Episode II Part II

17 0 0
                                    

Eps. II Part II

Siswa dan siswi dari sepuluh menit lalu yang Putri ketahui berkumpul seperti hari-hari sekolah biasanya, namun tidak untuk sekarang.
"Kok sepi, ya? Kan gue di UKS cuma sepuluh menit, kok udah sepi?"

"Anumi." Teringat pada sahabat kembali. Kembali ingin bertemu, karena kecurigaannya barusan belum tentu benar. Sembari berjalan, sambil juga mencocokkan jam tangannya dengan jam di ponsel.
"Bener kok." gumamnya, ketika memeriksa jam. Tiba-tiba ada sosok gadis yang berlalu dengan wajah sendu di hadapannya, "Eh." kata refleks dia ucapkan dari mulutnya itu membuat langkah kaki mereka sama-sama berhenti dalam detik yang sama pula.
"Mi? Kok lu kayak gugup gitu sih? ..Kenapa?"
Tanpa menggubris, ia langsung pergi meninggalkan Putri yang masih dalam posisi semula.
'Dia juga udah mulai jauhin gue..' Alisnya mengernyit, menunjukkan kegelisahan yang tersarang di hatinya.
Lima persen lagi meyakinkannya, bahwa Anumi seperti yang dia sangka. Meski belum sepenuhnya paham, tapi Putri tetap berfirasat kalau Anumi itu seperti yang dia perkirakan. Putri meneruskan langkah menuju kelasnya, yang tadi tujuannya ingin ke kelas Anumi, tapi dia urungkan, karena Anumi nya sudah pasti tidak berada di sana. Saat melalui tempat majalah dinding bertempelan dan terpajang jelas, ia melihat para siswi dan sebagian siswa berkerumun, mungkin ada tema baru atau informasi.

"Ada apaan nih?"
"Eh, ini nih temennya," ujar salah satu siswi, sebut saja Harmi. Dan teman di sebelahnya, "Ini nih.. Muka temen lu jelek amat.. Hahaha!!" tawa jahat semuanya lepas saat ini juga.
"Eh! Lu jangan asal ngomong ya! Coba lu jadi dia!"
"Sory! Tapi gue gak mau tuh jadi orang cupu!" kata Lidya, temannya Harmi juga,  namun sebagai ketua dari geng ini.  "ya gak?" ucapnya lagi. Mencari penyetuju.
"Lagian kenapa sih, lu mau temenan sama orang CUPU itu!? Mending sama kita. Kan?"
'Lima persen itu hilang lagi. Dua puluh persen. Kayaknya Tuhan gak mau bikin kita musuhan' Putri kembali bersiasat untuk mengejar Anumi.

"Sialan! Beraninya dia gak ngeh omongan kita," gerutu Lidya kesal sambil melipat tangannya di perut atas,  menatap punggung Kinal dengan licik, penuh ide-ide yang selalu ingin menggagalkan niat baik.

Memanggil-manggil, hingga akhirnya menemui pintu kamar mandi terbuka, terdengar suara tangisan. Kinal semakin iba dan yakin, suara Anumi.

"Numi." Pelan sekali.

Membuka pintu perlahan. Mendekati gadis yang berkuncir dua itu. Lalu semakin cepat. Tubuhnya bersandar membelakangi bagian samping wastafel, tangannya sebagai penumpu, wajahnya memperhatikan wajah Anumi yang tak lagi ceria atau diam, tapi menangis. Matanya sembab, bibir dan hidungnyapun memerah, sangat nampak bahwa dia baru saja menangis.

"Ngapain lu!?"
"Ngapain apa?"
"Yah, nanya balik. Lu kok nggak terbuka lagi sama gue, dari tadi pagi gue ajak cerita tapi lu cuma dengerin. Terus barusan main pergi gitu aja. Kenapa?! Lu nggak nganggap gue lagi?.."
"Gue mau ngerasain aja gimana rasanya nggak ada lu, biar gue bisa syukurin waktu kayak sekarang!"
"Kok gitu ngomongnya? Nggak ada gue, emang gue mau kemana? Gue bisa ikut pindah ke Jakarta, asal lu tetep curhat-curhat bareng gue. Gue emangnya siapa?"
"Lu kecewa, ya?.."
"Banget." Putri mengambil posisi berdiri di belakang Anumi, Anumipun berbalik.
"Ya udah, ya udah. Gue akan lebih banyak cerita lagi".
"Gue nggak percaya.."
"Lu mau gue cerita apa?"
"Nonfiksi."
"Iyee..! Emang gue pendongeng!!?"
Putri tertawa mendengar celotehan yang Anumi ucapkan. "Tumben lucu."
"Dari pada kelebihan nggak lucu" Anumi menyindir Putri.
(Bisa puterin lagu kak Raisa, gak? Becanda!)
"Ihh.. Lu ngomong halus-halus nusuk, ya"
"Yang penting gue sahabatannya tetep sama lu."
Putri tersenyum membalas tawa Anumi dengan 'beban pikiran'.

Putri dan Anumi saling adu kecepatan dalam berlari. Bercanda. Meledek. Tangan kanan mereka memegangi ice cream. Berhenti di sebuah taman yang sering mereka sendiri kunjungi. Terdapat danau juga disana. Berdua saja. Berbahagia dengan hubungan persahabatan sekarang. Duduk di atas rumput hijau yang subur. Dengan celana pendek masing-masing. Namun kalau Anumi mengenakan kaos, Putri juga memakai kaos namun dibaluti jaket. Anumi duduk memeluk lutut,  memangku dagunya sambil memakan ice cream miliknya.

Episode 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang