Part 1

98 7 10
                                    

*Story*

Ketika matahari terbit dan awan berwarna oranye, Cila sedang asik sarapan di balkon depan kamarnya. Hampir setiap hari kelakuannya memang seperti itu, memandang awan memang kesukaannya. Namanya memberikan efek bagi kesukaannya itu. Cloud= Awan.

Setelah sarapannya habis, dia langsung memakai seragam sekolah putih abu-abunya. Sepatu sneakersnya yang hitam putih sudah terpakai di kakinya, dia pun berangkat sekolah dengan kakak cowoknya yang bernama Geasky. Nama anak di keluarganya itu memang berbau langit.

Gea baru naik kelas 12, adiknya baru naik kelas 10. Tapi mereka jarang ketemu, karna Gea asik dengan hidupnya sendiri, hanya sesekali dia bercerita ria dengan adiknya, Cila. Kakak cowok dan adik cewek memang agak jarang komunikasi langsung kan? Lagian menurut Gea, Lail sudah sangat cukup untuk menjaga adiknya yang super rese itu.

Sekolah yang membosankan hampir tidak pernah diungkapkan oleh Cila, karna dia emang usil. Yang ada, orang bosen sekolah karna dia.

Hari ini dia baru masuk SMA, di SMA yang sama dengan Gea. Biar irit ongkos aja.

Saking baiknya dia jadi kakak, Gea mengantar Cila sampai kelas.

"Kak, gue kan bisa sendiri. Emangnya gue anak TK apah!?" katanya gengsi.

Gea hanya tertawa pelan, sambil merapihkan poni Cila yang menyamping itu.

"Ya elah, bagi gua, lo itu gak pernah dewasa. Lo tetep aja jadi Cila gua yang gak bisa apa-apa," jawabnya dengan senyum khasnya.

"Guys, gua nitip dia ya!" teriaknya ke ruangan kelas itu.

Baru beberapa langkah Gea pergi, Cila langsung diserbu cewek-cewek. Mereka memperhatikan Cila dari atas sampai bawah. Seseorang dari mereka yang bernama Nuni langsung menatap Cila senang.

"Akhirnya di kelas ini ada yang cantik juga! Ada temen deh gue!" katanya sambil menepuk tangannya pelan. Cila jadi ketawa, "Nama lo siapa, cantik?" tanya Cila ramah.

Nuni itu cewek betawi yang selalu ngerasa cantik. Dia punya kembaran namanya Jidun. Mereka sih biasa aja, gak ganteng gak jelek. Enak diliat tapi asli otaknya emang agak gesrek.

"Gue Nuni asli Jakarta, tapi gue gak mau norak kayak si Jidun!" katanya sambil melirik Jidun yang sedang duduk main hp.

"Ngapa si lo, nenek!?" teriaknya meledek Nuni.

"Ohh gitu, salam kenal ya Nuni. Nama gue Cila."

Nuni masih kepo, dia bertanya lagi, "Yang tadi itu cowok lo, Cil? Asli, ganteng banget!" katanya.

Cila tertawa geli, wajahnya jadi memerah. "Dia kakak gue, Nu." Nuni mengangguk paham walau agak tengsin.

Mereka semua berkenalan, Cila anak yang ramah, dia bisa berteman dengan siapapun dimanapun. Tapi Cila langsung heran, dimanakah teman sehidupnya itu?

Baru di pikirkan, eh Lail langsung menutup mata Cila dari belakang. Orang-orang sontak tersenyum, tak heran kalau cewek secantik Cila punya pacar seganteng Lail.

Bulu mata lentiknya Cila, hidung mungil, pipi kemerahan, Cila sangat manis untuk dilihat. Wajah Lail yang panjang, rambut yang rapih, dam kumis tipis yang tidak pernah hilang darinya sejak SMP itu sudah jadi identitasnya.

"Ciee, pacar kamu ya, Cila?" tanyanya lagi dengan usil. Lail tertawa keras mendengarnya.

"Dia udah jadi separuh jantung, separuh hati, separuh ampela gua kali..." jawab Lail yang membuat sorak sorai berhamburan.

"Hushh, dikibulin dia mau aja lo pada!" Cila menahan tawa sambil melirik Lail usil. Lail malah mengeluarkan wajah meledek.

"Buat apa jadi pacar kalau udah saling memiliki?" tanya Lail ke seluruh penghuni disana.

Mereka langsung menyuarakan koor cie dengan kompak. Cila sudah biasa mendengarnya, tapi dia masih saja sering malu sendiri.

Di hari pertama, dia harus mendapat banyak petuah dan ini itu dari kakak kelas. Besok sudah MOS, itulah sebabnya hari ini dia harus di kasih tau. Sejauh ini belum ada masalah, semuanya oke aja.

Next day..

*Cila POV*

Yeayy hari ini gue MOS! Tapi kayak apa ya MOS di SMA Tarumanegara? Gue nanya kak Gea aja kali ya~

Kak Gea masih asik sendiri dengan hp nya, padahal ini udah jam 6! Ishhh dia itu emang kebo.
"Kak, udah mandi belom? Gue kan mau sekolah, Kak.." pinta gue sok imut.

"Tenang aja, gak akan telat kok." kata dia santai. Gue sih percaya aja, lagian rumah gue ke sekolah gak jauh-jauh amat.

"Kak,SMA kayak gimana sih? MOSnya, pelajarannya, pokoknya gimana sih SMA itu?" tanya gue sambil duduk di sebelahnya.

Kak Gea langsung menaruh ponselnya, lalu merangkul gue.

"Cil, lo tau gak MOS di sekolah itu asli ya, sadis! Apalagi gua denger OSIS yang kelas 11 sekarang itu killer semua!" katanya yang membuat gue nelen ludah.

"Ah yang bener?" gue gak percaya kadang sama ucapan dia. Kan gen rese dan menyebalkan yang ada dalam diri gue, pasti ada di dia juga.

"Hahaha terserah elo sih, gua juga cuma denger-denger. Ya udah gua mandi dulu, Cil."

Gue langsung cuek, bodo amat ah gimana kakak senior. Peduli amat gue. Lagian, kalau mereka melakukan tindak kekerasan, gue bisa lapor ke polisi atau sebar ke media. Wkwk

Nyampe sekolah, gue udah telat. Gue cuma bisa ngeluarin sumpah serapah aja, dan kakak gue yang ngeselin itu malah ketawa tanpa dosa! Kak Gea langsung ke kelasnya, apalagi kabarnya anak kelas 12 bakalan freeclass selama gue MOS. Besok mah gue bikin lagu sadis karangan gue sendiri.

Karna gue telat, gue takut buat masuk kelas. Parahnya lagi, udah ada tiga kakak kelas di depan kelas gue yang lagi nerangin sesuatu. Gue baru aja balik badan, sebelum sebuah tangan narik tas gue.

"Eitt.. Mau kemana?" tanyanya. Gue langsung merinding dugem.

Gue ditarik, gue jalan mundur. Panik, parno, takut, gue cuma bisa merem dan gigit bibir. Asli, ini deg-degan udah kayak apaan.

"Buka mata lo!" bentaknya. Gue langsung buka mata. Dan ngeliat kakak kelas gendut dan tinggi alhasil gue malah keceplosan.

"Oh my, makhluk apaan tuh!" gue merem lagi.

Sontak semua temen kelas gue ketawa dengernya. Dan kakak kelas itu malah jadi bahan ketawa. Duh, gue kurang ajar banget.

"Heh lo bilang gue apa barusan?" tanyanya.

Gue beraniin diri buat buka mata, gue harus kerjain balik ni kakak kelas rese.

"Kak, gue duduk boleh gak?" tanya gue santai.

Temen gue langsung melongo, dua kakak kelas itu juga ngeliatin gue aneh. Cuma kakak gendut doang yang biasa aja.

"Lo ngomong sama gue kayak gitu? Lo harusnya bilang 'saya'!" bentaknya.

Ah elahh ngebentak mulu nih, gue jadi gak takut lagi deh. Ke biasa aja sama bentakkan nya.

Awan Dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang