Season Changes

40 2 0
                                    

Secangkir kopi hangat berada disampingku disaat kutulis kisah ini, malam pun begitu berbeda dari sebelumnya. Inikah sebuah pertanda kejadian yang sama terulang kembali, tanpa kuketahui dulu ketika aku pernh jatuh cinta hatiku bergetar lalu kehilangan arah tanpa kendali.

Ceritnya dimulai tujuh tahun yang lalu ketika masih putih biru alias SMP, penampilanku dulu masih cupu, bahkan tak jarang dilembar buku diary yang kupunya kutorehkan rasa dibalik tinta hitam. Mulai dari menulis puisi mengagumi seseorang hingga curahan hati ketika bertemu dengan orang yang kita kagumi. Kebiasaan menulis puisi beserta curhat di buku diary nampak yang tertinggal hanya rasa dibalik diam dalam sebuah lembar buku tertutup rapat hingga tanpa seorang pun mengetahuinya.

Bagaimana ketika rasanya jatuh cinta itu ?

Apakah sama halnya ketika saling ejek lalu berkejar-kejaran dikelas atau ada perasaan deg-deg kan ketika ngobrol dengannya lalu muncul rasa nyaman , entah aku masih ragu mendefinisikannya. Kulihat ketika seseorang jatuh cinta, dia hanya fokus dengan seseorang yang dia suka tanpa peduli bagaimana ketika rasa sakit yang dialami.

Entah sejak kapan perasaan ini hinggap disekitar tubuhku, rasanya nampak tak nyaman jika tak ada kabar darinya. Ada yang hilang begitu saja namun tanpa kuketahui apa yang kucari, apakah aku mulai menyukai seseorang.

Kenyataan yang kuhadapi yaitu terjebak di friend zone terasa begitu menyakitkan bagaikan perasaan yang terpenjara didalam sel yang entah sampai kapan perasaan itu pergi terbang tinggi, setiap harinya tugasku mendengarkan curhatnya tentang cowok yang dia suka dikelas. Hal yang paling kusuka darinya saat dia mulai bawel, tak jarang dia memarahiku ketika nilaiku terendah dikelas dan juga menyuruhku belajar bareng dirumahnya.

Kulihat rambutnya dicekol kebelakang, lalu tahi lalat yang didahinya dan ketika mulai tersenyum, senyumnya membuat hati begitu nyaman. Dia memang terkadang egois, namun kami selalu berbeda pendapat tentang hal yang kami lihat,berdebat dikelas dan cinta.

Cinta ?

Cinta ala dia itu, ketika kamu merasa sayang sama seseorang hingga kamu rela berubah apapun, apapun wal demi dia. Kamu meluangkan waktumu untuknya walaupun terkadang ada hal yang perlu kamu kerjakan, rela gak tidur hanya nemenin dia ngebuat tugas dan semua hal kamu lakuin itu ikhlas by putri.

Sejauh ini aku masih bertahan dengan perasaanku, walaupun kadang ombak yang besar selalu menghantamnya namun tak kuketahui sampai kapan perasaan ini akan bertahan. Lambat laun ada saatnya daun akan gugur dari pepohonan, dan juga rasa ini akan gugur perlahan digerogoti oleh massa. Perasaan ini juga cepat atau lambat akan kadarluarsa dengan sendirinya menunggu waktu yang menyuruhku "menyerahlah wal, menyerahlah".

Bunyi Bel istirahat berbunyi dengan kencangnya, ada saatnya cinta yang terpendam itu mulai diungkapkan dengan kata-kata yang terucap dari lisanku sendiri. Aku menghampirinya yang sedang duduk sendirian dikantin, lalu sambil bercerita sebentar tentang pelajaran dikelas tadi dan aku bingung menyambungkan kata per kata untuknya supaya mengerti "put, aku mau ngomong sesuatu tapi janji jangan diketawain !!!", dengan nada setengah gugup.

"Ya,ngomong apa wal? Cepetan bentar lagi masuk", terlihat tergesa-gesa sambil melihat jam.

"aku... m..aa..uu ngo..mong ka..lo a..ku tu..h sukaa samaaa ka..m..u", suaraku pun terdengar tak jelas karena gugup dan bingung harus mengatakan apa, lalu suasana hening pun melanda. dia kelihatan bingung dan perlahan mencerna apa yang kukatakan tadi, dia bertanya kembali "wal,tadi maksudnya gmana ya? Aku gak ngerti",sambil menaikan alis kiri keatas.

"Gpp kok put, tadi tuh dialog untuk latian drama nanti sama egi. Sorri aku tadi gugup ngomongnya depan kamu", pandangan mata pun mulai berputar dari kiri ke kanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suasana yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang