Enjoy the story. Happy reading (:
-------------------------------------------
Suhu udara yang begitu panas membuatku tak henti-hentinya menyeka keringat, Entah sejak kapan ruangan ini berubah layaknya sebuah oven. Mungkin aku perlu menambahkan air conditioner di sini, atau setidaknya kipas angin.
Kuraih secangkir kopi yang ada di sebelah kananku, lalu kusesap secara perlahan. Sudah tak terhitung berapa cangkir kopi yang telah aku habiskan selama aku berada di ruangan ini. Aku bahkan tidak ingat ini merupakan cangkir yang keberapa, atau sudah berapa hari aku berada di ruangan ini. Aku hanya fokus pada apa yang tengah kukerjakan sekarang, tidak peduli dengan apapun selain itu.
Aku menilik sketsa hologram di hadapanku. Dengan hati-hati kuambil sebuah jentera kecil menggunakan pinset, lalu menaruhnya di dekat jentera lain yang lebih besar. Dalam hati aku terus memanjatkan do'a agar rangkaianku kali ini benar. Jika tidak, entah betapa frustasinya aku setelahnya. Mengingat aku sudah merangkai mesin ini berulang-ulang kali, namun hasilnya nihil.
Merangkai mesin ini bukanlah perkara mudah. Ada banyak resiko yang aku ambil dengan memulai kembali proyek yang telah lama dihentikan ini secara induvidu, demi urusan pribadiku. Betapa egoisnya aku—ya, sebut saja aku begitu.
Samar-samar kudengar suara rintik hujan dari luar sana. Aku menoleh ke arah jendela berukuran setengah kali satu meter yang ada di tembok sebelah kiriku. Langit sudah menggelap. Aku tidak dapat melihat apapun yang ada di balik jendela ini. Karena kacanya telah tertutupi dengan teteran air hujan.
Aku mendengus kesal. Sial sekali hujan turun di kala aku tengah membutuhkan konsentrasi tinggi. Mungkin jika di lain waktu aku akan senang dengan datangnya hujan yang mana baunya sangat aku sukai. Namun tidak kali ini. Aku sangat membenci kedatangannya. Pasalnya, hujan selalu datang dengan membawa lembaran-lembaran lama. Mengalirkan memori tersebut di dalam benak.
Tiba-tiba suara deru mesin kereta yang memekakan telinga memenuhi pendengaranku. Bayangan tentang datangnya sebuah kereta dari arah kanan tergambar jelas di benakku. Bagitu juga dengan rentetan kejadian setelahnya.
Mentari bersinar cerah. Hari itu aku memakai kaos putih panjang bergaris-garis hitam horizontal yang kututupi dengan sebuah coat biru indigo, lalu menggulung lengannya sampai siku. Aku menggunakan bawahan celana jeans berwarna putih, dan sepatu kets senada. Dengan mencangklong ransel hitam dan sebuah ponsel di tangan aku berjalan menyusuri tempat tunggu yang ada di stasiun kereta. Cuaca yang cerah membuat senyum di wajahku tidak pernah luntur.
Sesampainya di peron aku mendengar suara canda tawa beberapa orang wanita yang datang dari arah belakangku. Aku menoleh dan mendapati ada tiga orang wanita—seorang wanita paruh baya, dan seorang wanita muda yang tengah mendorong kursi roda berisikan seorang lansia. Mereka terus bersenda gurau seolah dunia ini hanya milik mereka, terutama si wanita muda dan nenek yang ada di kursi roda.
Diam-diam aku menilik si wanita muda itu. Dia cantik. Kulitnya putih bersih, rambutnya panjang berwarna coklat pekat, dan dia cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Dia menggunakan mini dress putih berbahan sifon yang ditutupi dengan suit jacket berwarna baby pink. Dia mencangklong baguette bag merah maroon bergantungan kunci sebuah boneka.
Wanita itu berjongkok di hadapan wanita tua yang ada di kursi roda. Dari tempatku berdiri aku tidak dapat mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Tetapi aku tahu dengan pasti bahwa mereka saling sangat menyayangi—tatapan mata mereka menyiratkan hal tersebut dengan jelas.
Aku membuka aplikasi kamera pada ponselku, lalu mengarahkannya pada wanita itu. Aku mengambil fotonya secara diam-diam. Kukulum senyum di bibirku begitu melihat hasil jepretanku. Senyumnya begitu natural, dan itu menambah kadar kecantikannya. Entahlah ... Aku langsung tertarik begitu melihat sosoknya. Gila memang, bahkan sampai sekarang pun aku tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise: Turn Back Time
Short Story"Kita memang tak sepatutnya menutar waktu. Keadaan bisa lebih buruk jika kita melakukannya. Tetapi, aku telah melakukannya. Dewi Fortuna tengah berpihak kepadaku. Untuk saat ini keadaan lebih baik dari sebelumnya, dan aku harap akan selalu begitu se...