Prolog.

10 2 1
                                    

2 tahun yang lalu, SMP Negeri 1. Pengumuman kelulusan Ujian Nasional kelas 9.

Citra menatap namanya di sebuah kertas yang ditempel di papan pemberitahuan.

Citra Glessyn Purwanto           LULUS

Ia menghembuskan nafas dan merasa tenang atas kelulusan Ujian Nasional tingkat SMP. Tak rasa, ia akan meninggalkan masa putih birunya.

Citra merenung sejenak dan memikirkan rencana kedepan saat ia akan menjadi siswi SMA Negeri 1 yang berada tepat disebelah sekolah SMPnya.

Ia sadar, bahwa dibelakangnya telah ada keributan. Pastinya karena kelulusan para siswa SMP.

Citra menatap teman-temannya yang telah bersorak-sorai sambil tersenyum lebar.

"Cit", kata sebuah suara berat dibelakang tubuh Citra yang mungil.

Refleks, Citra menatap kebelakang dan mendapati dirinya berhadapan dengan seorang cowok bermata cokelat berbadan tinggi.

"Hai, Citra", kata cowok itu pelan.

Citra tersenyum dan menepuk pelan bahu cowok tersebut.

"Hai, Ikhsan. Lo lulus gak?", kata Citra sambil menatap cowok bernama Ikhsan tersebut.

"Yaiyalah lulus. Kalo gak lulus mah udah dari dulu gue gak naik kelas 9 kalee", sahut Ikhsan.

"Haha, cuman bercanda kok. Jangan dianggap serius dulu ye. Gue yakin kok lo pasti lulus", kata Citra.

Ikhsan tersenyum.

"SMA dimana lo?", tanya Ikhsan.

Citra membentuk anak panah dengan jarinya dan menunjuk ke arah bangunan SMA Negeri 1.

Ikhsan mengangkat salah satu alisnya, tanda tidak yakin akan pernyataan Citra.

"Disebelah monyong!", cetus Citra sambil tertawa.

Ikhsan pun ikut tertawa,"SMA Negeri 1 maksud lo?".

Citra mengangguk.

"Lo sendiri? Mau SMA dimana?", tanya Citra.

Senyum Ikhsan tiba-tiba menghilang setelah mendengar pertanyaan Citra.
Raut mukannya menjadi sedih.

"Gatau Cit. Mama sama rencananya mau ngasih gue sekolah di SMA apa gitu. Gue udah lupa namanya apa. Pokoknya diluar Jakarta deh", kata Ikhsan.

Wajah Citra ikut berganti menjadi sedih saat mendengar kata-kata Ikhsan.

"Lah? Kok gitu sih. Lo kan janji mau SMA di sebelah. Lo inget gak sih janji kita waktu pelajaran IPA kelas 8?", Citra mengacungkan jari kelingkingnya, dan nada bicara nya berubah menjadi kemarahan,"Gue masih inget janji ini San. Jujur, gue jadi kecewa banget sama lo. Kenapa lo gak bilang sama gue dari lama aja sih?".

Cowok tersebut hanya terdiam akibat reaksi sahabatnya tersebut.

"Gue minta maaf cit, gue minta maaf", kata Ikhsan.

Mata Citra penuh kecewaan. Ia pergi meninggalkan Ikhsan sendiri diantara sorak-sorai siswa-siswi SMP.

Mungkin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang