First meet

886 24 0
                                    


PRILLY POV

Sudah hampir setengah jam aku dan laki-laki ini hanya saling diam di ruangan besar ini. Aku tidak tau kemanakah perginya mama dan tante Vina, sementara Om Bram tadi sudah pamit balik ke kantor. Aku tidak tau kenapa mataku tak hentinya memperhatikan laki-laki di depanku ini. Dia sangat tampan, sungguh !!
Sejak tadi dia tampak gelisah bertukar posisi duduk berkali-kali bahkan mengusap-usap tangannya tak jelas. Dia sama sekali tak memulai topik pembicaraan sejak tadi.

Astaga ,

Bahkan sejak tadi aku tidak pernah mendengar suaranya sama sekali. Jangan bilang dia juga bisu ??
Ya tuhan ,
Aku mulai terhanyut dengan pikiranku sendiri dan tak pernah lepas memandangi keindahan ciptaan tuhan yang melekat pada wajah tampannya, sampai aku tersadar bahwa dia sedang meraba-raba meja.

"Apaaa..... Kau haus ?" Tanyaku hati-hati padanya. Dia seperti kaget dan langsung menarik tangannya dari meja sembari mengangguk pelan.

Aku berikan segelas minuman dingin itu tepat di tangannya.

"Terima kasih ,"

Ya tuhan, bisakah waktu mundur beberapa detik saja ? Kenapa suaranya begitu indah ? Astaga, kenapa aku ini ??

Dia ingin meletakkan kembali gelas yang ia pegang dan dengan cepat aku menyambut gelasnya, menaruh kembali pada tempatnya.

Kulirik dia kembali mengusap-usap tangannya tak jelas dan tak ada lagi percakapan antara kami. Cukup lama suasana kembali hening, dan tanpa kuduga dia kembali membuka suara memulai percakapan.

"Berapa usiamu ?"

"Huh ?" Aku sampai lupa berapa usiaku, sampai dia kembali mengulangi pertanyaannya.

"Usiamu berapa ?"

"Akuu....aku sembilan belas tahun ,"

Dia tampak terkejut, tapi detik berikutnya dia kembali berwajah datar seperti tadi.

"Aku fikir mama akan menjodohkanku dengan wanita tua mengingat kondisiku yang seperti ini ,"

Aku mengernyit mencerna ucapannya, dia memang sangat tidak percaya diri.

"Kenapa harus wanita tua ? Kau kan juga masih muda, aku rasa usia kita tak jauh beda ,"

Dia mengulas senyum sedikit dan kembali menunduk.

"Kau benar, usiaku baru dua puluh satu tahun ,"

Aku hanya mengangguk walaupun dia takkan bisa melihatnya.

"Apa kau sudah yakin ?"

"Uh ?" Lagi-lagi aku tak bisa mencerna dengan baik pertanyaannya.

"Kau yakin mau menikah dengan pria sepertiku ?"

Aku menghela nafas panjang, kurasa dia mendengar helaan nafasku sehingga membuat dia seperti seseorang yang sedang memasang baik-baik telinganya agar dengan jelas mendengar ceritaku.

"Kau tau, mama adalah satu-satunya keluargaku. Aku tidak pernah bisa menolak permintaan mamaku, lagi pula kedua orangtuamu sudah banyak membantu keluarga kami, kedua orangtuamu orang-orang baik, aku yakin kaupun laki-laki yang baik. Jadi apa salahnya jika aku menuruti permintaan mereka. Toh aku takkan mati jika menjadi istrimu ,"

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang