Chapter Five

849 97 13
                                    

"Aku?" Soonyoung menunjuk dirinya sendiri.

Seokmin mengangguk tapi Soonyoung hanya terkekeh. Pemuda manis itu malah menyibukkan dirinya dengan menyiapkan sarapan pagi. Chan mengulurkan tangannya untuk menggapai bubur yang ada tangah meja. Seokmin mendudukkan Chan dan mengambilkan bubur itu. Padahal sebenarnya Seokmin takut terbangun jika yang dialaminya pagi ini hanyalah mimpi semata.

"Terima kasih, Appa!" kata bocah itu penuh semangat.

"Oh, ya. Sama-sama."

Soonyoung mendudukkan dirinya di samping Seokmin. Membuat pria itu menatap Soonyoung yang menatapnya balik. Pemuda itu tersenyum dan mengambil piring yang tertangkup di depan Seokmin. Pria itu menghentikan gerakan tangan Soonyoung. Ia menggenggam telapak tangan Soonyoung yang lembut dan hangat. Seokmin meletakkan tangan itu di pipinya. Menggenggam telapak tangan itu dengan kedua tangannya dan menciuminya.

Pipi pemuda itu memerah karena malu. Ia melepaskan genggaman tangan Seokmin tapi tidak bisa. Seokmin menatapnya sendu dan menahan tangan Soonyoung. Pria itu menarik Soonyoung mendekat. Lupa jika di sana masih ada Chan yang memperhatikan mereka dengan tatapan polosnya.

"Appa? Eomma?"

Dalam hati Seokmin mengumpat anaknya. Ia sudah hampir mencium bibir manis Soonyoung kalau saja Chan tidak memanggil mereka. Tapi Seokmin juga berterima kasih pada anaknya karena jika tidak mungkin ia sudah meracuni otak polos anaknya. Soonyoung berdeham dan mengambilkan sepiring nasi untuk Seokmin.

"Aku tidak butuh sarapan." kata Seokmin, masih dengan mata menatap setiap gerak gerik Soonyoung.

"Lalu?"

"Aku hanya membutuhkanmu."

.

.

Seharian ini Seokmin tetap ada di rumah. Mengamati kegiatan Soonyoung. Membereskan peralatan makan mereka. Memandikan Chan. Memakaikan bedak dan pakaian pada anak lucu itu. Membersihkan rumah. Menanam beberapa bunga yang entah sudah ada sejak kapan. Membuat biskuit dan kue. Sekarang mereka sedang duduk berdua di halaman belakang sambil meminum teh. Mengawasi Chan yang bermain dengan mainan dan anak anjingnya tidak jauh dari mereka.

Seokmin tersenyum saat melihat Soonyoung tertawa. Baginya tidak ada yang lebih indah dibandingkan dengan Soonyoung yang sedang tersenyum sangat manis itu. Apalagi wajah berseri itu ditimpa cahaya matahari pagi yang hangat.

"Kenapa memandangiku terus?" tanya Soonyoung.

"Karena kau sangat cantik. Manis. Seperti coklat. Tapi lebih manis dirimu."

"Ah, aku tahu sekarang darimana gen pecinta coklat Chan datang. Kau suka coklat?"

"Sangat."

"Pantas saja Chan tidak bisa lepas dari coklat. Kau juga tidak suka coklat bubuk?"

"Sangat."

"Kenapa?"

"Kau ingin tahu?"

"Sangat."

Mereka berdua tertawa bersama. Seokmin sangat suka saat mata Soonyoung terlihat seperti segaris. Garis mata yang sangat lucu. Belum lagi jika bibir manis itu tertarik membentuk senyum lebar.

"Aku akan memberitahumu dengan satu syarat." kata Seokmin.

"Hmm.. Baiklah. Apa syaratnya?"

"Cium aku sejumlah kata yang aku ucapkan dalam ceritaku. Bagaimana?"

Pipi milik Soonyoung merona. Pipi putih sedikit tirus itu tersepuh rona merah muda yang sangat cantik. Seokmin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup pipi itu. Tapi tidak mengecupnya karena Soonyoung mengangguk. Menyanggupi syaratnya sambil menunduk malu. Seokmin terkekeh.

Don't Hate MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang