Prolog

203 18 13
                                    


     Arvel bergumam pelan ketika akhirnya ia menemukan kedai kopi di ujung jalan. Cepat cepat, ia menghentikan laju motornya dan memarkirkannya. Dengan langkah lebar, Arvel memasuki kedai dan memilih untuk duduk di bar panjangnya. Baru seminggu sejak Arvel mulai bekerja di agensi televisi sebagai wartawan, tapi Ia sudah pulang selarut ini. Dan lagi, Ia masih belum selesai mengurus perpindahan rumahnya. Akhir pekan ini seharusnya Arvel mendapat jatah libur dua hari, tapi lagi lagi, sebagai karyawan baru, Arvel dibebani banyak tugas.

     Dengan gerakan frustasi, Arvel melepas jaketnya dan menaruhnya asal diatas tas. Ia masih menunggu kopinya saat sudut matanya melihat sosok gadis yang nampak sibuk dengan minumannya. Pakaiannya rapih dan rambutnya tertata indah, tapi matanya terus menerus menatap gelas didepannya. Arvel bertanya tanya, sedang apa gadis secantik itu berada di luar rumah selarut ini.

     "Mas, minumnya," ujar seorang pelayan laki laki pada Arvel.

     Arvel menoleh sesaat lalu mengangguk dan menyeruput kopinya, sementara si pelayan membersihkan beberapa gelas di depan Arvel.

     "Kau kenal gadis itu?" Tanya Arvel.

      Si pelayan menggeleng, "Dia disini sejak pukul 7"

     "Selama itu?"

      Si pelayan hanya mengangguk, lalu undur diri untuk pergi. Arvel berpikir untuk menyapa dan sekedar bertanya pada gadis itu, mungkin Ia butuh bantuan, tapi kemudian Ia teringat. Gadis itu pasti memiliki ponsel untuk menghubungi seseorang yang Ia kenal agar menjemputnya disini, atau rumahnya mungkin di seberang jalan, atau mungkin Ia sedang menunggu pacarnya. Yah intinya, gadis itu sudah disini dari pukul 7 malam, jadi kalaupun Ia butuh bantuan, tentunya Ia akan meminta siapapun sejak tadi.

      Arvel menyeruput sisa kopi lalu membayarnya, Ia mengangguk sesaat pada pelayan laki laki tadi sebelum berbalik pergi. Malam ini dingin, hujan pasti akan turun sebentar lagi, kedai kopi ini pun sudah akan tutup, tapi gadis tadi masih duduk diam dengan gelasnya. Sekali lagi Arvel berpikir untuk bertanya pada gadis itu, mungkin Arvel bisa mengantarnya pulang. Hampir satu menit Arvel habiskan untuk memikirkannya, tapi akhirnya Arvel pergi tanpa memasuki kedai itu lagi. 

     15 menit berlalu sejak Arvel pergi, sang gadis mulai gelisah. Temannya tak kunjung datang, benar-benar tak datang. Kedai kecil itu akan segera tutup. Gadis itu tak mungkin menunggu lebih lama lagi, karena kali ini seorang pegawai laki laki menegurnya dan memintanya pulang. Tapi gadis itu harus menunggu temannya, Ia ragu untuk keluar. Di luar hujan dan itu dingin, tapi tak ada yang bisa dilakukannya sekarang selain datang langsung ke rumah temannya. Malam sudah terlalu larut untuk sebuah angkutan umum atau taksi sekalipun, Ia jelas tak bisa kembali ke rumahnya sendiri. Ia harus ke rumah temannya, walaupun Ia tak begitu yakin bahwa Ia tidak akan tersesat.

     Maka, dengan mantel coklat yang mendekapnya rapat, sang gadis memberanikan diri untuk melangkah pergi. Tangannya memeluk diri sendiri, mengurangi dingin. Kakinya pelan menelusuri jalan kecil di dekat kedai. Jalannya panjang dan berkelok, sang gadis cukup sering melewati gang kecil ini bersama temannya, tapi Ia benar benar buruk dalam mengingat arah. Tiga kali Ia mencoba datang langsung ke rumah temannya tanpa janjian di kedai kopi, tiga kali juga Ia tersesat. Sulit banginya mengingat setiap belokan dan tanda dalam gang kecil itu, Ia hanya ingat bahwa gang itu tidak pernah sepi. Saat pagi biasanya belasan anak kecil akan berlarian untuk pergi sekolah, atau sebagian lain hanya bermain main. Saat sore hari gang sempit itu akan penuh dengan ibu ibu yang berbincang tentang pendatang baru di sebelah rumah mereka, atau tentang kejadian di sekolah anaknya. Sementara anak anak yang berlarian pagi tadi akan bermain petak umpet atau polisi maling, sebagian akan berlari ke belakang ibunya saat bersembunyi atau akan tertangkap. Gang itu biasanya ramai, itulah kenapa si gadis bisa selamat setiap kali Ia tersesat.

Lazar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang