MODUS [1|1]

83 8 3
                                    

Aku berdiri di halte yang berada tidak jauh dari rumahku. Menunggu bis yang setiap hari mengantarku menuju sekolah.

Badan ku yang rasanya remuk karena berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang ingin mendapatkan kursi kosong. Aku cukup beruntung pagi ini mendapatkan kursi kosong untuk kududuki.

Syukurlah perjalanan hari ini tidak terlalu macet. Meskipun masih dapat kulihat banyak kendaraan di sekitar bis yang kutumpangi ini.

Tak lama bis berhenti di pemberhentian selanjutnya. Aku sangat menantikan moment ini. Melihat dia memasuki bis yang sama dengan ku.

Deg

Sorot matanya yang tajam mampu membuatku melakukan senam jantung pagi ini. Dia. Tubuhnya yang tinggi dengan headset yang terpasang di kedua telingannya menyalurkan lagu yang sedang terputar dari handphone yang berada di dalam saku celanannya. Aku selalu penasaran dengan lagu apa yang selalu dia dengarkan itu?.

Sosok itu duduk tidak jauh dari hadapan ku. Aku dapat dengan leluasa melihatnya meskipun hanya dari belakang. Yah itu sudah biasa untuk ku.

Apakah terbesit di fikiran kalian, apakah aku sengaja pergi ke sekolah dengan bis agar bisa bertemu dengan dia ?

Maka jawabannya adalah ya. Selama masa SMA ku ini setiap hari ku tumpangi bis menuju sekolah hanya karena dia selalu menggunakan bis juga untuk menuju sekolah. Ayah dan kak revan sudah sering kali menawariku untuk diantar oleh mereka namun aku tetap ingin menumpangi bis yang akan membawa ku bertemu dengan dia.

Setiap hari aku dan dia selalu menumpangi bis yang sama dan dengan tujuan yang sama SMA Pelita, namun dia seperti tidak pernah menyadari keberadaanku.miris.

°°°

Melelahkan. Setelah di jam pertama pelajaran seni yang mengharuskan kami para murid melakukan gerakan tari untuk pengambilan nilai keterampilan di akhir semester nanti.

Haus sudah melanda tenggorokan ku yang kering. Ingin segara pergi menuju kantin namun sepatuku menghilang entah kemana.

"Kenapa res?." tanya sita. Teman sekelasku.

"Sepatu gue ilang." ucapku miris melihat sita yang sudah selesai memasang sepatunya.

"Paling disembunyiin lagi sama dero."

Sial. Kali ini giliran sepatu gue yang disembunyiin sama dero. Aku bukan nerd atau kutu buku yang mengepang dua rambutku dan menggunakan kacamata tebal sehingga selalu di bully . Aku hanya Ires cewe biasa dan tidak populer. Hanya saja Dero sangat suka menjailiku.

"DERO" teriak ku melengking melihat dero yang sedang berjalan menuju kantin bersama gerombolannya.

"Apa?" tanyanya dengan tampang watados.

"Lo kemanain sepatu gue?"

"Lo nuduh gue?" dia bertanya balik.

"Iss..gak usah pura-pura gak tau lo," aku berusaha menahan amarahku "balikin sepatu gue sekarang."

"Cari aja sendiri." ucapnya lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Ok. Habis sudah kesabaranku. Ku lepas sepatu kiri ku. Lalu...

Pukkk

Sepatuku dengan mulus mengenai kepala bagian belakangnya. Dero berbalik. Kulihat tampangnya memancarkan aura setan dengan kobaran api di kanan-kiri nya. Dero sangat marah. Aku mulai sedikit takut namun aku tetap mempelototinya yang berjalan berbalik ke arahku.

Dia berjalan melewati ku. Aku semakin khawatir dia akan melakukan hal yang sama seperti sepatu kanan ku. Aku berusaha mengikutinya dari belakang hanya dengan beralaskan kaos kaki putih yang masih terpasang di kedua kaki ku.

MODUS [1|1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang