DUA

59 5 0
                                    

Semua belum terasa. Semua belum dimengerti.

Tapi,satu hal yang ku tahu,rasa itu akan berkembang dan bertumbuh seiring waktu berjalan

-----------------------------------------------------------
Karin benci kopi. Cukup lugas bukan? Tapi kenapa malah sahabatnya,Agnes mengajaknya ke kafe yang dipenuhi oleh berbagai macam kopi? Agnes dan Karin berjalan menuju kasir.

"Caramel Macchiato satu."ucap Agnes.

"Ada pesanan lain?"tanya Kasir.

Agnes menyenggol tangan Karin,dan memberi tatapan lo-mau-pesen-apa?

"Ehm... Hot Chocolate satu."

Setelah membayar,Agnes dan Karin berjalan menuju meja kosong di dekat jendela sambil membawa minuman masing-masing.

"Jadi,hal penting apa yang akan lo bicarain?"tanya Karin to the point.

"Kemarin,gue ditembak sama Evan."jawab Agnes dengan senyum yang mengembang.

"Hah?! Evan yang anak berandalan itu,yang kaya preman?"

"Yaelah,itu mah Revan bukan Evan. Evan itu yang deket sama Rava."jelas Agnes.

"Oh.. terus,lo terima?"

Agnes mengangguk dengan semangat "Gue gak bisa nolak dia."

"Ninggalin gue lo ya."ucap Karin pura-pura kesal.

"Makanya cari pacar,jangan ngejomblo terus."

Karin hanya mendengus.

"Rin,kalo gue sama Evan,lo mending sama Rava deh ,biar couple ."

Karin yang sedang meminum hot chocolate nya langsung tersedak mendengar ide gila dari sahabatnya.

"Enak aja!"

"Mending sama Rava atau cowok yang dulu."

Saking sebalnya Agnes melihat Karin terus menjomblo dan tidak mau membuka hatinya Agnes sering mencomblangkan Karin dengan teman-teman lama Agnes.

"Gue gak butuh lo comblangin,gue bisa cari cowok sendiri."

"Masa'?"

"Ekspresi lo kok kayak merasa gue gak pernah pacaran sih?" Karin mendengus sebal.

"Kan emang gak pernah." Jawab Agnes datar.

Karin akui,dia memang belum pernah berpacaran sekali pun,alasannya belum ada cowok yang masuk dalam kriterianya.
.
Karin merebahkan diri di kasur,malam ini dia harus menyelesaikan pr Fisika yang seabrek untuk dikumpulkan besok.

'Ugh,susah banget'batin Karin.

Karin turun untuk mengambil minum,sekarang baru jam 10 tapi rumahnya sudah sunyi.

Tok tok tok

Suara pintu rumah Karin diketuk dari luar. Karin mengernyitkan dahinya bingung.

'Siapa yang dateng malem-malem? Jam 10 lagi.' Batin Karin.
Karin berjalan ke arah pintu,lalu membukanya. Ada seorang laki-laki menghadap berlawanan arah dengan Karin.

"Ekhem.." Karin berdeham.

Laki-laki itu berbalik arah,melihat ke arah Karin.

"Rava?!" Sontak Karin kaget melihat laki-laki itu.

"Hai Karin!" Rava menyapa Karin dengan santainya,tanpa memperdulikan raut wajah Karin yang terkejut akan kedatangannya.

"Lho,ngapain kesini? Jam segini lagi?"tanya Karin heran.

"Eh,gue mau minta bantuan ngerjain pr Fisika."

"Astaga,kan bisa besok pagi. Kenapa juga baru jam segini?"

"Gue lupa kalo ada pr,hehe..." cengiran Rava membuat Karin geleng-geleng kepala.

"Yaudah,masuk dulu." Karin mempersilahkan Rava untuk masuk.

"Kok rumah lo udah sepi aja?" Tanya Rava.

"Udah pada tidur." Jawab Karin sambil berjalan menuju ke dapur.

"Mau minum apa?" Tanya Karin.

"Apa aja."

Beberapa menit kemudian Karin kembali dari dapur membawa 2 gelas Hot Chocolate.

"Nih,minumnya." Karin memberikan satu gelas kepada Rava. "Gue ambil buku dulu." Lanjut Karin.

Rava mengeluarkan buku-buku fisikanya,lalu Karin turun dari kamarnya yang ada di lantai 2.

"Jadi,apa yang mau lo tanyain?"

"Yang ini nih." Rava menunjuk pada nomer 24.

"Oh yang ini,caranya yang A di hitung dulu,habis oitu masukin rumus yang ini,baru dibagi sama yang B." Jelas Karin.

Rava menggaruk-garuk kepalanya,bingung.

"Kok bisa?" Tanya Rava.

"Ya karena...... ehm.... ya karena yang menemukan caranya bilang gitu." Jawab Karin asal.

Karin dan Rava mengerjakan tugas hingga jam setengah 1.

"Huft,akhirnya selesai juga." Karin menutup bukunya.

"Udah jam set 1,gue mau pulang,makasih ya udah bantuin gue." Ucap Rava.

"Iya sama-sama. Emang lo gak di marahin baru pulang jam segini?" Tanya Karin.

"Kan gue tadi udah ijin sama bonyok. Gue pulang ya,tidur lo ,ntar kecapekan. Goodnight." Ucap Rava bertubi-tubi sambil keluar dari rumah Karin.

"Oke,bye." Karin melambaikan tangan ke arah Rava. Rava tersenyum kepada Karin. Senyuman yang membuat jantung Karin menjadi tak karuan.

"Manis." Gumam Karin.
.
"Karin,makasih banyak ya ,tadi malem lo udah bantuin gue." Ucap Rava setelah pelajaran fisika selesai.

Karin melihat adanya kantung mata,di mata Rava.

"Lo gak semalem gak tidur,Rav?" Tanya Karin.

"Enggak,gue......"
Rava menggantungkan kalimatnya.

"Gue mikirin lo semalem." Ucap Rava pelan nyaris tak terdengar. Tapi cukup keras untuk bisa di dengar oleh Karin.

Deg.
.
Chapter 2 finish.
Vomment please

-Rai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Call AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang