Gean pov
Kembali kulirik dia dari jauh. seperti pencuri yang mengendap-endap dan melihatnya diam-diam. Kegiatan yang sudah menjadi kebiasaanku.
Kakinya masih lecet karena sepatunya mengingatkanku kejadian tadi sore. Entah apa yang dia bicarakan seorang diri dengan pria buta disampingnya,saat pria itu pergi tanpa merespon, gadis itu bangkit dengan emosi sambil memakai sepatunya, aku sudah yakin pasti dia akan terjatuh. dan ternyata benar terjadi, aku hampir tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkahnya kalau bukan karena sadar sedang bersembunyi saat itu.
Barusan dia buru-buru keluar dari kamar Tante Ester 'ibu venus dan bulan' melewatiku begitu saja. Sekilas aku melihat air mata. Dia menangis lagi. Sebenarnya aku tak tega melihatnya, ingin sekali aku mengejar dan memeluknya namun itu pasti akan lebih menyakiti hatinya nanti...
Semua ini karena keadaan dan kesalahanku yang membuatnya tak bisa lepas dariku. Tak kusangka luka yang kutoreh akan sebesar itu dan membuatnya menderita. Aku mengenalnya , sangat mengenalnya dari siapa pun, senyumnya ,tangisnya ,amarahnya ,bahkan tawanya sangat jarang dilihat oleh orang lain selain aku. Aku menyadari hal itu, dan oleh sebab itu juga aku tak mengerti harus bagaimana terhadapnya.Venus purnama , sahabat yang sudah menjadi suatu yang spesial dihatiku. Adik yang harus kujaga dan kulindungi.
Bulan rafflesia. kakak kembar Venus.
aku sudah menyukainya sejak dulu. gadis periang yang sangat manis dan enerjik. Cinta pertamaku. Kami dijodohkan dan itu bukan hal baru, perjanjian antara kedua orangtua kami sejak kami kecil. Aku tak begitu mengerti tapi aku sudah tahu itu dari dulu.
Setiap hari aku bermain kerumah Bulan dan Venus, Venus sangat sulit bersosialisasi sejak kematian Om Boas, dia hanya mau bermain dengan bulan dan aku. Maka dari itu Tante memberi perhatian lebih kepadanya, kemudian menyuruhku menemani dan menjaganya karena satu-satunya teman yang dekat dengannya hanya aku seorang. Dia membatasi dirinya dengan dinding yang tebal dari orang lain dan sampai sangat bergantung padaku. Hal yang merupakan kesalahanku yang sangat fatal membuatnya bergantung padaku.
Sampai Tante akhirnya kembali memanggilku untuk membicarakan perjanjian itu.
"geannor.. kau masih ingatkan kalau Hans dan fiona kedua orangtuamu memiliki perjanjian dengan ku dan almarhum ayah bulan dan purnama."ungkap tante Ester saat aku berdiri disamping ranjangnya."ya,aku ingat"jawabku."kau menyukai Venus?"tanyanya.aku terdiam sejenak "Purnama sudah kuanggap adikku sendiri tan" lanjutku."kalau begitu jangan dekati dia sedikit pun dan menikahlah dengan Bulan"ujar Tante Ester yang membuatku terkejut dan tak sengaja menatap mata tante Ester.Dia serius, matanya sendu, lurus kearahku yang masih bingung mendengar perkataannya yang sangat tiba-tiba bagiku. "kau pun menyukai Bulan kan? jadi kau tak perlu bimbang"sahut nya lagi. Aku tersadar dan mengerti setelah mendengar perkataan tante. Dia benar, jika aku masih tetap dekat dengan purnama akan semakin sulit baginya melepasku.
Aku memang berusaha tak berbicara sedikit pun padanya, menjauh dan berusaha tak melihat matanya yang seperti meminta penjelasan padaku. Belakangan ini ,justru dia tak mau memandangku lagi bahkan melirik kearahku seperti biasanya.
Dia menolakku membantunya, namun tetap kucoba memapahnya yang akhirnya membuatnya terjatuh. ekspresi kesalnya selalu membuatku tersenyum melihatnya. Kali ini kubiarkan dia naik karena tak mau membuatnya malah terjatuh lagi, mengikutinya kekamarnya perlahan yang langsung dia tutup begitu saja.
"Maaf purnama"
-----------
pendek aj y .
kurang suka bagian part ini.vote n coment watty. n silent readers :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri bulan purnama
Romance***ketika cinta itu tak pernah buta. Karena mata hati ini jelas melihatmu.*** "kritttt..." "hm, siapa?" ujarku dalam keheningan. Ini sudah kesekian kalinya aku mendengar suara jendela bergerak saat tengah malam. Aku beranjak bangkit secara perlahan...