Chapter One

2.2K 155 23
                                    

Soonyoung menatap pantulan dirinya di cermin. Tigapuluh menit lagi ia akan menikah. Tigapuluh menit lagi ia mungkin tidak akan bisa menikmati masa mudanya. Tigapuluh menit lagi ia tetap menjadi seorang siswa kelas 2 di salah satu Senior High School tapi tidak lagi lajang. Tigapuluh menit lagi ia akan menjadi suami seorang pemuda kaya raya yang umurnya terpaut 7 tahun lebih tua darinya. Tigapuluh menit lagi hidupnya akan berubah.

"Tuan Kwon, Tuan Lee sudah menunggu anda di altar." panggil seorang wanita seumuran ibunya namun bukan ibunya.

"B-baiklah."

Wanita itu tersenyum dan meninggalkan Soonyoung yang masih terpaku di depan cermin. Ia mengatur napasnya. Jika saja orang tuanya masih hidup ia bisa menjalaninya dengan tenang. Tapi semuanya sudah berubah. Sejak kematian mendadak keduanya dan juga permintaan dari wasiat ayahnya yang tidak masuk akal, Soonyoung hanya pasrah. Selama ia bisa membahagiakan orang tuanya yang telah tiada.

Dengan segenap keteguhan yang telah terkumpul di hatinya Soonyoung melangkah keluar dari rumah kecil yang berada tak jauh dari gereja. Puluhan bahkan lusinan penjaga berjalan mengelilinginya. Menjaga perjalanannya hingga ke altar. Tempat seorang pemuda dengan setelan tuxedo mewah berdiri di altar. Wajahnya terlihat dingin dan Soonyoung menelan ludahnya kasar. Bahkan tidak berani menatap pemuda di hadapannya. Apalagi saat pemuda itu membungkuk dan suaranya menyapa telinga Soonyoung.

"Aku tidak pernah menginginkan ini. Tapi.. Bersikaplah baik atau aku tidak akan segan mengusirmu."

.

.

Soonyoung menatap ranjangnya yang terlihat nyaman. Tapi yang dilakukan pemuda sipit itu hanya memandanginya sekilas dan beranjak menuju kamar mandi dengan setelan piyama di dekapannya. Berniat mengganti setelan jas putih mahal yang baru saja dipakai untuk pernikahannya. Seokmin pergi meninggalkannya dengan lusinan penjaga. Soonyoung hanya mengangguk mengingat kata-kata tajam yang dilontarkan pemuda yang lebih tua 7 tahun darinya.

Usai mengganti pakaiannya Soonyoung meraih ponselnya dan membuka SNS. Ada banyak pesan. Termasuk dari kedua temannya. Mingyu dan Wonwoo. Teman yang selalu menemaninya disaat apapun. Temannya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.

Mingyu : Kwon! Kenapa kau tidak masuk sekolah?! Sakit?!

Wonwoo : Dasar bodoh. Soonyoung sedang berduka!

Hoshi : Kalian merindukanku? Aku akan mulai sekolah besok. Seminggu ini aku masih harus mengurus kepindahan rumahku ke rumah kerabat. Jangan khawatir.

Wonwoo : Rumah saudaramu di mana? Mau kubantu?

Mingyu : Berhenti mencari perhatian Jeon. Hey, Kwon.. Kau tahu? Aku kesulitan mengerjakan Sastra Jepang tanpamu.

Wonwoo : Itu kau saja yang bodoh, Kim!

Mingyu : Hey! Peringkatku masih ada di atasmu Jeon!

Wonwoo : Terserah.

Hoshi : Astaga.. Jangan bertengkar. Kalian ini kan teman.

Wonwoo : Dia yang mulai Soon~

Mingyu : Jeon Wonwoo menjijikkan!

Hoshi : Aku off saja kalau kalian bertengkar terus.

Mingyu : Aku diam, Kwon!

Wonwoo : Jangan~

Soonyoung terkikik. Ia duduk di lantai dan sibuk dengan dunia SNSnya sampai tidak sadar kalau pintu kamarnya diketuk dari luar. Manik matanya melirik jendela saat tidak ada lagi yang mengetuk pintu kamarnya. Sudah malam. Ia melirik ponselnya untuk melihat jam. Tidak terasa sudah pukul 10 malam. Soonyoung menguap dan merebahkan dirinya di lantai berlapis karpet bulu tebal. Matanya terasa berat dan terpejam. Lelah.

Don't Hate MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang