Hai, itulah kata yang dia ucapkan setiap kali aku bertemunya. Itulah kata dimana bisa merubah hariku menjadi lebih indah. Diriku selalu 'meledak' saat dia mengucapkannya. Dan diapun selalu tersenyum disaat mengucapkannya, apakah ini cinta? atau diriku saja yang terlalu percaya diri.
Dan pada suatu hari aku berpapasan dengannya, akan tetapi ia tidak menyapaku. Aku ingin menyapanya tetapi ada yang berbeda saat itu. Seolah aku tidak pernah mengenal sosok itu, sosok dimana rasanya ia ingin cepat cepat pergi. Akupun heran, dan aku berniat untuk memberanikan diri untuk mengajaknya berbincang tentang masalahnya. Akan tetapi, sepertinya aku mengurungkan niatku itu.
Keesokan harinya aku kaget tiba-tiba handphone-ku berdering, aku kira sahabatku Andre yang menelfon. Ternyata Fira langsung dengan terburu-buru kuangkat telfonnya sembari aku mengambil minum didapur.
"Roy....." ucapnya sambil tersedu-sedu nada suaranya.
"Iya For, kenapa? kok lo nangis?" tanyaku padanya.
"Gue putus Roy.." lanjut ia berbicara sambil menangis.
"Oke, sekarang lo dimana? ayo cerita sama gue, gue siap-siap terus gue kerumah lo." kataku.
"Oke Roy, makasih banyak ya gue siap siap juga." ucapnya sambil sesekali tersedu.
Sampainya dirumah Fira, ia langsung masuk ke mobil dan langsung menangis. Akupun sedikit takut untuk bertanya padanya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya beberapa saat setelah kita sudah dijalan tol.
"Nih tisu Fir buat ngelap air mata lo." ucapku
"Ma...makasih Roy."
"Jadi lo mau mulai cerita darimana?"
"Nanti ajadeh Roy, pas kita udah sampe kafe." katanya sambil sesekali tersedu.