Entah berapa lama wanita yang singgah di hidupku, seakan hadir namun tak nampak oleh mata. Seakan tak ada tapi terasa ada di hati. Setiap lembar harinya pernah diisi denga rasa yang awalnya begitu manis namun berubah dan terus berubah hingga pahit pada akhirnya.Pernahkah aku menyesali mencintainya?Cinta yang datang lalu pergi bagaikan hentakkan api dari dua buah gesekkan rasa yang berawal dari percikan hingga menjadi api yang besar lalu perlahan padam karena kesepian, pertanyaan itu terus muncul dalam benakku .Hingga suatu ketika yang awalnya begitu asing kupandang lalu ingin cepat pergi tak ingin kembali, namun perlahan ada alasan untuk singgah untuk waktu yang lama hingga menemukan sebuah arti kenyamanan. Kuliah kerja nyata dimulai pada tanggal 2 februari – 17 maret 2016 selama 45 hari, kami ditempatkan di Desa Gunung Aji Kecamatan Kikim Timur. Desa yang menurutku jauh terpencil dari kota, tak ada alfamart hingga rumah sakit. Jauh dari rumah, orang tua hingga sahabat.Masyarakat yang ramah hingga suasana yang berbeda membuatku terus mengingat suasana lama yang begitu nyaman namun perasaan ini ingin terus meminta pergi. Teman-temanku yang kaku namun tulus menolong tanpa kepura-puraan. Tinta pun tak pernah habis menggoreskan cerita yang kulalui disana, cerita yang tak pernah lapuk akan waktu namun tak bias oleh hujan.Sampai pada akhirnya kami akan berangkat tanggal empat april dua ribu enam belas, ada apa dengan tanggal itu seperti ada goresan cerita baru yang akan kulalui. Sebuah langkah mengawaliku menuju gor lahat, gor yang dipenuhi teman lama yang tak lama kutemui. Suara itu datang, suara yang tak lama kudengar semenjak ada kata putus terucap. Aku pun mendekati suara itu hingga kulihat ternyata bukan dia, melainkan wanita yang jauh berbeda.Aku tak mengenal wanita itu, wanita yang dihiasi hijab berwarna putih bercampur hitam dan ber almamater seperti unsri. Sehingga aku menyebutnya wanita tanpa nama lewat pandangan mata yang sendu, acara silaturahmi pun ditutup dengan bupati lahat menyanyi lagu "Risalah hati – Ari Lasso".Alunan nadanya yang lirih hingga membuat pikiranku berantakan, berantakan mencari yang sesuatu yang tak nampak. Dia tak hadir disini, dia tak hadir dan dia tak hadir. Ketika kututup mataku berulang kali kuyakinkan diriku, aku bisa.. aku akan bisa... aku pasti bisa pindah darimu membawa perasaanku kembali.Ketika kami beranjak pulang tak sengaja aku melihat wanita tanpa nama itu kembali, wanita itu seperti menunggu seseorang hingga kakinya tak berhenti diam ditempat. Sudahlah tak perlu kurihaukan biarlah ia menjadi wanita tanpa nama yang kukenal, namun dengan kerasnya yopan mengajakku berfoto dengan rombongan gambus wanita tanpa nama tersebut. "hai, boleh minta pinnya kirimin fotonya di bbm ya dek", tangan yang memegang hp mencatat pin yang dia berikan. Wanita tanpa nama kembali dihadapanku kini aku menyapanya dengan "hai.. kamu!! Wanita tanpa nama boleh mintak pinnya", sambil menjulurkan hp kehadapannya namun tak dihiraukan karena dia terlihat masih gelisah menunggu seseorang.Kami pulang membawa cerita di posko, cerita yang kusimpan rapat tak perlu kuumbar. Hati yang bimbang namun tertatih karena luka masa lalu. Ada apa dengan wanita tanpa nama tadi, tanpa ada kata terucap namun hanya tanda tanya mulai menyeruak.Ya robb, sejenak kedua bola mata ini tak berkedip menatap wanita tanpa nama tersebut. Kenapa dengan tatapanku yang tajam begitu saja tearah kepadanya, apakah wanita itu mengingatkanku kepadanya yang dulu.Tidak mungkin.. mungkinkah tapi... iya mungkin dan begitulah caraku melepasnya dari hatiku. Seperti batin yang terus bertarung tanpa henti tak mengenal kata lelah. Kring.. kring.. kring nada telpon berbunyi "halo.. siapa ya? Dengan awal ada yang bisa dibantu....". do.....rrr seperti lecutan senjata berbunyi begitu cepat "iya kak, aku tia cewek yang kk tanyain pin tadi. Maaf ya tadi aku kurang fokus bukannya gak mau kasih tapi ini mau ngasih...."Diam, kaget dan seperti tidak percaya wanita tanpa nama itu menghubungiku, entah tak kutanyakan bagaimana dia mendapat nomorku. Terjadi perkenalan.. seperti sulap dengan sihir abrakadabranya. Percakapan itu berawal dari telepon lalu saling bertukar sapa lewat bbm dan mengucapkan selamat tidur lewat pesan singkat.Aku hanya menganggap percakapan ini hanya sebatas teman, dan sebagai teman mendengarkan keluh kesah hatinya yang seakan rapuh menunggu seseorang kembali. Dia terlalu rapuh untuk mengenal cinta.Kami sering bercerita tentang hati, bagaimana lahat sepengetahuannya dan teman mengobrol selama kkn disana. Dia merindukan desa kelahirannya lubuk nambulan, desa itu berselang dua desa dari tempatku berada. "bang, lusa aku pulang ketemuan dirumah aja nanti aku kabarin dimanannya", pesannya lewat sebuah bbm hanya kupandang tapi tak kubalas.Delapan april dua ribu enam belas tepatnya pukul 14.30 bersiap menjemputnya meminjam motor mio berwarna merah dengan warga sekitar. Kecepatan motor yang kubawa hanya sekitar 40 km/jam sesampainya disana menunggu didepan masjid hingga dia mengabariku kembali "tunggu disana bang, sebentar lagi aku keluar".Kami berjalan mengitari kecamatan kikim, saling bercuri pandang dan berkenalan. beristirahat sejenak disana, sambil berfoto mengabadikan hari itu terjadi. Sekali lagi aku senang bersamanya mengisi waktuku yang sebentar lagi pulang ke palembang.Sesungguhnya aku tak mengetahui apa yang hinggap dalam tubuhku, seperti ada rasa sesak namun sulit pergi. Bagaikan butiran debu yang hinggap lalu pergi tanpa meninggalkan jejak apapun, namun izinkan aku melantukankan namanya dalam setiap doaku.Namanya.. kenapa dengan namanya.. ada apa dengannya sehingga kusebut dalam setiap doaku, rasa ini pun terulang kembali. Dia memberi ruang membiarkan kenangan itu pergi perlahan tanpa ada sisa semakin aku mengenalnya "bang, wanita itu seperti bunga yang ada ditepi jurang enak dipandang namun sulit diraih, biarkan dia pergi sebagaimana abang melepaskannya ketika mencintainya dalam diam".Sejak saat itu waktu seakan dilupakan, hanya ada dia menemani di sisa hari kepulanganku. Banyak pengalaman hingga senyum dan tawa dari wanita tanpa nama yang sekarang aku mengenalnya dengan sebutan tia si tengkorak hidup. Tengkorak hidup yang tanpa kenal lelah memberiku arah hingga memberiku senyuman termanis menuju kepulanganku.Dipenghujung kepulanganku, kami berjanji bertukar kado di gor lahat kembali tempat kami bertemu untuk pertama kali dan mungkin untuk terakhir kalinya. Disaat detik itu dimulai, disaat itu juga perpisahan terjadi namun allah berkata lain. Aku harus pulang tanpa ada perpisahan di gor, sungguh airmataku tak berhenti menetes membawa banyak petualangan yang kulalui disini."hayati, abang pamit terimakasih dua minggu belakangan ini menemani dalam dinginnya kesendirian walaupun perasaan yang dipendam terus dihajar berkali-kali namun beranjak bangkit. Biarlah perasaan itu terus tumbuh dan berkembang sebagaimana adam dipertemukan dengan hawa bilamana kita dipertemukan kembali, dipertemukan dengan cara yang paling indah dan diridhoinya", pesan yang kukirim untuknya.Aku pulang.. pulang kembali namun biarkan ingatan itu lepas seperti ikatan yang mengikatku yang sangat kencang namun perlahan lepas dan pergi tak terlihat. Kring.. kring... kring.. suara telpon berdering kembali "bang, gimana udah nyampe? Maaf baru bales, hati-hati ya disana ingatlah seperti hayati menyebutmu dalam doa, biarlah doa menghapus rindu yang dimata".Seminggu pun sudah kulewati dirumah seperti ada yang baru, telponan pun semakin berlanjut namun kali ini dengan kisah yang berbeda. Kali ini aku menemaninya saat kkn tanggal pun menunjukkan dua puluh empat maret dua ribu enam belas tepatnya dia pergi ke desa tanjung sirih lahat berpamitan denganku.Bukannya takut untuk merajut benang dalam hubungan, aku takut ketika aku mulai terbiasa merajut cerita dengannya aku susah untuk melepaskannya. Biarlah dia menjadi baru tak perlu untuk kukenang namun kusimpan sebagaimana zulaikho mencintai yusuf dalam diam.Dua puluh enam maret umurku resmi menginjak angka kedua puluh dua tahun, doa serta harapan baru kuucapkan. Ada hal yang berbeda terjadi "Bagaimana setelah kembali ke alamnya disana, semoga tetap selalu merindukan bumi setungguan ya.. abang hbd ye tiada kado yang lebih berharga di hari ulang tahunmu bang, selain doaku untukmu..!!! ini nah janji samo semprul, semoga bermanfaat ya sekaligus hadiah tuk hari spesialmu", sebuah hadiah darinya yang bisa kupakai dalam sholat.Hari pun kulalui menunggu kabar darinya, seperti menunggu surat di depan rumah untuk dibalas kembali. Sebulan penuh keadaan seperti itulah namun dia hanya berkata "tunggu bang!! Kalau nyerah lambaikan saja " seperti zainudin menunggu selendang putih yang diberikannya ditepi danau. Menunggu jawaban dalam ketidakpastian".Rindu yang menggebu-gebu dalam lantunan doa setiap harinya, hanya melihat tak nampak namun terasa ada karena sebuah kenyamanan. Apakah aku telah buta? Buta karena hanya bisa merasa namun tak pandai melihat dengan hati.Pertanyaan itu kembali menyeruak dalam percakapan yang sangat lama "hayati.. abang kadang berpikir.. kita itu sebenarnya apa sih? We're like more than friend but no relationship between us", dia hanya diam dan berkata "kita apa adanya bang, yang bertemu karena dua orang yang sedang kesepian ditinggal kekasihnya biarlah waktu menjawab kalo sekarang hanya ada rangkaian kata membuat kita nyaman".Tanpa terasa sudah hampir tiga bulan kami kenal, dan ada sifat berubah setelah pertanyaan itu dilontarkan "bang, yakin mau nerima aku? Masih banyak yang lain nungguin abang, kok maunya sama yang pesek gak bisa ngaji dan pemales kayak hayati", dengan santainya kubalas dengan "memang yang lain banyak lebihnya dari hayati, namun biarlah sama-sama kita lupakan kekurangan mari kita tutupi itu dengan kekayaan hati".Dua sampai tiga hari kemudian, dia hanya memasang display picture di bbm dan status tentang keresahan hati. Ada apa dengannya, apakah perkataanku salah atas jawaban yang dari pertanyaannya. Dia mengabaikan sms, telpon hingga bbm hanya ada kata 'R' dipercakapan tersebut.Keresahan hati hingga membuatku kegalauanku melanda kembali, tak henti dengan iringan lagu melow menyayat hati kudengarkan dalam kesendirian. Sendiri lagi.. sendiri kembali.. sendiri. Ada apa ini, seperti hilang.. hilang begitu saja tanpa ada kata yang terucap dia seperti hilang.Seminggu kemudian dia menuliskan sebuah kalimat yang tak kuduga sebelumnya "bang maafin hayati yo, hayati cuek sama abang bukan karena foto yang abang share bukan karena apapun. Abang gak salah, hayati yang salah. Dia hadir lagi bang, dia kembali.. hayati gak bisa lupa bahwa dia pernah mengisi harapan kosong, hayati cuma tahu bagaimana mengabaikan orang yang tulus dengan hayati. Maafin aku ya bang"Hatipun tersayat kembali, tetesan aimata pun kembali muncul tak berdarah namun sakit. Seperti inikah rasanya patah hati kebanyakan orang, patah diartikan tak dapat disambung kembali. Anggaplah hal itu biasa, memikirkanmu dan mengisi hariku dalam lembaran kosong ada namamu hinggap dalam cerita ini. Sampai engkau hilang, kau tetap ada. Kau tetap sama hayati yang kukenal lewat pandangan mataPandangan mata yang kukira hanya tatapan biasa lahir rasa sayang yang mengikat namun tak kusangka akan ada akhir perpisahan. Sungguh perpisahan ini tak dapat kuabaikan, biarlah engkau tersenyum dalam setiap kata-kata kugoreskan biarlah engkau tak tahu sesungguhnya luka ini sulit untuk sembuh. Sulit...
KAMU SEDANG MEMBACA
Suasana yang Berbeda
RomanceSuasana yang berbeda Guru terbaik adalah pengalaman dan jadikan pengalaman itu sebagai pelajaran hidup yang berharga. Goresan kata-kata yang hanya dibuat dalam bentuk yang berbeda welcome my pad. inspirasi saya adalah @cungkringggs