Juno?

118 10 2
                                    

Langkah pertama dimulai oleh Alea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah pertama dimulai oleh Alea. Gaun yang menjulur hingga lantai kini menyapu debu yang tak terlihat. Wanita di hadapannya tak mengikuti gerakan seperti yang diharapkan. Dia mulai terlihat berkeringat dingin, memucat bahkan tak dapat menyembunyikan ketakutannya.

Telunjuk menempel di kening Wilma. Mata mereka kembali berserobok.

"Tau nggak fungsi otak itu apa?"

Dengan cepat Wilma menepis jari Alea yang menurutnya sudah tak sopan. Bersamaan dengan itu tubuh Wilma terduduk di meja rias. Suara barang berjatuhan terdengar jelas meramaikan keheningan.

"Semua desain itu? apa lo yang buat?"

Wilma spontan mengangguk saking ketakutan. Bola mata yang kini membulat seakan menuntutnya untuk berkata-kata. Alea bahkan tidak ragu memegang leher gadis itu.

" Aula berwarna putih, sajian fudge brownies, gaun putih dengan kupu-kupu keemasan, apa lo ingat bahwa itu adalah impian Alista saat menikah dengan Juno?" tanya Alea dengan nada geram.

Terdengar napas Wilma yang berhembus ke wajahnya.

"Mata-mata yang mencuri perusahaan negara bisa masuk penjara dan dipidana." Jari-jarinya bermain di pipi Wilma, "lalu apa yang harus gue lakukan ketika lo mencuri ide Alista?"

Gadis itu menutup mata ketika mendengar Alea tertawa sinis. Kemudian kelima jari sudah meremas dagunya. Dia menepuk nepuk pipi Wilma, menghancurkan riasan.

Dengan cepat Wilma mendorong Alea hingga ke pintu.

"Terus kenapa? Setiap manusia berhak memilih termasuk Juno! Dia pilih gue bukan Alista,"

Kini napas Alea memburu. Entah kekuatan apa yang membuat gadis itu reflek memberontak.

"Lagian, kenapa mesti lo yang ribet bahkan Alista cuma bersantai di rumah."

Kalimat terakhir membuat Alea segera berdiri tegap. Bibirnya tergigit karena menahan amarah.

tangan kirinya segera menjambak, Tangan kanan yang diangkat langsung tertahan..

"Kenapa? Lo mau tampar gue?" tantang Wilma.

Seketika jari-jarinya terkepal.

Keduanya melihat ke arah pintu dengan spontan saat terdengar suara berisik.

"Itu orangnya, pak! Bawa gadis itu pergi."

Wanita tua datangmembawa beberapa orang di belakangnya yang kemudian masuk ke dalam kamar.

Suara tamparan terdengar. Semua orang terdiam sejenak. Seperti video yang sedang di-pause.

Alea menatap dengan keheranan. Dalam hatinya dia sangat terkejut. Pipinya akan memerah dalam waktu singkat. Meskipun Wilma begitu picik tapi untuk urusan tangan, dia tidak pernah melakukannya secara berlebihan. Namun asumsi itu berubah pada detik ini.

The Bride Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang