Satu

18 3 0
                                    

"Yundaaaaaaa... Paman kamu sudah jemput" Teriakan Mamah yang menggelegar seluruh area rumah.

"Iya Mah" kataku yang langsung mengambil tas sekolah ku dan bergegas turun ke lantai bawah.

Ayah ku yang sibuk dengan pekerjaan nya sehingga tidak bisa antar-jemput ku ke sekolah. Jadi, pamanku lah yang biasa setiap pagi menjadi sopir pribadiku. Mengantarku hingga sekolah dengan selamat menggunakan motor yang biasa dipake nya. Oh iya, pamanku juga di bayar loh oleh ayahku. Ayahku memang orang yang sibuk tapi beliau pengertian. Sama seperti ibuku mereka adalah kedua malaikat yang dikirim tuhan kepadaku.

Aku ayunda yashasira. Seringkali di sapa yunda. Hari ini tepat hari ini aku menginjakkan ke kelas baru kelas 9 kelas di mana masa-masa nya aku jadi senior. Tapi, tenang aja aku ga segalak dan suka mengancam seperti senior-senior lain nya. Kelas dimana juga yang disibukkan oleh berbagai macam kegiatan. Benar-benar sibuk.

"Makasih paman. Aku masuk ke kelas dulu" kata ku yang berpamitan kepada pamanku. Yang dihadiahi anggukan dari pamanku.

Dengan riang aku memasuki kelas ku. Kelas 9C. Melihat nama yang tertampang di jendela. Benar saja ada namaku disitu. Lantas aku langsung mencari bangku kosong di kelas itu. Samping barisan ketiga. Ternyata sudah ada seseorang di sebelah nya. Dia menengok dan mensilahkan aku duduk di samping nya. Aku kenal dia. Iya dia yang duduk di samping ku namanya Zahwa. Aku mengenalnya. Bagaimana tidak? Dia itu dulu nya ketua salah satu eskul di sekolah ku. Menurutku Zahwa baik. Aku senang duduk bersamanya.

"Kamu Zahwa ya?" kataku menanyai nya dengan sopan.

"Iya" katanya tersenyum.

Hanya kata "iya" yang Zahwa jawab. Sudah aku tebak pasti dia pendiam. Sama sepertiku yang selalu diam jika tidak ada yang mengajakku bicara.

Tuk..tuk
Suara jendela diketuk seseorang. Orang itu siapa lagi kalau bukan sahabat ku sejak kelas 7-Nadine.

"Hai.." kataku melambaikan tangan kepada Nadine. Aku langsung keluar melihat Nadine disitu.

"Yun ke perpus yuk. Rame tuh disana lagi ambil buku baru. Ayuk kita kesana dari pada ga kebagian" kata Nadine nyerocos.

"Gue males din. Nanti juga KM dipanggil buat bawain buku" kataku.

"Yaelah. Emang kelas lo udah pemilihan KM? Belum kan? Sama kali kelas gue geh. Udah ayok dari pada ga kebagian buku" kata nadine yang langsung menarik tanganku.

Pada saat akan ke perpus banyak sekali teman-teman sekelasku dulu. Bertemu dengan Rani, Elsa, Fani. Rasanya rindu masa-masa dulu. Dari sekian banyak temanku dulu hanya Fani yang sekelas dengan ku. Aku juga merasa heran mengapa terus-terusan fani selalu sekelas denganku. Entah, tapi tak masalah fani itu pinter baik yaa tidak menyusahkan.

"Yun.. Yunda denger gue ga sih lo" kata nadine yang sewot kepadaku.

"Iya din apaan? Maaf tadi gue lagi ga dengerin omongan lo" kataku.

"Kampret emang lo yun. Tadi gue udah cerita banyak. Eh yun liat ituuu" katanya berbisik kepadaku.

"Yang mana sih din?" kataku yang mulai greget.

"Itu yang tas item" katanya sedikit menunjuk.

"Ohh itu. Adek kelas ya?" kataku bertanya.

"Iya. Ganteng yaa" katanya terkagum-kagum.

"Engga. Biasa aja" kataku.

"Woyy Rizkiiii, anak kan bang jono" kata nadine yang berteriak memanggil Rizki-Teman sekelas ku dulu dengan nadine. Dan langsung menghiraukan adik kelas tadi.

"Din gausah teriak-teriak malu tau" kataku menyenggol nadine.

"Santai aja yun. Kita ini senior gada yang berani labrak kita" katanya dengan sok.

"Siapa yaa anda? Memanggil justin bieber" kata Rizki memasang wajah sok ganteng.

"Iyuh. Najess" kataku yang langsung menarik nadine yang katanya ingin menuju ke perpustakaan malah nyangkut di daerah orang.

"Nadine katanya mau ke perpus malah nyangkut-nyangkut ke daerah-daerah terpencil" kataku mengomel.

"Ya kan cari-cari kesempatan tebar pesona sama adek-adek kelas" katanya dengan jawaban enteng.

Dan tidak lama itu perpustakaan sekolah sudah di depan mata.

"Gilaaa yun rame banget" kata nadine yang mulai mengaduh ketika antri sepanjang rel kereta.

"Kan lo yang ngajakin" kataku yang masih juga ikutan mengantri dengan nadine.

Sekitar 15 menit berdiri dan akhir nya pengambilan buku jatuh ke aku dan nadine. Aku membawa buku-buku itu dengan telaten dan hati-hati.

"Berat sekali" kataku mengaduh pada nadine.

Aku terus berjalan tanpa mendengarkan ocehan nadine yang belok -belok entah kemana itu. Dan sesekali aku melihat ke bawah memperhatikan ku jalan dengan sangat hati-hati. Dan tiba tiba..

GDEBUKK...
suara buku-buku yang berjatuhan dari tangan ku. Karena menabrak seseorang didepan situ.

"Kalo jalan pake mata dong jangan pake dengkul" cerocos nadine yang marah-mara kepada orang yang tadi menabrak ku. Mendengar nadine marah seperti itu seperti nya cowo itu tidak mau dihina karena kesalahan nya. Beliau jongkok dan membantuku membereskan buku.

"Makasih" kataku yang langsung bangun dan meninggal kan seseorang yang tadi menabrak ku.

"Lo gapapa kan yun?" tanya nadine

"Iya gapapa. Tapi tadi ge malu banget gara-gara gue jalan nunduk malah jadi begini" kataku.

"Yaudah gausah dipikirin" katanya.

"Tadi yang nabrak gue Dirga?" kataku bertanya pada nadine.

"Iyah. Oh iya yun dia sekelas sama gue loh" katanya

"Yang bener? Dia jutek banget ya? Gaminta maaf atau apagitu" kataku.

"Yee orang lo yang salah" kata nadine menonyor kepalaku.

"Iya sihh.. Yaudah lah" kataku yang langsung masuk kelas.

***


Suasana masih sama. Ramai dengan orang yang saling berkenalan. Begitu juga dengan aku yang berkenalan dengan Sinta dan Nisa. Mereka duduk di belakang aku. Aku sudah kenal dengan Sinta karena dulu aku sempat satu eskul dengan nya.

Guru walikelas tiba-tiba masuk menyampaikan arahan dan sedikit percakapan antara memilih suatu organisasi kelas. Semua orang mendengarkan nya dengan seksama. Berbeda dengan aku yang hanya duduk termenung memikirkan kejadian tadi aku menabrak Dirga-teman sekelas nadine-. Dirga begitu jutek dan mata nya sedikit sayu dan cukup seram ketika menatap nya. Aku baru sadar ternyata Dirga itu ga sejelek apa yang aku kira. Kenapa aku jadi memikirkan Dirga? Apa aku suka padanya? Ahh tidak mungkin. Rasanya Mitos. Baru 1 hari bertemu dengan kejadian yang konyol dan cukup memalukan. Mana iya aku menyukai nya. Namun, aku rasa aku kagum dengan nya. Entah aku kagum dari sisi mananya. Raut wajah yang sulit di tebak. Aku tau dirga suka senyum. Tapi aku berpikir dia genit. Iuh mentang-mentang ganteng. "Ga ga gue gamau" kataku bergumam dalam hati.

Kesukaan ku melamun. Mengkhayal dan berilusi. Saat ini juga aku sedang berilusi dan menjalar kemana-mana. Hingga ucapan salam pamit dari wali kelas membuat gendang telingaku mendengar jelas dan tersadar akan duniaku yang nyata tidak berbayang.

***
Hai para reader minta coment sama vote nya ya.. Jangan lupa follow akun aku. Makasih

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang