Prolog

332 19 7
                                    

Mataku berkunang-kunang. Suara bising ruangan ini menyadarkanku. Aku benci dan akan selalu benci kebisingan ini. Hal itu hanya semakin mengingatkanku akan hidupku yang kelabu dan mereka yang tidak pernah benar-benar melihatku. Mereka yang selalu disana. Mereka yang mampu menciptakan beribu ekspresi dengan ada atau tidaknya aku.

Hmm. Namaku Fey. Fayya Emaditha Yudit. Jika kamu bertanya pada mereka tentang diriku, jawabannya tidak akan jauh berbeda. Seperti,"Dia Fey. Dia baik."
Mungkin memang melegakan dianggap baik oleh banyak orang. Namun jika dapat memilih, hal itu akan menjadi pilihan terakhirku. Karena aku tahu persis arti dibalik sepatah kata itu. Layaknya, "Ia adalah seseorang yang tidak akan merubah apapun bila ia hilang."

"Gila ya lo! Tidur seharian dan ngerjain soal abstrak itu dalam hitungan detik." Ungkap seseorang.

Ungkapan itu untuknya, Arkana Davero Giandra. Lelaki bermata coklat dengan punggung lebar yang pantas disebut sempurna. Sosok berkaki panjang itu memang tampak indah tanpa celah. Dirinya selalu terlihat dan tampak memposana dalam keadaan apapun. Sosok yang mampu membuatku terjatuh amat dalam untuk pertama kalinya dengan segala sikapnya yang tidak tergolong ramah. Dingin, beku layaknya es, tapi sangat sulit untuk diabaikan.

Namun, ini rahasia. Entah sampai kapan aku menyimpannya. Karena sejak awal aku terjatuh, tak sekalipun aku berharap akan adanya masa depan rasa itu.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang