaul dengan orang-orang yang memamerkan kekayaan yang bahkan bukan milik mereka, melainkan milik orang tua mereka. Aku senang tinggal bersama Cath dengan kesederhanaan kami.

Drrt. Drrt. Ponsel di dasbor mobilku bergetar.

"Kau kemana?" terdengar suara Jess, sahabatku yang menjadi asisten di toko bungaku.

"Mengantar Cath. Kau sudah di toko?" tanyaku sambil melihat jam di tangan kiriku. Aku rasa aku memang lebih lama untuk kembali ke toko pagi ini.

"Sudah dari 15 menit yang lalu. Cepatlah, aku ingin ke toilet," jawabnya di ujung sana.

"Sebentar lagi sampai. Jika kau tak tahan pergilah ke minimarket sebelah, Ed akan senang hati menemanimu hingga selesai," aku terkekeh.

"Tidak akan. Cepat atau aku akan menghancurkan pintumu ini," ancamnya yang ku balas dengan tawa.

Aku dan Jess sudah berteman sejak aku tinggal disini. Dia temanku satu-satunya yang masih ada di sampingku hingga kini. Walaupun kami hanya sempat bersama bersekolah di elementary school, tetapi dia masih disini sekarang. Ikut membangun toko bungaku.

Aku menepikan mobilku dan segera membuka pintu toko bungaku. Kulihat Jess sedang cemberut melihat kedatanganku. Aku tertawa melihatnya begitu.

"Kau jelek saat bertingkah seperti itu," ejekku. Dia terlihat kesal.

"Kau menyebalkan," teriaknya sambil berlari ke toilet.
"Salah kau sendiri yang menghilangkan kunci duplikatmu," balasku tak mau kalah. Segera aku merapikan bunga-bunga yang berada dekat pintu masuk tokoku. Dan membalik tanda Close menjadi Open.

"Aaaah lega," ucapnya sambil membanting dirinya ke atas sofa di ruang kantor kami.

"Hei, kau masih punya banyak pekerjaan. Bunga untuk Mrs. John belum kau rangkai, kan?" tanyaku yang membuat dia kembali merengut.

"Aku hanya duduk sebentar, bos," dia lalu bangkit dan mengambil bunga-bunga yang ingin dirangkainya sesuai pesanan.

Beginilah rutinitas hariku dengan Cath dan Jess yang selalu diakhiri teriakan Jess saat aku menutup toko.

"Akhirnya hari ini berlalu juga. My bed, I'm coming," yang disusul Cath dengan melempar gumpalan tangkai kering. Jess menghindar sambil tertawa.

Aku hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan mereka. Aku senang mereka berdua hadir di hidupku.

-------------------------------------------------

Jeng jeng jeng

Gimana menurut kalian? Vote dan comment yaaa :D

FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang