Chapter 2

62 3 2
                                    

Malam ini dingin, hampir sama seperti dua tahun lalu. Angin kencang dan kesunyian yang menyenangkan menyelimuti komplek kecil di ujung ibukota. Hanya tinggal menunggu hujan, maka suasana favorit Arya akan tercipta dengan sempurna. Arya, seorang laki laki bertubuh tegap dan tinggi, menyusuri jalan lengang di sepanjang komplek kecil itu. Hampir dua tahun Ia melewati jalan komplek ini setiap kali pulang. Arya sengaja memilih komplek kecil nan sepi ini, karena kebanyakan rumah rumahnya kosong dan tak berpenghuni. Arya tak begitu menyukai keramaian yang umum, Ia suka keramaian yang mencekam.
Deretan rumah besar bertingkat dengan berbagai model kuno memadati komplek itu, sebagian besarnya merupakan rancangan arsitek ternama. Walaupun bertahun tahun para pemiliknya pergi, bangunan bangunan itu tetaplah kokoh, dan sebagian lampunya masih berfungsi baik. Akan tetapi, tumbuhan dan rumput yang tumbuh tak terkendali, sebagian warna cat yang mulai pudar dan pagar pagar yang mulai berkarat, jelas menunjukan bahwa rumah rumah disini bukanlah hanya ditinggalkan, tapi juga tidak dirawat, kecuali dua atau tiga rumah. Arya sendiri tidak begitu mengerti kenapa ada komplek semacam itu.

Komplek itu sendiri terletak di lokasi terluar ibukota, tapi hanya ada satu cluster besar dan memeliki sedikit penghuni. Jalan masuk menuju komplek itupun tidak begitu ramai, hanya berupa jalan besar yang terbuat dari beton dengan beberapa rumah kecil di bagian kanan, dan reruntuhan bangunan dibagian kiri jalan. Pintu masuk komplek itu berupa gerbang tinggi yang terbuat dari besi dengan cat abu abu pekat yang mengkilap. Ada dua pos keamanan di pintu masuk itu, tapi petugas keamanan di komplek itu sesungguhnya hanya formalitas tanpa arti. Terkadang ada seorang satpam kurus yang membantu siapapun untuk membuka gerbang dengan komputer di posnya, tapi lebih sering gerbang itu terbuka hanya dengan menunjukan tanda pengenal pada layar komputer kecil di sudut kanan gerbang. Dari sekian banyak bangunan megah didalamnya, hanya sekitar selusin rumah yang benar benar berpenghuni, dan dari selusin rumah tersebut, hanya dua atau tiga rumah yang sering ditempati. Salah satunya, milik Arya.

Karena itulah, sekalipun malam, rumah rumah disini tetap terlihat sepi. Sebagian bahkan tidak memiliki lampu otomatis, sehingga saat malam tiba, komplek itu lebih mirip komplek berhantu. Rumor tentang komplek berhantu sangatlah membantu Arya, karena dengan begitu Ia tidak perlu mengkhawatirkan adanya keramaian disekitar rumahnya. Siapapun akan menjauhi tempat berhantu kan?.

Arya menurunkan hoodie jaketnya saat melihat pagar tinggi berwarna putih beberapa meter darinya. Pagar dengan tinggi 2,5 meter itu adalah pagar rumahnya, atau istananya. Dengan ukuran pagar setinggi itu, Lupin tidak mungkin mendorong pagar besi itu setiap kali pulang dan menutupnya lagi. Pagar itu memiliki pintu khusus seukuran pintu rumah di bagian kiri, itulah akses keluar masuk Arya dan teman temannya. Hanya Arya yang memiliki kunci gembok dari pintu itu, jadi tak satu orangpun bisa memasuki rumahnya tanpa izin Arya sendiri.

Angin malam berhembus lebih kencang, membuat rambut Arya bergerak gerak. Ia berhenti di depan pagar tinggi rumahnya, tangannya merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan beberapa kunci. Setelah menemukan kunci yang cocok, Arya membuka gembok pagar dengan santai. Suara dentingan kunci, pagar dan gembok terdengar nyaring, membuat seekor anjing hitam besar di halaman rumah Arya menggonggong dan bergerak gerak gusar. Arya terkekeh pelan. Anjing itu memiliki kalung besi yang terhubung dengan rantainya, biasanya Ia akan menggonggong seperti itu jika Arya pulang tanpa membawa teman.

Setelah memastikan pintu pagar tertutup, Arya mendekati anjingnya, berjongkok di dekatnya dan mengusap usapnya pelan. Anjing hitam itu berhenti menggonggong, hidung panjangnya mengendus endus udara, lalu saat Ia menemukan tangan majikannya, lidahnya terjulur keluar dan menjilati tangan si majikan.

"Good boy," gumam Arya berat.

Arya lalu kembali berdiri sambil mengibaskan kedua tangannya, mencoba menghilangkan air liur si anjing. Ia merogoh kembali saku jaketnya, mengeluarkan sapu tangan berwarna gelap dan membersihkan tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lazar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang