part 5

26 3 0
                                    

*Story*

Di lapangan, Alam sudah menyiapkan antek-anteknya. Dengan membawa buket bunga, dan orang-orang yang membawa steroform yang berbentuk awan.

Dengan gitar yang di bawanya, buket bunga itu dia titipkan ke Joni. Lalu dia memainkan sebuah lagu, di depan mic pula.

Cila tak sengaja lewat di lapangan, dia dan Lail bengong seketika.

"Gua mau nyanyi satu lagu," katanya sambil bersiap.

Love me love me
Say that you love me

Lagu love me -Justin Bieber melayang dari mulutnya.

Suara pas-pasan. Walaupun gitarnya oke juga. Lail mendengus, merasa jijik. Dia pun datang dan berniat mengacau.

"Stop!!!" teriaknya menghampiri Alam. Alam terdiam, bersiap-siap. Lail menatapnya kesal. Dan langsung menyambar gitar Alam.

"Suara lo malu-maluin, nih dengerin yang lebih parah." katanya menghina diri sendiri.
Lail mulai memainkan gitar.

"Cek.. Cek.. Gua nyanyi buat sahabat gua, Cila. The one and only," kata Lail. Sontak semua orang langsung keluar dari kelas dan kepo. Mereka ingin melihat pasangan sahabat yang kayaknya emang udah saling suka. Mereka pikir ini akan lucu.

"Dengerin nih suara gua yang gak seberapa, Cil!" teriaknya ke arah Cila.

Mungkin kau takkan pernah tahu
Betapa mudahnya kau untuk dikagumi...
nananananananana...
nananananananana...
Mungkin kau takkan pernah sadar
Betapa mudahnya kau untuk dicintai...
nananananananana...
nananananananana...
Akulah orang yang akan selalu memujamu...
Akulah orang yang akan selalu mengintaimu...
Akulah orang yang akan selalu memujamu...
Akulah orang yang akan selalu mengintaimu...

Semua orang langsung bertepuk tangan mendengar suara Lail. Cila juga jadi malu sendiri. Tapi dia masih saja kesal, karna tadi Kania dan Lail ngobrol berdua lagi. Cila baru aja marah-marah karna itu, padahal Lail udah bilang Kania itu cuma temen aja.

Namanya juga cemburu. Cila terlalu menganggap Kania dan Lail berlebihan. Tapi Cila tau kalau Kania memang menyukai Lail. Dan Cila udah nethink duluan sama Kania, ngira Kania jahat lah, pengen ngerebut Lail lah. Padahal, Lail emang gak bisa berpaling.

*Kania POV*

Lo pikir gue bahagia? Lo pikir gue terima? Gue juga gak mungkin bohongin perasaan gue. Tapi demi Lail, gue rela kok.

Gak masalah lo sayang sama Cila, gak masalah lo berharap lebih sama dia. Gue bakalan liatin dari belakang. Gue bisa jadi sahabat lo disaat Cila jadi pacar lo.

Gak masalah, kalau berada dibelakang lo bisa bikin gue bisa jagain lo, kenapa enggak? Gue bakalan ada buat lo, tenang aja.
Gue bisa kok nahan perasaan ini selamanya. Gue akan pastiin lo bisa bahagia sama Cila.

*Alam POV*

Awan, gua rasa awan dan alam terlalu jauh. Bahkan awan masih sangat dekat dengan malam. Lail, lo beruntung. Cila, gua bakalan nunggu kok. Mungkin sekarang belum waktunya.

Gua liat dari mata lo, gua denger suara hati lo. Lo sayang sama Lail, kan? Silakan..
Gua akan meluk elo disaat Lail mungkin ninggalin lo. Tetep jadi awan yang indah ya, bakalan gua abisin si Lail kalau dia nyakitin elo.

2 bulan berlalu..

*Lail POV*

Gua bingung, kenapa sejak dua bulan ini Cila agak beda. Ngedadak dia jadi ikut OSIS, dan jadi deket sama bang Alam. Padahal dia gak pernah main sama cowok lain selain gua. Apa gua cemburu ya? Apa kata Kania soal perasaan gua itu bener?

Kania bilang, gua itu punya perasaan lebih ke Cila. Tapi gua sendiri bingung, gua sama dia emang deket banget, tapi kalau gua harus suka sama dia, rasanya gua takut. Takut kalau pacaran, nanti malah putus dan musuhan.

Gua bisa deket sama dia, sayang sama dia, seneng sama dia, so gua harus jadi pacar buat dapetin apa lagi? Gua bakalan meluk dia untuk setiap tangisan dia, gua bakalan ada buat dia disetiap saat dia punya luka.

Gak masalah gua deket tanpa status. Yang penting perasaan gua cuma buat Cila seorang. Asik dah. Gua harus tau kenapa Cila sibuk dan gak ada waktu buat gua..

Gua main ke rumah Cila hari ini. Pas banget yang bukain pintunya itu Cila. Dia senyum sama gua, dan kayaknya dia bingung kenapa gua dateng mendadak.

"Ada apa sih? Kan lo bisa Line gue," kata Cila heran. Gua senyum doang, gua kan kesini buat ketemu sama dia. Udah lama gua gak main kesini.

"Ayo masuk," katanya. Gua menggeleng, gua ngajak dia duduk di depan rumah aja. Ada ayunan di pohon depan rumahnya. "Di depan aja, Cila.."

Gua sama dia duduk, dia natap gue nunggu sesuatu. Gua rasa dia ngerasa aneh. Gua juga sih. Berasa asing tiba-tiba. Gua bawa tape recorder dia waktu itu, dan gua tinggalin di meja depan rumahnya.

"Cila, kita liat awan yuk!" ajak gue. Cila menyipitkan matanya.
"Dimana?" tanya Cila. Gua langsung narik tangan dia, dan ngajak dia ke taman deket rumahnya. Ada beberapa bangku disana.

Langitnya indah, tapi agak mendung.

Tiba-tiba gerimis, gua baru aja mau ngajak Cila pulang, tapi dia malah ngajak main ujan-ujanan.
Dia emang seneng sama ujan, dan gua juga seneng. Kita kayak anak kecil berdua-dua.

"Kalau ada waktu paling sempurna, pada detik itu pasti ada elo, Cila." kata gua spontan.

Cila menoleh, tersenyum.
"Dan kalau ada saat paling menyedihkan, pada detik itu gua yakin kebersamaan kita udah berakhir," lanjut gua.

"Gak ada yang berakhir, lo sahabat gue selamanya. Gue sayang elo selamanya!" kata Cila. Gua yakin dia serius saat itu.

Seketika itu juga gua sedih, gak tau kenapa.

"Lo tau gak?" Cila yang asik ujan-ujanan sontak berhenti. Dia berjalan ngedeket ke arah gua.
"Apa?" tanya Cila.

Gua narik nafas, "Selamanya itu lama banget, kan? Selamanya itu bukan berarti cuma di dunia kan?" tanya gua. Cila mengangguk.

"Selamanya berarti sekarang, besok, lusa, tulat, atau kapanpun itu sekalipun waktu bukan lagi dihitung dengan jam, menit, atau detik. Iya, kan?" tanya gua lagi.

"Sampai kapanpun, elo sahabat gue. Lo segalanya buat gue, Lail." baru kali ini gua denger Cila ngomong kayak gitu.

"Dimanapun gua, percaya sama gua, gua sayang sama lo, Cila." Gua ngeluarin gelang yang udah lama gua beli buat Cila. Ada bentuk hati dan awan disana.

Lail itu bahasa Arab yang artinya malam. Dan gua percaya, awan selalu ada untuk siang dan malam. Dan gua bahagia karna gua ada untuk Cila, begitu juga sebaliknya.

"Gua minta satu hal, boleh?" tanya gua.

Cila mengangguk. Gua pun masangin gelang itu ke tangan kiri Cila. "Ada satu hal yang abadi diantara kita, Cil. Persahabatan, yang entah tulus atau enggak sebagai persahabatan biasa, atau lebih dari yang kita duga. Dan gua minta lo jaga semua itu, demi gua."

Cila menggenggam tangan gua, matanya berlinang. Entah kenapa dia malah sedih gitu.

"Persahabatan kita adalah persahabatan paling bohong di dunia. Persahabatan paling gak tulus yang pernah ada," kata Cila.

Akhirnya gua tau, kalau perasaan gua itu gak sepihak. Akhirnya gua denger sendiri, kalau ternyata selama ini persahabatan kami emang gak murni. Ternyata ada perasaan lain yang menemani kami.

"Be my best friend in this life and be my best friend in another life, someday. We'll meet again."

Awan Dan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang